Kamis, Desember 25, 2008

SELAMAT ULANG TAHUN, YESUS!

Pernahkah anda pergi ke sebuah pesta ulang tahun, di mana para pengunjungnya membawa hadiah-hadiah untuk sesama pengunjung yang lain di samping sebuah hadiah buat yang berulang tahun, atau bahkan tidak ada sesuatu pun buat orang itu? Tentu saja tidak! Semua orang, jikalau mereka datang ke pesta ulang tahun, selalu membawa hadiah untuk orang yang berulang tahun. Tidak lazim bagi kita untuk membawa hadiah bagi tamu-tamu yang lain.

Tetapi, bagi kebanyakan dari kita sebagai orang-orang Kristen, di masa Natal ini kita lebih banyak memikirkan tentang kartu buat si A, hadiah buat si B, dan seterusnya. Kita lebih banyak memikirkan apa yang kita ingin berikan kepada teman-teman kita. Cobalah lihat toko di mana-mana. Menjelang hari Natal, banyak orang pergi berbelanja. Mereka membeli barang ini dan itu, lalu membungkusnya dengan kertas kado yang indah, supaya barang-barang itu kemudian diberikan kepada teman mereka atau diletakkan di bawah pohon Natal untuk dibuka oleh sanak saudara di malam Natal. Kegiatan ini bahkan sudah menjadi tradisi di Amerika ini, dan banyak orang-orang Indonesia pun sudah mulai ikut kebiasaan ini.

Apakah memberikan bingkisan untuk orang lain di waktu Natal itu salah? Tentu saja tidak. Waktu Natal adalah waktu yang sangat tepat bagi kita untuk menunjukkan rasa terima kasih dan kasih kepada teman dan keluarga, dan salah satu cara untuk menyatakan perasaan ini adalah dengan memberikan bingkisan. Tetapi di tengah usaha kita untuk memperhatikan orang lain, adakah kita melupakan tokoh yang paling utama di dalam perayaan ini? Yah...sering kali kita lupa bahwa perayaan Natal adalah perayaan "ulang tahun" dari Yesus, sang Juruselamat dunia. Dua ribu tahun yang lalu, bayi Yesus lahir di Betlehem. Peristiwa inilah yang kita rayakan setiap tahun, dan perayaan semacam ini kita kenal sebagai perayaan ulang tahun. Sebagai tokoh yang "berulang tahun", seharusnya Dialah yang mendapatkan segala hadiah. Seperti kita tidak akan bawa hadiah untuk tamu-tamu dari sebuah pesta ulang tahun, melainkan kita membawa hadiah untuk orang yang sedang berulang tahun, demikian juga seharusnya kita tidak layak untuk memikirkan barang-barang yang kita ingin berikan kepada teman dan keluarga sampai-sampai kita lupa untuk memikirkan apa yang kita ingin berikan kepada Tuhan kita.

Apa yang ingin saudara berikan kepada Yesus tahun ini? Bagaimana dengan hati anda? Relakah anda memberikan hati dan hidup anda kepadaNya, sebagai hadiah "ulang tahun"-Nya kali ini? Anda yang belum menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat dapat mempersembahkan hidup anda kepadaNya. Anda yang sudah menjadi Kristen dapat memperbaharui komitmen anda di dalam mengikuti dan melayani Dia. Satu usul lagi untuk hadiah bagi Yesus adalah dengan memberi kepada mereka yang berkekurangan. Di sekitar anda banyak anak-anak yang tidak punya orang tua, orang-orang yang tidak punya rumah, orang-orang tua yang terlantar. Anda dapat menolong mereka dengan memberikan sesuatu, sehingga kebutuhan materi mereka boleh terpenuhi Natal kali ini. Anda juga dapat mengunjungi mereka dan membawakan penghiburan bagi mereka yang butuh dukungan dan teman. Yesus berkata, "Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku" (Mat. 25:40). Saudara-saudara Yesus yang paling hina itu adalah mereka yang lapar, haus, kesepian dan butuh tumpangan, telanjang dan butuh sandang, sakit, terikat dan butuh perhatian kasih sayang (Mat. 25:35-36). Jikalau anda memberikan apa yang orang-orang yang berkekurangan butuhkan, maka anda sudah memberikan hadiah bagi Yesus.

Pada Natal tahun ini, janganlah saudara hanya memikirkan apa yang dapat diberikan kepada teman dan saudara anda, kecuali jikalau mereka membutuhkan itu. Sering kali kita hanya memberi kepada mereka yang sebenarnya dapat membeli sendiri bingkisan kita, atau bahkan tidak membutuhkannya sama sekali. Pikirkanlah apa yang akan anda berikan kepada Yesus. Dialah yang adalah tokoh utama dari perayaan Natal, yang layak mendapatkan segala hadiah. Marilah kita bersama datang dengan persembahan kita dan berkata, "Selamat ulang tahun, Yesus!"


Catatan: Saya tidak ingat kapan artikel ini ditulis.

Selasa, Desember 09, 2008

KASIH NATAL

Suatu ketika saya mengajak sekelompok remaja untuk belajar mengenai kasih. Bagian Alkitab yang kami ambil sebagai bahan diskusi adalah I Yohanes 4:7-16, dalam mana Rasul Yohanes menghimbau umat Kristen untuk saling mengasihi satu dengan yang lain, serta mengambil kasih Allah yang mengirim Yesus untuk menyelamatkan manusia sebagai teladan. Di akhir diskusi, saya berkata kepada mereka seperti begini, "Coba pikirkan seseorang yang kamu anggap sulit untuk kamu kasihi. Lalu, berdasarkan apa yang sudah kita bahas hari ini, pikirkan bagaimana caranya kamu dapat mengasihi dia, dan perbuatan apa yang secara konkrit dapat kamu lakukan untuk menyatakan kasih itu kepada dia." Terhadap tantangan ini, seorang remaja segera menjawab, "Ah, itu sih tidak bisa!" Saya tanyakan padanya apa sebabnya, dan jawabnya, "Karena orang itu memang beda dengan saya, sifat kami saling bertentangan." Saya mengerti maksud remaja ini, pernyataan hatinya yang tidak bisa mentolerir orang lain yang berlawanan karakter dengannya, yaitu orang yang ia benci karena bertentangan dengannya, sehingga ia merasa sulit untuk mengasihinya. Untuk sejenak saya terdiam, tidak tahu bagaimana harus menjawabnya, karena saya pun sadar betapa sulitnya bagi saya sendiri untuk mengasihi orang yang saya benci. Pergumulan remaja ini juga merupakan pergumulan semua orang. Tetapi segera saya diingatkan akan ajaran Yohanes yang baru kami bahas, dan saya berkata, “Bagaimana jikalau Allah punya sikap yang sama seperti kamu? Bukankah kita sebagai ciptaan berbeda dengan Allah yang mencipta? Bukan itu saja, kita yang sudah beda dengan Allah, malah juga sudah jatuh dalam dosa, sehingga kita sudah jadi musuh Allah. Kalau mau bicara soal berbeda, Allah dan manusia adalah dua hal yang sangat tidak cocok. Bagaimana jikalau terhadap kita Allah berkata, ‘Ah, manusia dan Aku saling bertentangan! Aku tidak bisa mengasihi manusia, sebab kita beda koq!’ Mungkinkah kita jadi anak Allah dan masuk ke Sorga jikalau Allah bersikap seperti kamu?”


Natal mengandung arti tersendiri bagi masing-masing orang. Ada sebuah album Natal yang memuat kesan para artis kondang tentang Natal. Vanessa Williams, misalnya, menulis, “What Christmas means to me -- giving thanks to family and friends...midnight mass...trimming the tree...singing carols...snow...mulled wine...sharing gifts...family togetherness...reflecting on the past, dreaming about the future and enjoying the present.” Celine Dion menulis, “At Christmas time we see each other through the eyes of love. May we continue to see that goodness in each other every day of the year. Merry Christmas!” Tammy Wynette menulis, “Christmas is the most special time of the year. ‘Family is always together singing hymns,’ and I love being Santa Claus!” Di atas kesan Natal yang bervariasi bagi setiap pribadi, sesungguhnya makna Natal terletak pada kasih Allah, yaitu kasih Allah pada manusia yang dinyatakanNya dengan mengirim AnakNya yang tunggal Tuhan Yesus Kristus untuk menjalankan misi menyelamatkan manusia. Kisah cinta ini dilatarbelakangi oleh sebuah kontras, yaitu kontras antara manusia dan Allah. Siapakah manusia itu? Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah. Ini saja sudah merupakan suatu kontras yang besar. Seorang penjunan tentu berbeda dari kendi tanah liat yang ia bentuk, demikian pula Allah berbeda dari manusia yang Ia ciptakan. Bukan itu saja. Manusia yang sudah berbeda secara hakekat dengan Allah kemudian juga memberontak dariNya dan melawan Dia. Dosa yang diwarisi dan diperbuat manusia membuatnya najis dan tidak layak berada di hadapan Allah yang maha suci, serta menjadikannya obyek murka Allah yang maha benar dan maha adil. Sekarang, manusia bukan lagi ciptaan yang lebih rendah dari penciptaNya, melainkan juga telah menjadi musuh Allah. Dengan latar belakang manusia dan Allah yang sedemikian bertolak-belakanglah, Natal menyatakan kasih Allah di mana Dialah yang turun dari Surga dan mencari manusia, bahkan sampai berkorban nyawa demi membebaskannya dari kesia-­siaan hidupnya. Roma 5:8 dengan jelas mengatakan, “....Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” Yesus berkata, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.” (Yoh 15:16) Kelahiran Yesus merupakan pernyataan kasih Allah yang tanpa syarat, kasih yang mau mengasihi manusia ketika manusia tidak layak untuk dikasihi. Kasih inilah yang telah menyelamatkan kita dan mendamaikan kita dengan Allah sang pencipta.


Rasul Yohanes mengambil kasih Allah yang tanpa syarat ini sebagai model untuk kasih kita pada sesama anak Tuhan. Di hari Natal ini, pada saat kita memperingati kelahiran Yesus yang datang untuk mencari kita yang berdosa, marilah kita menilik hati dan hidup kita masing-masing. Adakah kita mengasihi saudara-saudari seiman seturut kasih Allah? Adakah kita mengasihi mereka yang berbeda dengan kita, bahkan mereka yang kita benci, sebagaimana Allah mengasihi kita ketika kita masih berdosa? Marilah kita tidak hanya merayakan kelahiran sang kasih, melainkan marilah kita juga menerapkan kasih itu di dalam hidup kita pribadi. Allah telah sedemikian mengasihi kita orang yang sungguh tidak layak di hadapanNya, oleh sebab itu pantaslah jikalau sekarang kita yang sudah mengecap kasih Allah itu juga mengasihi mereka yang kita rasa tidak layak untuk kita kasihi. Biarlah kasih Allah tidak hanya kita ingat dan rayakan, melainkan juga kita hayati dan lakukan dalam hidup sehari-hari. Selamat hari Natal.


Catatan: Ditulis untuk Majalah Gloria GKI Pinangsia, selesai pada 19/09/1997.

Senin, November 17, 2008

KEKAYAAN - Bag 3

IV. Sikap Seorang Kristen Terhadap Kekayaan

Bagaimana kita, sebagai orang Kristen, harus bersikap terhadap kekayaan? Kita dapat menjawab pertanyaan ini dengan melihat kehidupan Tuhan Yesus dan rasul-rasulNya, juga ajaran­-ajaran mereka. Ingatlah bahwa orang Kristen harus meneladani kehidupan Yesus (1 Yoh. 2:6).

1. Luk. 9:58: Tuhan Yesus tidak mempunyai rumah dan ranjang. Dia rela mengalami kekurangan ini demi melakukan pekerjaan Allah. Bagi Dia, yang terpenting bukanlah harta milik, tetapi melakukan pekerjaan Bapa di Sorga (Yoh. 4:34). Bandingkan sikap ini dengan sikap pemuda kaya dalam Mat. 19:23-24.


2. Luk. 14:33: Untuk menjadi murid Yesus kita harus melepaskan semua milik kita.


3. I Kor. 4:11-13: Paulus lapar, haus, telanjang, dan harus bekerja berat. Jelas bahwa Paulus tidak punya kekayaan, malah dia menderita demi pemberitaan Injil Kristus. I Kor. 4:16 mengajak jemaat Korintus (dan kita) untuk meneladani Paulus.


4. II Kor. 6:10: Paulus seorang miskin / tidak bermilik.


5. Fil. 4:11-13: Paulus belajar untuk mencukupkan diri dalam segala hal, termasuk di dalam kekurangan / kelaparan. Semua itu ditanggung dengan kekuatan Tuhan.


6. I Tim. 6:9-11: Orang Kristen dihimbau untuk menjauhi cinta akan uang. Sebaliknya, kita disuruh mengejar keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran, kelembutan.


7. Ibr. 13:5: Kita dihimbau untuk tidak menjadi hamba uang, melainkan mencukupkan diri dengan apa yang kita punya.

Jelas dari ayat-ayat di atas bahwa Tuhan Yesus dan rasul-rasulNya tidak memiliki kekayaan. Malah, mereka tidak mengejar kekayaan, melainkan mengejar perluasan Kerajaan Allah. Tuhan Yesus dan para rasulNya mungkin mampu untuk menjadi kaya kalau mereka hidup seperti manusia.biasa (berdagang, menjala ikan, dll). Bahkan sebagai tokoh-tokoh agama, Yesus dan murid­-muridNya cukup tenar dan mempunyai banyak pengikut; sebenarnya mereka dapat menarik keuntungan dari para pengikut itu dan menimbun kekayaan, seperti yang dilakukan oleh banyak hamba-hamba Tuhan moderen. Tetapi mereka tidak melakukan semua itu. Mereka melepaskan semua harta mereka dan semua kesempatan untuk mendapat kekayaan karena mereka mengutamakan pekerjaan Tuhan.

V. Kesimpulan

Alkitab menyatakan bahwa kekayaan adalah karunia Allah. Banyak tokoh Alkitab yang beribadah kepada Allah memiliki kekayaan yang berlimpah. Namun Alkitab juga menyatakan banyak pandangan yang negatif terhadap kekayaan. Dan tokoh-tokoh Perjanjian Baru terkenal dengan keadaan mereka yang kekurangan dan ajaran-ajaran yang menentang upaya mencari kekayaan.

Pandangan-pandangan Alkitab di atas mungkin kelihatan bertentangan satu dengan yang lain, namun sebenarnya tidak. Perspektif yang dinyatakan oleh Alkitab adalah bahwa kita harus menomor-satukan Tuhan, bukan kekayaan. Kekayaan kita harus berada di bawah hubungan kita dengan Allah. Hal ini nyata kalau kita perhatikan bahwa ayat-ayat yang menentang kekayaan di atas ditujukan untuk orang-orang yang mementingkan harta lebih dari Tuhan. Sebaliknya, tokoh-tokoh Perjanjian Baru menunjukkan bahwa kita harus mengutamakan pekerjaan Tuhan, walau itu berarti kita menjadi miskin.

Dalam hal kekayaan, sama seperti hal-hal lainnya, kita harus mengutamakan Tuhan. Hati kita harus mengarah kepada Dia, bukan kepada harta. Kita harus rela memberikan segala yang kita miliki kepada Tuhan, dan melepaskan segala kesempatan untuk menjadi kaya demi Tuhan. Hati kita harus terikat pada Tuhan, bahkan sampai kalau Dia menyuruh kita untuk menjual segala milik kita, memberikannya kepada orang miskin, dan mengikut Dia, kita dapat melakukannya tanpa ragu-ragu dan berat hati.

Mungkin sekarang ada yang bertanya, “Apakah bekerja untuk mencari uang itu salah?” Tidak! Allah telah memberikan kita kekuatan supaya kita dapat bekerja mencari uang. Itu karunia Allah, jadi tidak salah. Tetapi kalau pekerjaan kita menjadi utama dalam hidup kita, lebih utama dari Tuhan, maka pekerjaan itu sudah berada dalam posisi yang dapat menjatuhkan kita.

“Apakah kita tidak boleh berusaha untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik dari yang sekarang? Misalnya dengan memegang dua pekerjaan, memperluas pasaran dagangan kita, dll.” Tidak! Kalau kita mempunyai kesempatan untuk maju, kita dapat mengambilnya, sebab itu juga adalah karunia Allah. Tetapi kalau pekerjaan yang kedua itu, atau ekspansi usaha kita itu membuat kita tidak sempat saat teduh atau pergi ke gereja, maka upaya kita itu tidak benar, sebab Allah sudah dikesampingkan.

Surat II Tim. 3:1-5 menyatakan bahwa banyak orang masa kini yang mengutamakan uang, bahkan mereka yang kelihatan rohani. Media juga memajukan sifat materialistis kita dengan menawarkan pelbagai barang dan pelayanan yang sangat menggiurkan. Ini semua dapat menaruh tekanan pada batin kita untuk mengejar kekayaan. Tetapi kita, sebagai orang Kristen, harus selalu bersandar pada Firman Tuhan, dan bukan pada situasi sekitar kita.

Jadi, kekayaan datang dari Tuhan dan adalah balk. Kita yang diberikan hak untuk mengelola harta itu wajib untuk mengembalikan semua itu kepada Tuhan. Kita harus memakai kekayaan kita untuk kemuliaan Tuhan, dan ketika kita mendapat kesempatan untuk mendapat lebih banyak harta, kita harus mengambil kesempatan itu dengan tujuan untuk lebih memperlebar Kerajaan Allah.

Catatan
1. Beberapa bagian Alkitab yang berbicara tentang kekayaan: Pengkhotbah 5:9-6:12; Lukas 12:16-21.



2. Hubungan topik ini dengan "Positive Confession (PC)":
a) Guru-guru PC mengajarkan bahwa adalah kehendak Tuhan supaya kita semua hidup kaya dan makmur. Hal ini tidak diajarkan di dalarn Alkitab. Bahkan gambaran Perjanjian Baru sangat jelas bahwa orang-orang Kristen miskin demi pekerjaan Allah.
b) Ajaran PC mengarahkan pandangan orang kepada harta, bukan kepada Tuhan. Hal ini bertentangan dengan Alkitab.
Dengan mempelajari topik di atas, kita dapat mengetahui konsep Alkitab mengenai kekayaan, sehingga pikiran kita tidak disesatkan oleh ajaran-ajaran yang salah tentang kekayaan.

Bibliography
Elwell, Walter A. Evangelical Dictionary of Theology. Grand Rapids: Baker Book House, 1989.
Ankerberg, John, and John Weldon. The Facts On False Teaching In The Church. Eugene: Harvest House Publishers, 1988.
Dennis. Here We Have No Lasting City.
Thompson,Frank C. The Thompson Chain-Reference Bible (New International Version). Indianapolis: B.B.Kirkhride Bible Co.,Inc., 1983.

Catatan: Artikel ini saya selesaikan pada tanggal 20 Oktober 1990.

Rabu, November 12, 2008

KEKAYAAN - Bag 2

III. Kekayaan Dari Sudut Negatif


Sekalipun kekayaan adalah karunia Allah, namun jikalau seseorang tidak mempunyai perspektif yang benar tentang kekayaan, maka kekayaan dapat menghasilkan efek yang negatif.

Efek negatif terhadap kita

1. Melupakan Allah
U1. 6:10-12; 8:13-14,18: Bani Israel diingatkan untuk tidak melupakan Allah setelah mereka jadi makmur. Allah tahu banyak orang yang sudah menjadi kaya akan sombong bahwa dirinya sendirilah yang menghasilkan kekayaan itu (8:17; Ams. 30:9). Karena itu, Allah mengingatkan kita berkali-kali untuk selalu ingat bahwa sumber kekayaan adalah Allah sendiri.


2. Mengalihkan harapan kita dari Allah kepada harta
Maz. 62:11: Maz. 62 berbicara tentang harapan kepada Allah untuk keselamatan dan perlindungan. Ay. 11 menyatakan tendensi orang yang menjadi kaya untuk melekatkan harapannya pada hartanya, dan tidak lagi kepada Allah.


3. Kehilangan ketulusan hati / kejujuran
Ams. 28:6,8,20: Ams. 28 mencatat banyak pandangan negatif tentang orang yang mencari kekayaan. Ay. 6 dan 8 menyatakan bahwa banyak orang yang mengejar harta akan serong jalannya (tidak tulus dan tidak jujur). Ay. 20 memberi kesan bahwa banyak dari mereka melanggar hukum.


4. Susah masuk Kerajaan Allah
Mat. 19:23-24: Mat. 19:16-26 mencatat seorang muda yang kaya ingin tahu cara masuk Kerajaan Allah. Yesus menyuruh dia melakukan Taurat, menjual hartanya dan memberikan sedekah, lalu mengikut Dia. Si kaya tidak mau sebab hartanya banyak (ay. 22). Lalu Yesus berkata bahwa seorang kaya sulit untuk masuk Kerajaan Allah. Hal ini menunjukkan bahwa banyak orang kaya yang hatinya sangat terikat pada hartanya, sampai-sampai dia rela melepaskan kehidupan yang kekal. Daya ikat kekayaan dapat menahan orang dari pada keselamatan jiwanya.


5. Membuat hidup tidak berbuah
Mark. 4:19: Mark. 4:1-20 mencatat perumpamaan tentang benih yang jatuh di pinggir jalan, di tempat yang berbatuan, di semak berduri, dan di tanah yang subur. Yesus mengumpamakan kekayaan sebagai semak duri, yang tumbuh dan menghimpit Firman Tuhan sehingga ia mati dan tidak berbuah. Jadi, kekayaan dapat menghambat pekerjaan Firman Tuhan, sehingga kita tidak dapat menghayati dan melaksanakannya dalam hidup kita. Mat. 6:24 menyatakan bahwa kita tidak dapat melayani Allah dan uang sekaligus.


6. Menjerumuskan orang dalam pencobaan, dll
I Tim. 6:9: Orang yang ingin kaya terjatuh dalam pencobaan, jerat, nafsu-nafsu hampa, celaka, runtuh, dan binasa.


7. Berbuat jahat, menyimpang dari iman, berduka
I Tim. 6:10: Orang yang mencintai dan memburu uang (kekayaan) rela berbuat kejahatan (berbohong, mencuri, menipu, dll), menyimpang dari imannya (tak pedulikan Tuhan dan FirrnanNya, dll), dirundung kedukaan (kekosongan hati, kekecewaan, dll).


Kesia-siaan dan ketidakkekalan kekayaan


Ams. 11:4: Harta tidak ada gunanya di dalam menghadapi penghakiman Allah.
Zef. 1:18: Kekayaan tidak dapat menyelamatkan orang dari murka Allah.
Ams, 23:4-5: Harta kekayaan dapat lenyap begitu saja.
Ams. 27:24: Harta benda tidak abadi.


Bersambung ke Bag 3

Minggu, November 09, 2008

KEKAYAAN - Bag 1

I. Pembukaan

Kekayaan...apakah itu? Kata Inggris yang dipakai untuk kekayaan adalah wealth, yang berarti keadaan sejahtera. Kekayaan biasanya dipakai untuk mengungkapkan keadaan sejahtera yang berasal dari luar (misalnya uang, rumah, dll), bukan dari dalam (misalnya kedamaian dan kepuasan hati). Jadi, seorang yang mempunyai harta yang lebih banyak / berharga disebut lebih kaya dari pada orang yang hartanya lebih sedikit.

Artikel ini akan secara singkat menguraikan konsep Alkitab mengenai kekayaan dan sikap kita sebagai orang Kristen di dalam hal ini. Semoga tulisan singkat ini dapat dipakai untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti “Apakah kekayaan itu tidak baik?”, “Bolehkah orang Kristen mengejar kekayaan?”, dll.

II. Kekayaan Dari Sudut Positif

Kekayaan adalah sesuatu yang dapat menjadi baik dan dapat menjadi buruk. Sebagai ilustrasi adalah pisau; pisau dapat dipakai untuk memotong daging (baik) ataupun untuk membunuh orang (buruk).

Kekayaan adalah karunia Allah

1. Ul. 8:18
Konteks:

Buku Ulangan ditulis untuk generasi Israel yang lahir di padang gurun. Isinya adalah hukum-hukum yang diberikan oleh Allah di gunung Sinai (Kel. 19 dan seterusnya), ditambah dengan himbauan-himbauan untuk mentaatinya, dan sejarah pengalaman orang­orang Israel. Pengulangan ini dibuat untuk mengingatkan bani Israel akan hukum-hukum Allah yang diterima oleh generasi sebelumnya, yang dimusnahkan Allah di padang gurun (Bil. 14:29-30). Ul. 8 membicarakan pemeliharaan Allah atas perjalanan orang Israel dan tanah perjanjian.
Isi:

Tuhan memberikan kekuatan kepada bani Israel untuk memperoleh kekayaan di Kanaan.
App:

* Untuk mendapatkan kekayaan, kita harus bekerja (bukan dengan menuntut).
* Tuhan mengaruniakan kekuatan bekerja, dan dengan bekerja kita dapat kekayaan. Jadi, Tuhan yang mengaruniakan kekayaan kepada kita.

2. I Taw. 29:12 14,16
Konteks:

I Taw. 29:1-10 mencatat pidato Raja Daud kepada pembesar-pembesar Israel (I Taw. 28:1), di mana beliau mengajak para pendengarnya untuk memberikan persembahan demi pembangunan Bait Suci dari harta mereka. I Taw. 29:10-19 mencatat doa Daud setelah semua persembahan terkumpul.
Isi:

Semua kekayaan berasal dari Allah.
App:

* Semua kekayaan kita berasal dari Allah / karunia Allah.
* Kita patut dengan rela mempersembahkan kembali kekayaan kita kepada Allah.

3. Pkh. 5:18
App:

Kekayaan, harta benda, dan kuasa untuk menikmati semua itu adalah karunia Allah.

Jadi, Alkitab menyatakan bahwa kekayaan adalah karunia dari Allah. Karena Allah selalu memberikan yang baik (Yak. 1:17), dan kekayaan datang dari Allah, karena itu kekayaan adalah baik.

Tokoh-tokoh Alkitab yang kaya

1. Abraham (Kej.13:2)
2. Ishak (Kej. 26:14)
3. Yakub (Kej. 30:43; 32:5)
4. Barzilai, seorang Gilead, teman Daud (II Sam. 19:32)
5. Daud (I Taw. 29:28)
6. Salomo (II Taw. 9:22)
7. Ayub (Ay. 1:3)
8. Yusuf dari Arimatea (Mat. 27:57)
9. dll


Bersambung ke bag 2

Kamis, Oktober 30, 2008

SEMANGAT REFORMASI - Bag 2

Semangat Reformasi haruslah kita warisi dan hayati. Sebagai umat Kristen Protestan masa kini, kita harus siap dan berani untuk menegakkan kebenaran Allah. Sebagaimana Luther mengamati keadaan sekitarnya, membandingkannya dengan Kitab Suci, lalu bereaksi di bawah terang kebenaran Allah, demikian pula kita perlu mengamati dan mengevaluasi serta bereaksi terhadap keadaan sekitar kita di bawah terang kebenaran Allah.

Reaksi Luther ditujukan terutama pada ajaran dan praktek Gereja pada masa itu. Tetapi penerapan semangat Reformasi di zaman moderen dan berkembang ini tidak perlu dibatasi pada masalah-masalah gerejawi dan teologis saja, melainkan harus mencakup seluruh kehidupan kita, karena kebenaran Allah menyangkut segala aspek kehidupan. Zaman di mana kita hidup sekarang adalah zaman yang suram oleh banyak penyimpangan dari kebenaran Allah. Di dalam masyarakat terjadi banyak ketidakadilan, penindasan, kriminalitas, dan lain-lain. Di dalam moral terdapat praktek-praktek asusila dalam segala bentuknya. Di dalam Gereja terdapat pertengkaran, sengketa, ajaran-ajaran yang tidak Alkitabiah, dan sebagainya. Sering kita tidak menyadari penyimpangan-penyimpangan sedemikian di sekitar kita. Mungkin karena kita kurang peka atau sudah terbiasa dengannya. Atau mungkin karena kita sendiri pun sebenarnya terlibat dalam berbagai penyimpangan. Mungkin kita merasa demikianlah keadaan zaman ini dan kita tidak mungkin dapat mengubahnya, jadi biarkan saja. Bukankah semua orang melakukannya juga?

Tetapi semangat Reformasi itu berbeda. Ketika membandingkan keadaan zaman dengan kebenaran Allah dan menemukan bahwa zaman sudah korup, semangat Reformasi tidak tinggal diam. Semangat Reformasi justru berkobar dan meninggikan kebenaran Allah, walaupun harus membayar dengan berbagai kesulitan, tantangan dan aniaya. Menerapkan semangat Reformasi di dalam hidup kita berarti berani menjatuhkan vonis pada zaman ini dan meninggikan kebenaran Allah di masa hidup kita. Semangat Reformasi menuntut kita untuk tidak tinggal diam dan membiarkan diri dihanyutkan arus zaman, melainkan sekuat tenaga menentang arus zaman yang tidak selaras dengan kebenaran Allah. Semangat Reformasi memanggil kita untuk tidak menjadi pelita di bawah gantang, melainkan untuk menjadi terang yang bercahaya di atas kaki dian, membawa terang Kristus pada dunia yang kelam (Mat. 5:14-16).

Mewarisi dan menerapkan semangat Reformasi bukanlah hal yang ringan. Hal ini menuntut pengorbanan dan jerih payah. Dunia tidak akan bersimpati pada kita. Tetapi itulah sesungguhnya makna menjadi seorang penganut Kristen Protestan. Aliran Protestan adalah salah satu buah dari semangat Reformasi. Dengan memeluk aliran ini, kita perlu menghayati semangat yang melahirkannya. Tanpa memiliki kobaran semangat Reformasi, kita menyandang nama Protestan tanpa mengerti inti nama itu sendiri; kita kehilangan jati diri. Tahun ini, saat kita mengingat hari Reformasi, marilah kita menilik diri kita sendiri. Apakah kita sudah memiliki semangat Reformasi? Apakah kita rela menjadi terang dan garam di tengah kegelapan dan kehambaran dunia? Apakah kita sudah layak untuk menyandang nama Protestan?




Catatan: Artikel ini saya selesaikan pada tanggal 5 September 1996.

SEMANGAT REFORMASI - Bag 1

Peristiwa pada tanggal 31 Oktober 1517 di kota Wittenberg di Jerman menandai lahirnya suatu gerakan di dalam keKristenan, yang kita kenal dengan nama gerakan Reformasi. Pada hari itu, orang menemukan sebuah selebaran yang telah dipakukan pada pintu Gereja Wittenberg. Selebaran tersebut adalah buah karya Martin Luther, seorang biarawan dari golongan Agustinus, dan isinya merupakan sembilan puluh lima butir dalil yang menantang praktek-praktek Gereja saat itu. Dalil-dalil yang ditulis dalam bahasa Latin dan semula dimaksudkan untuk menjadi bahan perdebatan dengan pemuka-pemuka Gereja, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman yang dimengerti masyarakat luas, sehingga akhirnya tantangan Luther berkembang menjadi suatu gerakan besar yang berupaya untuk memperbaharui Gereja kembali kepada kebenaran yang sejati.

Tindakan Luther menulis dan mengumumkan ke-sembilan-puluh-lima butir dalilnya sesungguhnya merupakan reaksi terhadap praktek-praktek Gereja pada masa itu, yang ia temukan bertentangan dengan ajaran Alkitab yang murni. Di antaranya adalah praktek menjual karunia penghapusan dosa. Di dalam upaya Gereja untuk memugar Katedral St. Peter dan melengkapinya dengan sebuah kubah raksasa, Gereja memerlukan dana yang besar. Pemenuhan dana tersebut diupayakan dengan menawarkan surat­-surat pengampunan dosa kepada masyarakat, yang dapat diperoleh dengan membayar sejumlah uang. Lebih jauh lagi, diperjualkan pula surat-surat yang dapat melepaskan jiwa-jiwa yang terjerat di dalam purgatori. Umat Kristen dapat memindahkan mereka yang masih menanti di alam purgatori ke Surga pada harga tertentu. Penyimpangan-penyimpangan Gereja seperti itulah yang mendorong Martin Luther untuk bertindak, tindakan mana kemudian melahirkan aliran Protestan.

Ada banyak hal yang dapat kita pelajari dari gerakan Reformasi. Gerakan tersebut menelurkan banyak ajaran yang sangat penting dan teosentris, seperti misalnya sola scriptura (bahwa hanya Kitab Suci saja yang boleh menjadi dasar iman dan kehidupan Kristen), sola fide dan sola gratia (bahwa keselamatan adalah karunia Allah semata melalui iman, bukan hasil upaya manusia), dan lain sebagainya. Namun di atas semuanya itu, kita perlu mengingat bahwa gerakan tersebut dikobarkan oleh suatu semangat, yaitu semangat untuk menegakkan kebenaran Allah di tengah penyimpangan-penyimpangan yang ada. Tanpa semangat sedemikian, Luther tidak akan bertindak ketika ia melihat praktek-praktek Gereja yang tidak Alkitabiah. Sebaliknya, justru karena Luther memiliki semangat untuk memperbaharui Gereja, semangat untuk membawa Gereja kembali kepada kebenaran Alkitab yang sejati - semangat Reformasi - maka ia memakukan dalil-dalilnya dan dengan rela menanggung segala akibatnya.


Bersambung ke bagian 2

SELINGAN

Tidak terasa sudah lebih 6 bulan berlalu tanpa saya sempat menjenguk blog saya ini. Selama absen saya dan keluarga berada di Perth, Australia. Kami menantikan kehadiran putri kami, Desiree Esther Lie. Selama bulan-bulan pertama mengasuh Desiree kami sangat beruntung mendapatkan bantuan dari ibu mertua saya yang menyempatkan diri untuk datang ke Perth. Tetapi setelah masa berlaku visanya habis dan beliau harus kembali ke Indonesia, saya dan istri mengasuh putra dan putri kami sendiri. Bulan-bulan dimana kami hanya berempat saja memberikan pengalaman yang berharga bagi saya. Saya belajar bagaimana mengasuh seorang anak batita dan seorang bayi, menyelami makna kesabaran / toleransi dan disiplin dalam membesarkan anak, lebih dalam mengenal istri dan anak-anak bahkan diri saya sendiri, serta banyak pengalaman lainnya. Namun yang paling memuaskan adalah kesempatan untuk mendampingi anak-anak sepanjang waktu, serta menyaksikan kembang tumbuh mereka dalam segala aspeknya. Pengalaman dan kesempatan seperti ini merupakan anugerah yang akan saya syukuri seumur hidup, walau harus dipadani dengan pengorbanan waktu dan banyak kepentingan diri. Salah satu yang ikut saya korbankan adalah waktu untuk mengurus blog ini.

Minggu yang lalu kami sekeluarga terbang kembali ke Jakarta. Ada hal-hal yang membutuhkan perhatian dan keberadaan kami di sini. Salah satu keuntungan berada di Jakarta adalah tersedianya banyak bantuan untuk mengurus kedua anak kami. Mudah-mudahan dengan berbagi beban seperti ini saya dapat menyisihkan waktu untuk kembali mengolah blog ini.

Saya berterima kasih pada anda yang telah mengunjungi blog saya, bahkan yang menyempatkan diri untuk memberi komentar dan menyapa lewat shoutbox. Dan saya mohon maaf atas tersendatnya pengembangan blog ini. Doakanlah agar blog ini dapat terus menjadi berkat bagi banyak orang.

Segala kemuliaan bagi Allah saja.

Minggu, Maret 30, 2008

KEBANGKITAN YESUS DAN IMAN KRISTEN - bag 2

Semua keadaan di atas berlaku pada hari Sabtu. Tetapi pada hari Minggu pagi, keadaan berubah sama sekali, sebagai berikut:

1. Meterai Romawi rusak. Siapakah yang berani menantang kekuasaan Romawi, di bawah ancaman hukuman mati?
2. Tubuh Yesus tidak ada di dalam kuburNya. Bahkan musuh-musuh Yesus pun tidak dapat menyangkal fakta ini. Jikalau tubuh itu masih ada di sana, maka ketika murid-murid Yesus mengabarkan kebangkitanNya, musuh-musuh Yesus dapat dengan mudahnya menyangkal kesaksian mereka dengan mengeluarkan tubuh itu. Dengan demikian iman Kristen akan dihancurkan saat itu juga. Namun tidak seorang pun sepanjang sejarah dapat menunjukkan tubuh Yesus. Kubur Yesus tetap kosong sampai sekarang, dan jasad Yesus tetap tidak ditemukan.
3. Batu penutup kubur yang seberat 1,5 sampai 2 ton itu telah tergeser jauh, bukan saja dari pintu kubur, tetapi bahkan dari seluruh bukit batu kubur tersebut. Untuk menggeser batu seberat itu saja sudah sulit, apalagi memindahkannya jauh-jauh. Lagipula, jikalau seseorang ingin mencuri tubuh Yesus, untuk apa is memindahkan batu penutup jauh-jauh? Pergeseran batu penutup pintu kubur Yesus menunjukkan suatu kuasa di luar manusia yang melakukannya.
4. Pasukan Romawi meninggalkan kubur dan pergi kepada imam-imam kepala Yahudi. Pasukan penjaga itu akan menghentikan segala usaha manusiawi yang mengganggu kubur Yesus. Mustahil jikalau sekelompok orang dapat mendekati kubur Yesus, merusak meterai, memindahkan batu penutup jauh dari kubur, dan membawa pergi tubuh Yesus tanpa sepengetahuan mereka. Tetapi bahwa pasukan tersebut terpaksa meninggalkan tugas menunjukkan bahwa sesuatu di luar kekuasaan mereka telah terjadi pagi itu.
5. Injil Yohanes mencatat bahwa ketika Petrus dan Yohanes pergi ke kubur Yesus, mereka menemukan kain pembalut tubuh Yesus masih ada di dalam kubur, umumnya masih dalam keadaan seperti ketika membalut tubuh itu, namun sekarang sudah kosong. Jikalau ada yang ingin mencuri tubuh Yesus, mungkinkah ia meninggalkan kain kafan itu, bahkan dalam bentuk yang semula?
6. Yesus kemudian menampakkan diri kepada beberapa orang, bahkan suatu ketika kepada lebih dari 500 orang sekaligus. Paulus kemudian mengatakan bahwa banyak dari saksi mata ini masih hidup pada masa pelayanan Paulus, dan siap memberikan kesaksian pada saat itu juga. Yesus bahkan menampakkan diri pada orang­-orang yang tidak percaya kepadaNya, termasuk Paulus dan Yakobus saudaraNya sendiri. Mereka tidak akan memberikan kesaksian akan kebangkitan Yesus jikalau mereka tidak sungguh-sungguh telah melihat Yesus yang hidup.

Sekarang, marilah kita renungkan hal-hal di atas. Ingatlah pengalaman Yesus setelah Ia ditangkap: enam persidangan sepanjang malam dan pagi, tekanan batin, cambukan yang merusak punggungNya, palang berat di bahuNya, sengsara penyaliban, darah dan air dari lambungNya, kaki yang tidak dipatahkan, verifikasi kematian oleh pasukan Romawi, kubur batu dan batu penutup yang berat, balutan erat dan ramuan yang merekatkannya pada tubuh, meterai dan penjagaan pasukan Romawi; mungkinkah Yesus tetap bertahan hidup dalam keadaan demikian? Saya rasa tidak. Semua ini memastikan bahwa Yesus sungguh telah mati. Lebih mudah dan rasional untuk percaya bahwa Yesus sudah mati daripada mempercayai sebaliknya. Sekarang, ingatlah apa yang terjadi Minggu pagi: meterai rusak, kubur kosong, batu berat berpindah jauh, pasukan Romawi melarikan diri, kain kafan yang kosong, dan para saksi mata Yesus yang hidup setelah kematianNya; penjelasan apa yang anda dapat berikan atas fakta-fakta tersebut? Tidak ada penjelasan lain yang rasional, kecuali bahwa Yesus yang sudah sungguh mati, sekarang sudah bangkit dari kematianNya.

Kebangkitan Yesus adalah fondasi dari iman Kristen. Paulus mengatakan bahwa tanpa peristiwa tersebut maka iman Kristen menjadi sia-sia. Tetapi, walaupun kebangkitan dari kematian merupakan hal yang aneh dan tidak lazim, dan karenanya sulit diterima dan dipercaya oleh kita, mempercayai kebangkitan Yesus bukanlah suatu tindakan yang bodoh dan buta. Fakta-fakta seputar peristiwa penyaliban dan kebangkitan Yesus justru menghasilkan kesimpulan bahwa Yesus telah sungguh mati dan bangkit kembali. Oleh sebab itu, kita dapat dan bahkan patut mempercayai bahwa Yesus memang sudah bangkit dari kematian. KebangkitanNya itu membuktikan bahwa Ia adalah Allah, dan kenyataan ini menjamin kebenaran iman Kristen yang diajarkanNya. Oleh sebab Yesus telah bangkit, maka kita boleh yakin bahwa iman Kristen itu benar adanya.

Daftar bacaan berkenaan dengan kebangkitan Yesus:

Geisler, Norman L. The Battle for the Resurrection. Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1989.
McDowell, Josh. The Resurrection Factor. San Bernardino: Here's Life Publishers, 1981.
Morison, Frank. Who Moved the Stone? Grand Rapids: Lamplighter Books.

KEBANGKITAN YESUS DAN IMAN KRISTEN - bag 1

Jikalau anda datang kepada saya dan bertanya, "Apa yang membuat anda yakin bahwa iman Kristen itu benar?", maka secara singkat akan saya jawab, "Karena Yesus sudah bangkit dari kematian." Di balik jawaban yang singkat ini adalah pemikiran sebagai berikut: Yesus adalah pencetus iman Kristen; Yesus mati, namun kemudian hidup kembali; manusia biasa tidak akan bangkit dari kematiannya, maka kebangkitan Yesus menunjukkan bahwa Ia bukanlah manusia biasa, melainkan adalah Allah sendiri, sebagaimana yang Ia nyatakan selama hidupNya; sifat Allah (benar, kudus, tidak mungkin menipu, dan lain sebagainya) memastikan bahwa apa yang Ia cetuskan pasti benar; Yesus adalah Allah, maka apa yang Yesus cetuskan pasti benar; Yesus mencetuskan iman Kristen, maka iman Kristen pasti benar.

Jawaban di atas dan logika yang melatarbelakanginya, meskipun nampak sederhana, sebenarnya dibayangi banyak isu yang pelik yang menuntut penyelesaian. Misalnya, supaya jawaban di atas menjadi benar, kita harus terlebih dahulu yakin bahwa Yesus memang seorang tokoh sejarah dan bukan tokoh fiksi atau mitos. Di antara begitu banyak tokoh agama dan kepercayaan yang eksistensinya dibayangi khayalan, bagaimanakah kita dapat memastikan bahwa Yesus memang manusia darah dan daging yang pernah hidup di tanah Palestina sekitar 2000 tahun yang lalu? Jikalau Yesus bukan tokoh sejarah, maka kebangkitanNya pun hanya sekedar cerita, dan tidak mungkin mempunyai dampak yang riil dan konsisten dalam realita eksistensi manusia. Tempat dan waktu tidak memungkinkan pembahasan topik ini, maka untuk keperluan artikel ini marilah kita setuju untuk mengakui bahwa Yesus memang seorang tokoh sejarah, seorang Yahudi yang pernah hidup sekitar 2000 tahun yang lalu.

Setelah kita menerima eksistensi Yesus, masih ada isu yang mengganjal mengenai kebangkitan Yesus. Seseorang baru dapat bangkit dari kematian hanya jikalau ia sudah sungguh-sungguh mati. Maka, kita harus memastikan bahwa Yesus memang pernah sungguh mati. Lalu, kita harus memastikan bahwa setelah Yesus mati, Ia kemudian hidup kembali. Hanya setelah memastikan kedua hal ini, yaitu bahwa Yesus memang mati dan bahwa Yesus kemudian sungguh hidup kembali, maka "kebangkitan Yesus" mempunyai makna. Seorang bernama Josh McDowell, ketika suatu waktu ditantang untuk mempertimbangkan keKristenan, menyelidiki dengan seksama kebangkitan Yesus. Usahanya ini membuatnya menjadi seorang Kristen, karena hasil risetnya tidak memungkinkan dia untuk menolak kebenaran akan peristiwa ini. Ia menulis beberapa buku tentang hasil penelitiannya, salah satunya adalah The Resurrection Factor, yang isinya telah turut menguatkan iman saya. Berikut ini saya bagikan dengan anda sebagian isi buku tersebut, berkenaan dengan kedua isu di atas.

Untuk memastikan kematian Yesus, pertimbangkanlah butir-butir observasi berikut ini:

1. Yesus ditangkap di Taman Getsemani pada hari Kamis malam. Dari saat itu sampai waktu penyaliban sekitar jam 9 Jumat pagi, Yesus diperhadapkan kepada enam persidangan, yaitu tiga persidangan Yahudi dan tiga persidangan Romawi. Di dalam persidangan-persidangan tersebut Yesus menghadapi fitnah, ejekan, dan berbagai kekerasan fisik. Terakhir, setelah vonis salib dijatuhkan, Ia juga dicambuk. Cambuk yang dipakai mempunyai tulang-tulang runcing dan bola-bola metal kecil yang dirajut dalam helai-helai kulit, khusus dirancang untuk mencabik dan menghantam punggung si korban sampai hancur. Kemudian Yesus harus memikul palang salibNya sepanjang jalan menuju Golgota, palang mana diperkirakan seberat 55 kilogram. Hasilnya, ketika Yesus berdiri di atas bukit Golgota, Ia adalah sosok yang letih oleh tekanan mental dan dera fisik, dan penuh kesakitan dalam hati dan tubuhNya.
2. Yesus kemudian menjalani sengsara penyaliban. Seseorang yang digantung di kayu salib, dengan tangan yang terus terentang menahan berat badannya, akan segera mengalami kesulitan pernafasan. Jikalau ia bertahan hidup, maka kakinya akan dipatahkan sehingga tidak lagi dapat dipakai untuk membantu menopang tubuhnya. Saat itu dadanya akan benar-benar tertekan dan ia akan mati. Yesus pasti mengalami penderitaan ini, namun Ia mati sebelum kakiNya perlu dipatahkan. Darah dan air yang keluar dari lambung Yesus menunjukkan bahwa Ia sudah mati. Pilatus juga tidak akan menyerahkan jasad Yesus sebelum tentaranya memastikan bahwa Yesus sudah mati, dan tentara Romawi yang ahli berperang sudah tentu tahu membedakan antara hidup dan mati.
3. Tubuh Yesus ditempatkan di dalam kubur yang digali dari bukit batu. Batu yang menutupi pintu kubur diperkirakan seberat 1,5 sampai 2 ton. Jikalau Yesus masih hidup saat dimasukkan ke dalam kubur itu, Ia tentu tidak akan bertahan hidup lama.
4. Seturut adat pemakaman Yahudi, setelah tubuh Yesus diturunkan dari salib dan dibersihkan di dalam kubur, tubuh tersebut akan dibalut dengan kain lenan dan dilumuri ramuan rempah. Balutan lenan tersebut mengikat erat dari ujung kaki sampai ujung kepala, dan ramuan tersebut akan merekat balutan dengan jasad sehingga balutan tersebut sulit untuk dilepaskan. Berat balutan dan ramuan pada tubuh Yesus diperkirakan sekitar 60 kilogram. Jikalau Yesus masih hidup, Ia tidak akan bertahan hidup lama di dalam balutan tersebut.
5. Kubur Yesus dimeterai dan dijaga oleh pasukan Romawi. Untuk memeterai kubur Yesus, pasukan Romawi perlu terlebih dahulu memastikan bahwa tubuh Yesus memang berada di dalam kubur tersebut. Kemudian batu penutup pintu kubur digulingkan pada tempatnya, dan sebuah tali direntangkan di atas batu tersebut dengan kedua ujungnya dimeterai dengan meterai pemerintah Romawi di atas tanah liat. Barangsiapa merusak meterai tersebut akan berurusan dengan kekuasaan Romawi, dan diancam dengan hukuman mati. Pasukan Romawi, yang ditugaskan menjaga kubur Yesus, adalah satuan perang yang sangat terlatih dan disiplin. Diperkirakan satu unit pasukan Romawi terdiri dari 16 tentara, dengan 4 tentara berjaga sementara yang lainnya beristirahat, dan setiap 4 jam regu yang berjaga bergantian dengan yang tadinya beristirahat. Meterai pemerintah dan penjagaan ketat dari pasukan Romawi memastikan bahwa tubuh Yesus tetap berada di dalam kubur.



Bersambung ke bag 2

Catatan: Saya tidak ingat kapan artikel ini saya tulis.

Minggu, Maret 23, 2008

2000 TAHUN YANG LALU - MINGGU

Menjelang fajar hari Minggu, beberapa wanita pergi untuk menengok kubur Yesus. Tiba-tiba terjadi gempa bumi yang hebat. Malaikat Tuhan turun dari langit dan menggulingkan batu yang menutup kubur Yesus. Prajurit-prajurit penjaga kubur melarikan diri ke kota Yerusalem. Wanita-wanita yang datang ke kubur Yesus diberitahukan bahwa Yesus telah bangkit. Mereka diutus kepada murid-murid Yesus yang lain untuk mengabarkan berita suka-cita ini.

Dan Yesus sendiri, yang sudah bangkit dari kematian, menampakkan Diri kepada Maria Magdalena dan wanita-wanita yang lain, kepada Petrus, kepada 2 muridNya yang sedang dalam perjalanan ke kampung Emaus, kepada rasul-rasulNya serta Tomas, bahkan kepada lebih dari 500 orang sekaligus.

Selama 40 hari Yesus berulang-kali menampakkan Diri, membuktikan dengan banyak tanda bahwa Dia hidup, dan berbicara tentang Kerajaan Allah.

Akhirnya Dia naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa (Efesus 1:20).

YESUS SUDAH BANGKIT !
YESUS SUDAH MENGALAHKAN MAUT !
YESUS HIDUP !
HALELUYA ! TERPUJILAH NAMANYA SAMPAI SELAMA-LAMANYA !!

A M I N.

Baca: Mat. 28:1-20; Mrk. 16:1-20; Luk. 24:1-2; 13-53; Yoh. 20:1-2, 11-29; 21:1-24

Sabtu, Maret 22, 2008

2000 TAHUN YANG LALU - SABTU

Yesus masih terbaring dalam kuburNya……………….

Baca: Mat. 27:62-66

Jumat, Maret 21, 2008

2000 TAHUN YANG LALU - JUMAT

Hari masih larut malam, masih permulaan hari Jumat, ketika Yesus digiring masuk kembali ke kota Yerusalem, menuju rumah Imam Besar. Pertama-tama, Ia diperhadapkan kepada Hanas, mertua Imam Besar. Kemudian ke hadapan Imam Besar Kayafas sendiri. Akhirnya, Yesus diperhadapkan kepada Sidang Mahkamah Agama, di hadapan ahli-ahli Taurat dan tua-tua Israel. Sidang itu berusaha menjatuhkan hukuman atas diri Yesus, tetapi tidak ada kesaksian yang dapat mendukung. Atas desakan Kayafas, “Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?”, Yesus menjawab:

“Akulah Dia.”

Kayafas mengoyak pakaiannya, lalu bersama seluruh sidang ia menjatuhkan hukuman mati atas Yesus. Kemudian beberapa orang mulai meludahi Yesus, meninjuNya dan mempermainkanNya.

Sementara itu, Petrus menyangkali Gurunya tiga kali.

Pagi-pagi benar, Yesus digiring ke gedung pengadilan dan diperhadapkan pada Pontius Pilatus, gubernur Yudea dan Samaria saat itu. Dia pun tidak dapat menemukan kesalahan apapun pada diri Yesus. Lalu ia mengirim Yesus kepada Herodes. Di hadapan Herodes sekali lagi imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat melontarkan berbagai tuduhan, tetapi ia pun tidak menemukan dasar untuk menghukum mati Yesus. Malah, ia dan pasukannya menista dan mengolok-olok Yesus. Kemudian Yesus dikirim kembali kepada Pilatus. Pilatus sekali lagi menyatakan bahwa Yesus bersih dari segala kesalahan, tetapi imam-imam kepala, pemimpin-pemimpin dan rakyat Yahudi berseru agar Yesus disalibkan; bahkan sebagai gantiNya mereka memilih untuk melepaskan Barabas, seorang pemberontak. Akhirnya Pilatus menjatuhkan hukuman mati atas Yesus, setelah mencuci tangannya sebagai tanda tidak bertanggung-jawab atas pembunuhan itu.

Prajurit-prajurit Romawi membawa Yesus masuk ke dalam gedung pengadilan. PakaianNya ditanggalkan dan jubah ungu dikenakan kepadaNya. Sebuah mahkota duri dianyam dan ditaruh di atas kepalaNya. Yesus diolok-olok, diludahi, dipukul dan disesah. Lalu dengan tubuh yang rusak, lelah dan kesakitan, Yesus memikul salibNya, berjalan keluar kota Yerusalem menuju Golgota.

Sekitar jam 9 pagi ………… paku menembus tangan kananNya,
paku menembus tangan kiriNya,
paku menembus kedua kakiNya,
dan tergantunglah Anak Domba Allah …….
antara dua penyamun,
antara langit dan bumi.

Orang-orang yang lewat mengejek Yesus. Ahli-ahli Taurat dan tua-tua Yahudi mengolok-olok Dia. Prajurit-prajurit Romawi turut menghina Dia. Tetapi Yesus berdoa:

“Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang
mereka perbuat.”

Kepada salah seorang penjahat yang disalibkan denganNya, ketika ia menaruh harap dan imannya kepada Yesus, Ia berkata:

“Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku
di dalam Firdaus.”

Ketika Ia melihat ibuNya dan seorang muridNya di bawah salibNya, Ia berkata:

“Ibu, inilah, anakmu!”
“Inilah ibumu!”

Pada tengah hari, kegelapan meliputi seluruh daerah itu, sampai jam 3 sore. Sementara itu, Yesus berkata:

“AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
“Aku haus!”
“Sudah selesai.”
“Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.”

Lalu Yesus menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya.

Tiba-tiba terjadi gempa bumi. Bukit-bukit batu terbelah. Kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus bangkit dari kematian. Sementara itu, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Kepala pasukan yang menjaga Yesus menjadi gentar dan mengakui Yesus sebagai Anak Allah. Orang banyak menyesali perbuatan mereka atas Yesus.

Supaya ketiga orang yang disalibkan itu dapat mati sebelum hari Sabat dimulai, kaki-kaki mereka perlu dipatahkan. Tetapi karena Yesus sudah mati, kakiNya tidak dipatahkan. Tetapi lambungNya ditikan dengan tombak, dan mengalirlah keluar darah dan air. Lalu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang mengikut Yesus secara diam-diam, meminta mayat Yesus dari Pilatus. Bersama rekannya Nikodemus, ia mempersiapkan jenazah Yesus, lalu meletakkannya dalam sebuah kubur batu yang baru. Sebuah batu digulingkan ke pintu kubur itu. Beberapa wanita pengikut Yesus menyaksikan penguburan ini.

Malam harinya, kubur Yesus dimeterai dan dijaga oleh sekelompok pasukan.

Demi kita, Yesus rela merendahkan diri, bahkan sampai mati di kayu salib. Relakah kita membalas kasihNya dengan memberikan seluruh diri kita kepadaNya?

Baca: Mat. 26:57-68; 27:1-66; Mrk. 14:53-72; 15:1-47; Luk. 22:54-71; 23:1-53; Yoh. 18:13-40; 19:1-42

Kamis, Maret 20, 2008

2000 TAHUN YANG LALU - KAMIS

Hari sudah malam ketika Yesus dan kedua-belas muridNya makan bersama-sama di sebuah ruang atas. Lalu Yesus bangkit, menanggalkan jubahNya, mengikat sehelai kain lenan pada pinggangNya, lalu mulai membasuh kaki murid-muridNya dan menyekanya dengan kain yang di pinggangNya. Yesus berkata:

“Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu,
maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan
suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang
telah Kuperbuat kepadamu.”

Setelah Yudas Iskariot pergi dari pertemuan itu, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-muridNya sambil berkata:

“Inilah tubuhKu yang telah diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi
peringatan akan Aku.”

Lalu Ia mengangkat cawan, mengucap syukur dan memberikannya kepada mereka:

“Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darahKu, yang ditumpahkan
bagi kamu.”

Selanjutnya, Yesus mengucapkan kata-kata perpisahan dengan murid-muridNya.

“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang
datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
“Damai sejahtera kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan
kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan
oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”
“Inilah perintahKu kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.”

Roh Kuduspun dijanjikan.

“Dan kalau Ia [Roh Kudus] datang, Ia akan menginsafkan dunia akan
dosa, kebenaran dan penghakiman.
“Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin
kamu ke dalam seluruh kebenaran.”

Kemudian Yesus menengadah ke langit dan memanjatkan doa:

“Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah AnakMu, supaya AnakMu
mempermuliakan Engkau. Sama seperti Engkau telah memberikan
kepadaNya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan
memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau
berikan kepadaNya. Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa
mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan
mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. Aku telah
mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan
yang Engkau berikan kepadaKu untuk melakukannya. Oleh sebab itu,
ya Bapa, permuliakanlah Aku kepadaMu sendiri dengan kemuliaan
yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada.”
“Kuduskanlah mereka [murid-murid Yesus] dalam kebenaran; firmanMu
adalah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam
dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia.”

Malam sudah semakin larut. Yesus dan murid-muridNya keluar dari kota Yerusalem, lalu pergi ke taman Getsemani. Dengan hati yang pedih, sementara murid-muridNya tertidur, Yesus berdoa:

“Ya BapaKu, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini daripadaKu;
tetapi bukanlah kehendakKu, melainkan kehendakMulah yang terjadi.”

Tiba-tiba datanglah serombongan orang, lengkap dengan pedang dan pentung. Yudas Iskariot mendekati Yesus dan menciumNya, sebagai tanda bagi orang-orang itu untuk menangkap Gurunya. Maka mereka memegang Yesus dan menangkapNya. Seorang dari antara murid-murid Yesus menghunus pedangnya dan menetakkannya pada telinga kanan hamba Imam Besar, yang saat itu ada di sana. Tetapi Yesus menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya. Maka semua murid-murid Yesus melarikan diri, meninggalkan Yesus sendiri.

Adakah kita, sebagai pengikut-pengikut Yesus, mengasihi dan melayani satu dengan yang lain?
Adakah kita menjaga kekudusan dengan Firman Allah, di bawah penerangan Roh Kudus?
Adakah kasih dan pengorbanan Yesus kita kenang dan hayati selalu?

Baca: Mat. 26:17-29, 35-56; Mrk. 14:12-25, 32-52; Luk. 22:7-30, 39-51; Yoh. 13:1-17, 21-30; 14:1-31; 15:1-11; 16:7-15; 17:1-26; 18:1-13

Selasa, Maret 18, 2008

2000 TAHUN YANG LALU - SELASA / RABU

Yesus kembali lagi ke Bait Allah di Yerusalem dan mengajar orang banyak. Pada suatu kesempatan, imam-imam kepala dan tua-tua Yahudi datang kepadaNya dan mempertanyakan sumber otoritasNya. Yesus mencela mereka dan kaum Farisi dengan menceritakan perumpamaan tentang dua orang anak, penggarap-penggarap kebun anggur, dan perjamuan kawin. Yesus kemudian menjawab pertanyaan pengikut-pengikut Farisi dan orang-orang Herodian tentang pembayaran pajak kepada Kaisar Romawi. Dia juga menjawab pertanyaan orang Saduki tentang kebangkitan. Menjawab orang-orang Farisi tentang hukum yang terutama, Yesus berkata:

“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.”
“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan kaum Farisi dengan keras, membongkar kepalsuan mereka dan menyatakan kecelakaan mereka. Tetapi kepada janda miskin yang hanya memberikan 2 peser persembahan, Ia berkata:

“Sesungguhnya janda miskin ini memberikan lebih banyak dari pada
semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.
Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini
memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu
seluruh nafkahnya.”

Menangggapi orang-orang Yunani yang sedang mencari diriNya, Yesus berkata:

“Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan
mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan
menghasilkan banyak buah.”

Di atas Bukit Zaitun, Yesus memberikan pengajaran dan nubuat tentang apa yang akan menimpa Yerusalem dan yang akan terjadi di akhir zaman serta kedatanganNya yang kedua kali, penuh dengan kuasa dan kemuliaan.

Atas semua yang Yesus sudah ajarkan dan lakukan selama sekitar tiga setengah tahun pelayananNya, imam-imam kepala dan tua-tua Israel berkumpul dan berencana untuk menangkap dan membunuh Yesus.

Adakah kita mengasihi Tuhan dan sesama sebagaimana yang Yesus inginkan?
Adakah hidup kita berpusatkan pada Yesus, ataukah kita hidup dalam kepalsuan dan kemunafikan?
Adakah kita memberikan seluruh diri kita kepada Yesus, yang rela memberikan hidupNya untuk kita?
Adakah kita siap untuk menyambut kedatangan Tuhan kita yang kedua kali?

Baca: Mat. 21:23-41; 22:1-46; 23; 24:1-42; 25:1-46; 26:1-5, 14-16; Mrk. 11:27-33; 12:1-9, 13-44; 13:1-37; 14:1-2, 10-11; Luk. 20:1-47; 21:1-36; 22:1-6; Yoh. 12:20-50

Senin, Maret 17, 2008

2000 TAHUN YANG LALU - SENIN

Yesus kembali ke Yerusalem pada hari Senin dan kembali mengunjungi Bait Allah. Di sana Dia mendapatkan Rumah BapaNya telah dijadikan tempat berdagang dan menukar uang. Dia lalu mengacau-balaukan dagangan mereka dan mengusir mereka dari tempat itu, sambil berkata:

“RumahKu akan disebut rumah doa,
Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.”

Lalu orang-orang sakit datang menghampiri Yesus di Bait Allah, dan Dia menyembuhkan mereka. Anak-anak menyerukan pujian:

“Hosana bagi Anak Daud!”

Yesus menyatakan diriNya sebagai Mesias, dan untuk itu Dia disanjung.

Tubuh kita adalah Bait Allah (1 Korintus 3:16).
Adakah kita menjaga kekudusan tubuh kita?
Adakah kita jadikan Yesus raja atas diri dan hidup kita?

Baca: Mat. 21:12-14; Mrk. 11:15-17; Luk. 19:45-46

Minggu, Maret 16, 2008

2000 TAHUN YANG LALU - MINGGU

Dari Betania, setelah menginap selama 6 hari di sana, Yesus menuju kota Yerusalem melalui Betfage. Ia memasuki kota Yerusalem dengan menunggangi seekor keledai, untuk menggenapi nubuat Perjanjian Lama mengenai kedatangan Sang Raja Israel. Khalayak ramai mendahului dan mengikuti Dia, sambil berseru:

“Hosana bagi Anak Daud,
diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan
hosana di tempat yang tinggi!”

Yesus disambut dan dielu-elukan sebagai Mesias, Sang Raja Israel.

Yesus kemudian pergi melihat-lihat di Bait Allah, lalu kembali ke Betania.

Sudahkah anda menyambut Dia sebagai Raja?


Catatan: Ini adalah bagian pertama dari renungan berseri yang saya pernah siapkan untuk menyongsong Jumat Agung dan Paskah.

Jumat, Maret 07, 2008

APA YANG SEDANG TERJADI DI INDONESIA?

Bulan Desember tahun lalu, saya kembali ke Indonesia untuk liburan Natal dan Tahun Baru. Perjalanan ini memberikan kesempatan bagi saya untuk kembali melihat Jakarta. Banyak sekali perubahan yang menarik, hasil karya pembangunan yang berjalan pesat. Jakarta menjadi semakin ramai dengan pelbagai pusat perbelanjaan dan jalan-jalan tol.

Tetapi bukan pembangunan secara fisik saja yang sedang berlangsung di Indonesia. Keadaan kerohanian, khususnya di bidang agama Kristen, juga mengalami banyak perubahan. Misalnya, 3 tahun yang lalu, saya tidak banyak mendengar tentang persekutuan-persekutuan yang diadakan di luar gereja. Sekarang, persekutuan semacam itu sudah banyak di Jakarta. Saya sempat mengunjungi satu dari mereka. Pertemuan ini memakai nyanyian-nyanyian Kristen yang kontemporer, diiringi oleh alat-alat musik yang moderen, dan mempunyai pemimpin-pemimpin nyanyi yang bersemangat dan emosional. Semua ini menciptakan suasana yang sangat berbeda dengan kebanyakan gereja-gereja GKI, dan suasana yang baru ini memikat banyak pengunjung. Dari sekilas pandang, tampak bahwa pekerjaan Tuhan di Indonesia sangat berhasil, terbukti dengan banyaknya persekutuan dan orang-orang yang berminat untuk datang. Tetapi apakah benar demikian? Saya pribadi meragukan hal ini.

Saya akan menerangkan keraguan saya. Selama saya berada di Jakarta, saya sempat mengunjungi beberapa toko buku Kristen. Di sana saya melihat terjemahan dari buku-buku karangan Kenneth Hagin. Tahukah saudara siapa Kenneth Hagin ini? Dia adalah salah seorang yang mengajarkan ajaran "Positive Confession," suatu ajaran sesat yang berkedok Kristen. Dia mengajar dalam nama Kristus, tetapi ajarannya tidak sesuai dengan isi Alkitab. Misalnya, di dalam salah satu bukunya, Authority of the Believer (Wewenang Orang Beriman), dia menulis, "Dalam tahun 1952 Kristus muncul dalam pemandangan khayalku. Pada akhir penglihatan itu saya melihat suatu roh jahat datang menyelinap di antara saya dengan Yesus. Roh jahat itu membentangkan semacam awan hitam antara saya dengan Yesus sehingga saya tidak bisa lihat Yesus lagi. Lalu roh jahat itu mulai meloncat-loncat sambil menjerit-jerit dengan suara keras... Saya tidak mengerti mengapa Yesus membiarkan roh iblis itu berbuat semaunya saja... Lalu akhirnya saya berkata kepada roh itu, "Saya perintahkan kau, wahai roh jahat, untuk menutup mulutmu, di dalam nama Yesus Kristus!" Ketika saya berucap demikian roh jahat itu menggeletak di atas tanah... Kemudian Yesus berkata, "Kalau kau tidak berbuat sesuatu dalam hal ini, maka Aku pun tidak mungkin berbuat apa-apa juga."" Di sini Hagin menulis perkataan Yesus bahwa Ia tidak berkuasa untuk mengusir roh jahat, dan gangguan yang mereka alami tidak akan pergi kalau Hagin tidak mengusir roh itu. Dengan kata lain, Hagin mengajarkan bahwa Tuhan kita tidak maha kuasa, padahal Alkitab mengajarkan, "KepadaKu [Yesus] telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi" (Mat. 28:18). Penglihatan yang Hagin dapatkan tidak mungkin berasal dari Tuhan Yesus sendiri, karena Yesus tidak pernah berubah (Maleakhi 3:6), jadi sekali Dia maha kuasa, Dia akan tetap maha kuasa.

Selain itu, seorang yang bernama Benny Hinn (dari Amerika) juga mengadakan beberapa kali kebaktian penyembuhan ilahi di Jakarta. Kelihatannya dia juga populer di sana. Padahal, seperti Hagin, dia mengajarkan ajaran-ajaran yang sesat dengan memakai nama Kristen. Misalnya, dia mengatakan bahwa kita bukan saja manusia, tetapi juga adalah Allah. Ini bertentangan dengan ajaran Alkitab, "Bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku" (Yes. 46:9).

Di tengah pertumbuhan keKristenan yang pesat di Indonesia, masuk juga ajaran-ajaran yang sesat. Mungkin orang dapat mengatakan bahwa kebangunan rohani sudah datang di tanah air. Tetapi jikalau kita meneliti hal ini dengan lebih seksama, kita akan melihat bahwa jalan menuju kehancuran doktrin yang Alkitabiah sudah mulai dibangun. Saya kuatir beberapa tahun yang akan datang kita bukannya melihat masyarakat Indonesia yang sudah dimenangkan untuk Kristus, melainkan kita melihat orang-orang yang menyangka dirinya Kristen padahal memegang kepercayaan yang tidak sesuai dengan Alkitab. Kita harus berbuat sesuatu, terutama kita yang akan kembali dan tinggal di tanah air. Selama di Amerika, ada banyak kesempatan dan fasilitas untuk mempelajari kebenaran Alkitab yang murni dan pelbagai ajaran sesat. Marilah kita pakai kesempatan ini, sehingga setelah kembali ke tanah air, kita dapat menolong saudara/i kita yang rohaninya sedang terseret ke jalan yang mencelakakan.

Catatan: Saya tidak ingat kapan tepatnya artikel ini ditulis. Tetapi kalau dihitung dari rujukan waktu "3 tahun yang lalu", kemungkinan di tahun 1988 atau 1989. Kajian ajaran Kenneth Hagin dan Benny Hinn dalam artikel ini relevan pada waktu itu, tetapi setelah itu apakah ada perubahan ajaran mereka saya tidak mengikutinya lagi. Namun bahwa ajaran Positive Confession, Prosperity Gospel, dan semacamnya merupakan ajaran yang tidak Alkitabiah, itu tetap saya percaya sampai sekarang.

Senin, Februari 25, 2008

SADARKAH ANDA?

Kebanyakan kita adalah murid atau karyawan. Hidup kita serasa suatu rutin yang terus berulang setiap hari. Pagi kita bangun (atau siang, jikalau kita bukan orang pagi), lalu mandi dan makan. Kemudian kita pergi ke sekolah atau ke tempat kita bekerja. Sorenya, kita pulang. Kita makan malam, santai sebentar, lalu tidur. Esok hari, rutin yang sama terulang lagi, kecuali kalau hari Sabtu atau Minggu. Saya rasa, hidup kita kebanyakan seperti skenario di atas.

Di dalam rutin ini, sering kita lupa untuk berhenti sejenak. Bukan berhenti untuk mencium harumnya bunga atau menghirup udara yang sudah terkena polusi (apalagi di LA ini), tetapi untuk berpikir...berpikir mengenai suasana rohani di sekitar kita, berpikir mengenai jiwa-jiwa yang hilang, berpikir mengenai pengaruh ajaran-ajaran yang tidak benar yang menarik banyak orang jauh dari Tuhan kita.

Ambillah sebagai contoh, pengalaman saya beberapa waktu yang lalu. Waktu saya mengunjungi beberapa toko, mata saya melihat selebaran-selebaran dadu dengan judul "Are you curious about yourself? Free Personality Test enclosed". Demi memuaskan rasa ingin tahu, saya mengambil satu lembar. Ternyata, selebaran ini berisi sebuah survey dengan 200 pertanyaan, yang dirancang untuk mengevaluasi kepribadian kita. Kita dapat menjawab semua pertanyaan ini, lalu mengirimkan jawabannya ke suatu tempat, di mana jawaban itu akan dinilai dan kepribadian kita ditentukan. Ketika saya membaca lebih lanjut, saya jadi terkejut, karena penerbit dari survey ini ternyata adalah Scientology.

Saya tidak tersinggung jikalau ada sebuah survey yang berisikan 200 pertanyaan, yang ditujukan untuk mengevaluasi kepribadian kita, tersebar di berbagai tempat umum. Yang saya sayangkan adalah penerbitnya, yaitu Scientology. Kepercayaan ini didirikan oleh L. Ron Hubbard, seorang penulis cerita fiksi. Buku pegangannya berjudul Dianetics. Mungkin anda pernah melihat reklame buku ini di televisi atau di papan reklame di jalanan maupun di bus umum. Scientology mengatakan bahwa manusia berasal dari suatu ras ilahi (disebut thetan), yang datang ke bumi. Mereka mengalami proses reinkarnasi, dan dalam setiap reinkarnasi mereka tidak mengingat kehidupan mereka yang sebelumnya. Tetapi tanpa disadari, hal-hal buruk yang terjadi dalam kehidupan sebelumnya tertanam dalam pikiran mereka, dan ini menghambat kemajuan rohani mereka. Melalui Scientology, mereka dapat mengikuti semacam terapi yang dapat membebaskan mereka dari hambatan ini, sehingga mereka dapat kembali menjadi thetan. Terapi-terapi Scientology sangat mahal harganya. Seseorang harus menghabiskan banyak sekali uang supaya dia bisa terbebas. Hal ini mencekik orang-orang yang mengira bahwa cara-cara Scientology adalah mujarab, sedangkan agama ini sebenarnya adalah agama fiksi. Mudah sekali bagi Scientology untuk menjerat orang yang sedang bingung dan yang merasa tidak srek (secure) dengan dirinya sendiri.

Jikalau anda suka menonton televisi, mungkin anda sudah pernah melihat sebuah reklame yang indah sekali. Dilihat bagian depannya, reklame ini kelihatan seperti reklame Kristen yang sedang menawarkan Alkitab atau sebuah buku rohani. Tetapi belakangan, yang ditawarkan adalah Book of Mormon. Yang lebih menarik lagi, reklame ini memberikan sebuah toll-free number, dan dengan menelepon nomor ini, anda dapat memperoleh buku ini dengan gratis. Sebenarnya, ajaran Mormon dan Book of Mormon bertentangan dengan Alkitab. Mormon mengajarkan antara lain bahwa ada banyak allah, Yesus tidak dilahirkan oleh seorang perawan, dll. Book of Mormon, yang mereka anggap setara dengan Alkitab, mengandung banyak hal yang tidak masuk akal, kontradiksi, ajaran-ajaran yang bertentangan dengan ajaran Alkitab, bahkan jiplakan. Reklame Book of Mormon menyebarkan ajaran yang sesat dan menipu. Tetapi bagi orang yang tidak tahu, mereka akan menerima tawaran reklame ini, mengangkat telepon dan memesan satu buku. Bahkan orang Kristen yang tidak tahu mengenai ajaran Mormon, mereka juga mungkin tertarik. Akibatnya, mereka disesatkan oleh ajaran yang tidak berasal dari Allah.

Satu lagi kepercayaan sesat yang sedang meluas adalah New Age Movement. Jikalau anda perhatikan di toko-toko buku seperti B. Dalton dan Walden Book, .sekarang banyak dijual buku-buku dengan topik New Age seperti astrology, chanelling (cara-cara menghubungi roh halus), dll. Ada juga toko buku New Age, yang agaknya lebih lama bukanya daripada toko-toko buku Kristen. Toko-toko kaset juga sekarang mempunyai bagian khusus untuk lagu-lagu New Age. Bahkan belum lama yang lalu, pernah diadakan eksperimen di antara anak-anak sekolah di Amerika untuk memakai teknik-teknik okultisme / gaib (occultic) di dalam mereka belajar. Eksperimen ini diadakan untuk melihat apakah teknik-teknik ini dapat membantu mereka di dalam pelajaran mereka, walaupun sebenarnya ini menjerumuskan generasi yang akan datang ke tangan Setan. Sekarang juga ada psychic hot line, di mana orang bisa berkonsultasi dengan seorang psychic (cenayang atau peramal) melalui telepon. Dan tempat ramal sekarang sudah berkembang di mana-mana. Orang yang tidak tahu akan bahaya dari praktek-praktek New Age dapat dengan mudahnya terperangkap di dalam kegiatan-kegiatan okultisme yang ditentang oleh Allah.

Semua hal di atas adalah contoh dari gejala kebobrokan rohani yang ada di sekitar kita. Sadarkah kita bahwa orang-orang yang terlibat dengan ajaran-ajaran sesat seperti di atas adalah orang-orang yang tidak mempunyai keselamatan di dalam Yesus? Sadarkah kita bahwa mereka semua sedang menuju ke Neraka? Sadarkah kita akan kerusakan rohani yang mengancam generasi yang akan datang? Sadarkah kita akan hal yang patut kita lakukan sebagai orang Kristen, yaitu mengabarkan Injil Kristus kepada keluarga dan teman-teman kita, membawa mereka kepada Allah yang menyelamatkan dan kebenaranNya yang murni?

Mungkin ada di antara kita yang berkata, "Saya tidak tahu banyak tentang ajaran sesat. Bahkan, saya tidak tertarik dengan hal-hal semacam itu!" Tapi ini bukan alasan buat kita untuk tidak memperhatikan teman-teman dan keluarga kita yang terperangkap. Kita tidak perlu tahu banyak mengenai Mormon atau Jehovah Witnesses atau Scientology atau New Age. Yang kita perlu lakukan adalah mempelajari Firman Tuhan, sehingga kita sendiri tahu dan mengerti kebenaran-kebenaran Alkitab. Jikalau kita mengerti ajaran Alkitab, kita akan dapat menguji segala ajaran yang kita dengar dan tahu apakah itu sesuai dengan Alkitab atau tidak. Tanpa mendalami pelbagai kepercayaan sesat, kita dapat menyampaikan kebenaran kepada orang-orang yang tertipu dan membawa mereka kepada Kristus. Ingatlah ilustrasi ini: Seorang pegawai bank tidak mempelajari bagaimana cara untuk mengenali uang palsu. Yang dia lakukan adalah mempelajari ciri-ciri uang yang asli. Dengan mengetahui uang asli, dia dapat dengan cepat mengenali uang palsu, karena uang palsu mempunyai ciri-ciri yang lain dengan uang asli. Demikian juga dengan kita. Kita perlu mengetahui kebenaran Allah, sehingga kapan saja kita mendengar keluarga atau teman kita bercerita tentang kepercayaannya yang lain dengan ajaran Alkitab, kita dapat memberitakan Kristus yang benar kepada dia dan membawa dia kepadaNya. Pertanyaannya sekarang adalah: Sadarkah kita akan perlunya mempelajari Alkitab dengan serius? Sadarkah kita akan orang-orang yang jauh dari kebenaran? Sadarkah kita?

Bibliography

Larson, Bob. Larson's Book of Cults. Wheaton: Tyndale House Publishers, 1986
Martin, Walter. The Kingdom of the Cults. Minneapolis: Bethany House Publishers, 1985

Catatan: Tulisan ini saya selesaikan pada 20 Juli 1990. Banyak pengamatan dalam artikel ini relevan untuk tahun 1990 di Los Angeles, Amerika Serikat, tempat dimana artikel ini saya tulis, tetapi pesan intinya saya kira tetap relevan sampai kapan pun di mana pun.

Sabtu, Februari 16, 2008

KESAN-KESAN TAHUN 1990

Menjelang pergantian tahun, sering kali kita mengenang hal-hal yang kita sudah alami selama tahun yang hampir berlalu. Kita mengingat teman-teman kita, keluarga, dan pengalaman-pengalaman kita dengan mereka dan dalam sekolah, pekerjaan, dan lain-lain. Kadang-kadang kita juga mengambil pelajaran dari kesalahan-kesalahan kita supaya di tahun yang akan datang kita tidak lagi mengulangi hal yang lama. Menjelang habisnya tahun 1990 dan mulainya tahun 1991, saya pun mendapatkan kesempatan untuk mengenang beberapa hal saya lihat tahun ini. Dan saya ingin bagikan beberapa dari kenangan itu dengan saudara.

Saya merasa tahun 1990 adalah tahun yang paling berkesan bagi saya. Di tahun ini, saya dikaruniai Tuhan jabatan sebagai ketua Persekutuan Pemuda. Saya sangat bersyukur atas pelayanan ini, bukan saja karena tanggung-jawab ini memberikan peluang bagi saya untuk mengembangkan diri saya, tetapi juga karena dalam posisi ini saya boleh memperhatikan kehidupan dari banyak orang dan melihat tangan Tuhan membentuk mereka. Saya melihat banyak muda-mudi bertumbuh selama setahun ini. Banyak orang yang saya kenal di awal tahun sudah mengembangkan karakter-karakter yang lebih indah di akhir tahun. Hal ini sungguh membuat saya terkagum-kagum, karena semua ini membuktikan bahwa Tuhan sungguh bekerja di dalam hidup anak-anakNya. TanganNya sungguh seperti tangan seorang ahli kendi, yang membentuk gumpalan tanah liat dari tidak berbentuk menjadi kendi yang elok rupanya. Di tahun 1990 saya juga sempat menyaksikan beberapa orang yang menyerahkan dirinya untuk pelayanan full-time. Kejadian ini sungguh membuat hati saya melonjak dalam sukacita, karena saya sadar bahwa beberapa teman saya adalah orang yang sangat spesial di mata Tuhan, yang Dia panggil untuk menjadi hambaNya sepenuh hidup. Saya merasa bahwa untuk menjadi teman dari seorang yang spesial di mata Tuhan adalah suatu karunia yang besar.

Di samping itu, hati saya juga sangat bersuka ketika saya melihat betapa teman-teman saya muda-mudi sangat bertalenta dan rela berkorban demi pelayanan. Tahun ini saya tidak mempunyai kesempatan untuk mengikuti perayaan Natal di Amerika. Oleh karena itu, dua kali saya menyaksikan latihan drama gereja kita, dengan harapan supaya saya dapat melihat drama ini, walaupun saya tidak dapat mengikuti pementasan yang sebenarnya. Ketika saya duduk menonton, tiba-tiba saya menyadari betapa bertalentanya teman-teman yang berperan di atas panggung, dan betapa besar komitmen mereka untuk menghafalkan dan menghayati peranan mereka. Saya menyadari juga kemampuan yang Tuhan sudah berikan kepada orang-orang yang mengurus sound system, lighting, dan yang lainnya walaupun mereka tidak tampak di atas panggung. Dan kemudian, saya juga teringat akan rupa-rupa kegiatan yang muda-mudi GKI-LA sudah lakukan selama tahun 1990. Saya ingat drama yang diolah oleh muda-mudi pada waktu Paskah, teman-teman yang terlibat di dalam team untuk memimpin persekutuan pemuda menyanyi, anggota-anggota vocal group, dan lain-lain. Semua menunjukkan betapa muda-mudi gereja yang saya kenal selama ini sungguh bertalenta dan begitu rela melayani. Saya merasa terharu dan bangga untuk dapat mengenal dan bergaul dengan kalian semua.

Di tahun 1990 ini, saya melihat bagaimana Tuhan bekerja di gereja kita, bagaimana Tuhan ikut campur dalam kehidupan teman-teman saya untuk menjamah, menguatkan, dan memanggil mereka. Saya sungguh mengucap syukur kepada Tuhan karena Ia telah menempatkan teman-teman sekalian di sekitar saya, sehingga saya boleh menyaksikan kasih dan pekerjaan Tuhan yang indah. Bersekutu, melayani, dan berteman dengan kalian adalah suatu pengalaman yang tidak terlupakan. Segala puji hanya untuk Tuhan. Haleluya, amin!

nb: Selamat hari Natal dan Tahun Baru kepada teman-teman sekalian, muda-mudi GKI-LA.

Catatan: Artikel ini saya tulis di akhir tahun 1990. Ketika itu saya masih berada di Amerika Serikat, dan selama di sana saya beribadah dan melayani di GKI Lake Avenue (GKI-LA), sebuah gereja berbahasa Indonesia yang pada waktu itu digembalai oleh Pdt. Bob Jokiman dan masih meminjam tempat di Lake Avenue Congregational Church di Pasadena, Los Angeles. Keterlibatan saya di gereja ini telah menumbuhkembangkan kerohanian saya selama di perantauan.

Rabu, Februari 13, 2008

DI MANAKAH LADANG TUHAN?

"Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai" ( Yohanes 4 : 35 )

Perkataan di atas diucapkan Tuhan Yesus sementara seorang wanita Samaria kembali ke kotanya dan mengajak seluruh penduduk untuk bertemu dengan sang Mesias. Yesus mengarahkan pandangan murid-muridNya kepada jiwa-jiwa di sekeliling mereka yang memerlukan keselamatan di dalam Dia. Apakah sekarang ini kita juga sedang berdiri di tengah ladang Tuhan? Adakah kita melihat dan mengasihi jiwa-jiwa yang terluka dan masih jauh dari Tuhan?

Pandanglah dunia sekarang ini. Masih banyak orang yang belum mendengarkan Injil atau belum menerima Yesus sebagai Juruselamat. Mereka tersebar di berbagai daerah, berasal dari berbagai suku dan bangsa, berbicara dalam berbagai dialek dan bahasa. Mereka menganut berbagai agama seperti Islam, Budha, Hindu, kepercayaan primitif, dan lain-lain. Mereka terjerat di dalam berbagai ajaran sesat seperti Mormonisme, Saksi-saksi Yehovah, Gereja Kristen Ilmu Pengetahuan (Christian Science), Scientology, dan sebagainya. Bahkan di dalam gereja sendiri terdapat ajaran-ajaran yang tidak Alkitabiah dan merusak kehidupan orang. Tetapi 2000 tahun yang lalu, Yesus mati di kayu salib juga untuk mereka semua. Dunia ini adalah ladang Tuhan.

Pandanglah orang-orang yang sering kita jumpai, baik di sekolah maupun di tempat kerja. Banyak orang di sekitar kita yang tidak percaya adanya Tuhan, tidak peduli akan Tuhan, atau bingung akan hal-hal rohaniah. Mereka mungkin pandai, bahkan mengajar di perguruan tinggi atau menjadi bos kita, tetapi mata rohani mereka dibutakan oleh kuasa kegelapan. Teman-teman kita mungkin tampak ramah dan sopan, namun Tuhan masih terus mengetuk pintu hati mereka tanpa pernah dibukakan dan dipersilahkan masuk. Orang-orang di sekitar kita mungkin kelihatan periang, tetapi di belakang pintu rumah dan kamar yang tertutup mungkin banyak dari mereka yang menderita karena dinodai, diperlakukan dengan tidak senonoh, disiksa fisik dan batin, ataupun kesepian. Mereka yang suka bercanda dengan kita mungkin sedang bergumul dengan pikiranpikiran yang kotor, rencana-rencana yang fatal, kesedihan karena ditolak atau ditinggalkan seseorang, ataupun amarah terhadap Tuhan. Mereka yang dekat dengan kita mungkin terjerat dalam pemakaian obat bius atau perbuatanperbuatan lain yang melanggar hukum. Banyak anak muda yang terkena pengaruhpengaruh buruk dari musik rock dan heavy metal, ataupun dari media yang lainnya. Mungkin ada yang baru mengalami hal yang menyedihkan, yang memerlukan perhatian dan kasih sayang kita. Kenalan kita mungkin adalah korban dari penganiayaan Satanisme, yang pernah menyaksikan korban-korban Satanisme, disiksa, atau dipaksa berpartisipasi di dalam berbagai kegiatan yang tidak wajar dan mengerikan. Banyak dari tragedi di atas dapat juga terjadi dalam hidup teman-teman di gereja. Adakah kita cukup sensitif untuk melihat lebih dalam dari sekedar kulit di luar, untuk melihat apa yang sedang terjadi di dalam hidup dan hati mereka? Mereka yang kita kenal adalah ladang Tuhan.

Pandanglah saudara-saudari kita dari Indonesia. Banyak yang datang ke Amerika tanpa tahu apa-apa, tidak dapat berbicara, tidak ada pekerjaan, tidak tahu bagaimana mencari sekolah, tidak punya banyak uang, tidak punya teman, dan kesepian. Bahkan mereka yang sudah beberapa lama berada di sini masih ada yang membutuhkan pertolongan, baik fisik maupun batin. Mereka membutuhkan uluran tangan kita. Masyarakat Indonesia adalah ladang Tuhan.

Seperti pada masa hidup Tuhan Yesus, kita sekarang berada di tengah ladang Tuhan. Kemana pun kita pergi dan siapa pun yang kita jumpai, baik dia itu kenalan kita atau orang asing, kita sedang melihat suatu ladang yang sudah menguning. Orang-orang di pedalaman, orang-orang di kota besar, teman kita sekelas, orang sekantor, saudara segereja, orang-orang di jalan yang tidak kita kenal,..... mereka semua adalah ladang Tuhan. Tidak ada satu tempat pun di mana kita tidak dapat melayani Tuhan, baik dengan mengabarkan Injil atau menyatakan kasih dan pengertian. Pertanyaannya adalah, apakah kita rela untuk memandang ladang Tuhan di sekitar kita dan turun tangan untuk bekerja?

Apa yang harus kita lakukan? Marilah kita menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan supaya Dia pakai. Marilah kita, dengan kuasa Roh Kudus, merubah cara hidup kita sehingga menyerupai kehidupan Tuhan kita Yesus Kristus. Marilah kita mulai memperhatikan orang lain, tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri saja. Marilah kita menjadi terang dalam kehidupan orang di sekitar kita. Memang kita yang terbatas tidak mampu melakukan semua bentuk pelayanan, tetapi marilah kita datang ke hadirat Tuhan dan mencari tahu kehendakNya atas hidup kita, dan mendengarkan ke mana Dia ingin mengutus kita. Marilah kita menanggapi ajakan Tuhan, "Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai."

Catatan: Artikel ini ditulis pada 20/04/1991, ketika saya masih menimba ilmu di Amerika Serikat.

Rabu, Februari 06, 2008

IMLEK – bag 2

Satu hari sebelum Imlek orang mulai mempersiapkan sembahyang besar. Sesajen lengkap disiapkan, misalnya hio, kue, buah, juga termasuk hewan yang disembelih, kadang-kadang 3 macam yaitu babi, ayam dan ikan bandeng, kadang-kadang sampai 5 macam yaitu ditambah bebek dan kepiting. Meja abu juga disiapkan. Hari sebelum Imlek ini orang mulai sembahyang pada para dewa dan leluhur. Bahkan ada tradisi untuk sembahyang sekitar tengah malam tahun baru Imlek, juga waktu subuh hari pertama Imlek. Selain sembahyang keluarga juga berkumpul untuk makan minum, biasanya dengan macam makanan yang lengkap. Di dalam pesta keluarga ini ada juga yang menyiapkan jatah makanan dan tempat untuk anggota keluarga yang sudah meninggal, supaya seluruh keluarga besar, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati bersama-sama berpesta menyambut tahun baru.

Hari pertama Imlek, orang sembahyang pada para dewa. Ada juga yang hari itu tidak makan daging, dengan harapan mendapat umur panjang dan bahagia hidupnya. Hari kedua, sembahyang sambil memanjatkan doa kepada para dewa dan leluhur. Ada juga yang percaya bahwa hari kedua adalah hari jadi semua anjing, jadi hari itu anjing diperlakukan ekstra baik dan diberi makan yang cukup dan enak-enak. Hari ketiga dan keempat adalah hari untuk para menantu laki-laki untuk mengunjungi dan menghormati mertuanya. Selain itu hari keempat adalah juga hari kembalinya para dewa dari surga ke bumi, maka orang menyambut lagi dengan sesajen dan sebagainya, supaya para dewa senang dan melimpahkan rejeki dan berkah surgawi. Hari kelima sampai kesepuluh adalah waktu untuk saling berkunjung dan sembahyang di kuil memohon hoki dan kekayaan. Hari ketujuh dipercaya sebagai hari jadi manusia, maka orang makan mie sebagai tanda umur panjang dan ikan mentah sebagai tanda sukses. Hari kedelapan dirayakan oleh orang di Fujian dengan kumpul keluarga dan makan-minum, lalu tengah malam dikhususkan untuk sembahyang pada Thien, sang kaisar langit. Hari kesepuluh sampai keduabelas adalah waktu untuk mengundang teman dan keluarga untuk makan malam bersama. Hari ketigabelas, setelah hampir dua minggu terus makan enak, tiba saatnya untuk hanya makan bubur dan sayuran. Hari keempatbelas, orang mempersiapkan pesta lentera atau lampion, yang dilakukan pada hari kelimabelas, hari terakhir perayaan Imlek. Tanggal 15 bulan pertama adalah bulan purnama yang pertama kali dalam tahun baru itu, maka orang-orang merayakannya dengan spesial. Terutama orang-orang Canton dan Tiociu, mereka membuat banyak lampion dengan berbagai bentuk dan ukuran dan warna, ditaruh lilin di dalamnya. Malam harinya semua lampion dipamerkan jadi suasana begitu indah. Ada juga kebiasaan gadis-gadis melempar jeruk ke sungai dan menghanyutkan lentera di atas daun lotus di sungai, dengan harapan bisa mendapatkan calon suami yang baik.

Selain rangkaian perayaan Imlek di atas, ada juga hal-hal lain yang dilakukan orang dalam merayakan Imlek. Rumah harus dibersihkan sebelum hari Imlek. Pada malam sebelum Imlek, semua sapu, sikat, dan sebagainya harus disimpan. Pada hari pertama tahun Imlek orang tidak boleh menyapu atau membersihkan, karena takut sewaktu menyapu rejeki juga ikut tersapu dan terbuang. Mulai hari kedua orang baru boleh menyapu, tetapi sampahnya tidak boleh dibawa keluar, melainkan ditaruh di pojok rumah, dan juga tidak boleh terinjak, supaya rejeki tetap ada di rumah dan tidak hilang. Sampai tanggal lima sampah baru boleh dibuang keluar, dan itupun harus dibawa lewat pintu belakang rumah, tidak boleh lewat pintu depan. Kemudian rumah juga dihias. Selain dengan pita-pita merah, kadang-kadang bertulisan puisi, juga dihias dengan vas bunga mekar, piring berisikan jeruk dan nampan berisikan permen atau manisan buah kering. Dalam penafsiran Tionghoa, bunga berarti kekayaan dan kemajuan karir, mekar berarti kelahiran dan pertumbuhan, buah jeruk berarti kebahagian yang berlimpah. Maka secara etika Tionghoa orang membawa buah jeruk sewaktu berkunjung Imlek, apalagi kalau masih ada daunnya yang menempel, itu pertanda hubungan baik tetap terpelihara. Kemudian nampan permen itu biasanya berbentuk bulat atau segi delapan, dan itu berarti nampan kebersamaan. Orang dewasa yang mengambil permen dari sana biasanya menaruh angpau di tengah nampan. Hutang-hutang juga perlu dilunasi sebelum Imlek, dan orang juga tidak boleh memberi hutang pada orang lain pada hari Imlek, sebab kalau tidak uangnya akan terus dipinjam orang selama setahun itu. Orang juga tidak boleh bicara kata kotor atau yang negatif, tidak boleh bercerita tentang hantu, tidak boleh bilang si, yaitu angka empat yang kedengarannya seperti kata mati, dan tidak boleh bicara soal masa lalu karena nanti bisa kembali ke masa lalu dan tidak bisa maju ke tahun baru. Orang juga tidak boleh menangis di hari Imlek karena kalau tidak ia akan terus menangis setahunan. Maka biasanya anak-anak tidak dihukum walaupun nakal bagaimanapun. Rambut juga tidak boleh dicuci karena kuatir akan melunturkan hoki. Secara umumnya, semua perilaku dan suasana di hari Imlek akan menjadi perilaku dan suasana yang berlaku selama setahun, maka di hari Imlek semua harus sopan, baik, gembira, memakai baju baru dan bagus, sepatu bagus, dan seterusnya, supaya selama satu tahun mereka bisa hidup bahagia.

Jadi bagaimana kita sebagai orang Kristen menanggapi perayaan Imlek? Boleh tidak ikut merayakan Imlek? Boleh saja, asalkan hanya sebagai tradisi dan tidak ikut aktivitas-aktivitas yang tidak sesuai dengan iman Kristen. Kita boleh saja ikut menyambut tahun baru menurut kalender orang Tionghoa, ikut makan-makan dan bersukacita. Tetapi jangan ikut sembahyang pada para dewa ataupun leluhur, atau melakukan tahyul-tahyul lainnya seperti masalah menyapu, dan sebagainya. Imlek adalah bagian dari budaya Tionghoa, dan kita sebagai keturunan Tionghoa harus juga menghargai budaya yang sudah lebih tua dari budaya barat itu. Tetapi kita sebagai anak Tuhan dan anak terang harus juga menerangi apa-apa yang gelap dalam kebudayaan. Sekarang kalian sudah tahu apa itu Imlek, apa-apa yang bisa diterima dan apa-apa yang tidak bisa diterima karena tidak sesuai dengan ajaran Alkitab. Dengan itu, sekali lagi kung si fat choi, dan semoga kalian terus bertumbuh di dalam Tuhan di tahun 2551 ini!

Catatan: Tulisan ini merupakan bahan pelajaran untuk Sekolah Minggu GKI Pinangsia Kelas Praremaja, diajarkan pada hari Minggu setelah perayaan Imlek tahun 2000, yaitu pada tanggal 6 Februari 2000.

IMLEK - bag 1

Selamat pagi semua, dan kung si fat choi! Selamat tahun baru Imlek. Siapa di antara kalian yang kemarin Jumat dan Sabtu ikut merayakan Imlek? Apa yang kalian dan keluarga kalian lakukan dalam merayakannya?

Kalian tahu Imlek itu sebenarnya perayaan tahun baru menurut kalender orang Tionghoa. Jadi Imlek itu sama seperti New Year-nya kita dan kebanyakan orang di dunia ini, atau seperti Tahun Baru Hijriah-nya orang Islam. Kalau New Year itu tahun baru menurut kalender orang barat, yang perhitungannya menurut putaran bumi atas matahari, yang disebut sistem solar, sedangkan Imlek itu menurut kalender orang Tionghoa yang perhitungannya menurut putaran bulan, disebut sistem lunar. Kalau menurut New Year kita, kita sekarang ada di tahun 2000. Kalau menurut Imlek, tahun berapa sekarang? Tahun 2551, yang menurut perhitungan shio termasuk tahun naga, maka dianggap tahun ini adalah tahun hoki, karena naga dianggap hewan yang paling besar dan sakti di antara hewan-hewan shio lainnya. Kalau tahun Hijriah 6 April nanti, tahun berapa, ada yang tahu? Tahun 1421. Jadi menarik kan? Dunia baru masuk abad 21 atau milenium 3 atau tahun 2000, tetapi orang Tionghoa sudah setengah milenium lebih dari milenium 3, sedangkan orang Islam masih setengah milenium lebih lagi baru masuk milenium 3. Untung komputer itu termasuk barang baru dan dibuat menurut satu standar yaitu standar internasional, kalau tidak maka orang Tionghoa sudah kena masalah Y2K 551 tahun yang lalu, sedangkan orang Islam masih aman sampai 500-an tahun lagi ke depan.

Orang Tionghoa dulunya memakai sistem lunar karena bulan yang paling gampang dipakai sebagai patokan waktu, karena bulan punya bentuk-bentuk yang terus berulang, dari purnama sampai sabit sampai purnama lagi, dan juga bentuk-bentuk bulan itu punya pengaruh tertentu pada alam, misalnya waktu purnama maka air paling pasang, dan lain-lain. Jadi bagi orang Tionghoa kuno yang pekerjaannya kebanyakan bersifat agraris dan maritim – petani, nelayan, dan sebagainya – penanggalan menurut bulan itu berguna bukan saja untuk tahu waktu tetapi juga untuk tahu kapan waktunya menanam dan menuai, kapan waktunya keluar laut dan kembali, dan seterusnya. Selain itu, setiap awal tahun Imlek selalu bertepatan dengan permulaan musim semi, dan dalam tafsiran orang Tionghoa sewaktu musim semi itu seakan alam semesta lahir kembali sesudah kematian selama musim dingin, maka awal tahun yang adalah awal musim semi ini menjadi waktu buat orang bersuka cita. Memang setelah zaman berkembang dan orang beralih dari agraria/maritim ke industri, orang sudah tidak lagi mendapat banyak manfaat dari penanggalan lunar, tetapi Imlek itu sendiri tetap dirayakan karena sudah menjadi tradisi dan bagian dari budaya orang Tionghoa, hanya saja makna-makna alam-nya berubah. Waktu-waktu untuk mencari nafkah dan kelahiran alam semesta itu akhirnya berubah jadi hoki, kemakmuran, kesehatan, dan seterusnya.

Perayaan Imlek itu sendiri punya legenda-nya. Konon di zaman dulu di Tiongkok ada satu monster yang hidup di ketinggian gunung-gunung, namanya Nien. Kalian tahu apa artinya nien dalam bahasa Mandarin? Artinya tahun. Dan monster ini dinamai Nien atau tahun karena setiap tahun ia turun dari pegunungan ke desa-desa di Tiongkok dan akan memangsa setiap manusia yang ia temukan, baik itu laki atau perempuan, tua atau muda, besar atau kecil, semua yang namanya manusia akan dimakan. Maka setiap tahun, kalau sudah waktunya Nien akan turun gunung, orang-orang akan bersembunyi dalam rumah, dan di dalam rumah mereka persiapkan makanan dan minuman, dan mereka makan minum sepuasnya karena mungkin ini kali terakhir mereka bisa makan minum, karena mungkin saja sebentar lagi mereka jadi mangsa Nien. Kalau mereka bisa lewati malam itu sampai besok pagi, berarti Nien sudah kembali ke gunung dan mereka selamat, maka mereka keluar dan saling mengucap selamat dan bergembira, itulah dianggap hari pertama tahun baru. Suatu ketika, sewaktu Nien datang, ada satu anak yang ketinggalan di jalan. Anak ini kebetulan memakai baju merah. Orang-orang begitu tegang melihat anak ini ketika Nien datang mendekati, tetapi ketika diperhatikan ternyata Nien tidak berani dekat-dekat anak ini. Kemudian anak itu membakar petasan dan melempar ke Nien, ternyata Nien jadi ketakutan dan lari. Melihat itu orang-orang yang tadinya mengintip dari jendela dan pintu rumah, segera keluar sambil berteriak-teriak dan memukul-mukul kaleng, drum, kentongan, dan lain-lain, berusaha mengusir Nien dengan suara gaduh. Akhirnya Nien pergi dan ternyata tidak pernah kembali lagi. Sejak itulah sewaktu Imlek orang merayakannya dengan gegap gempita, sambil membakar petasan di mana-mana. Warna merah juga jadi warna utama Imlek, maka di mana-mana, termasuk di ambang-ambang pintu digantung kain-kain merah, kadang-kadang dengan tulisan-tulisan puitis. Selain untuk mengingat bahwa warna merah adalah warna yang ditakuti Nien, merah juga menggambarkan musim semi karena sastrawan Tiongkok sering menggambarkan musim semi sebagai musim yang serba merah, dan juga merah menjadi warna hoki. Selain itu juga ada tarian barongsai. Barongsai itu sebenarnya menggambarkan Nien, yang kemudian digambarkan seperti seekor singa karena singa itu raja dari semua hewan. Di dalam perkembangannya barongsai itu tidak dianggap jahat seperti Nien, melainkan bahkan pembawa hoki dan akan mengusir bencana, malapetaka dan roh-roh jahat di tempat-tempat yang ia kunjungi. Di banyak masyarakat Tionghoa, sewaktu Imlek, mereka undang tari barongsai ke rumah atau toko mereka. Barongsai itu akan masuk ke sana, ke setiap ruang, yang berarti membawa hoki dan mengusir petaka dari rumah atau toko itu. Lalu di depan pintu orang menggantung daun hijau dan angpau. Barongsai itu akan menangkap dan melahap daun dan angpau itu, lalu sambil berbaring ia seperti mengunyah, lalu daun itu dimuntahkan keluar, yang artinya kelimpahan segalanya di tahun yang baru.

Perayaan Imlek itu bukan perayaan satu hari saja, melainkan 15 hari yaitu tanggal 1 sampai 15, atau bahkan ada yang tarik sampai 22 hari atau 3 minggu. Itu karena ada satu peristiwa yang terjadi seminggu sebelum Imlek, yang nantinya berhubungan dengan Imlek itu sendiri. Menurut kepercayaan orang Tionghoa, tanggal 23 bulan 12 Imlek adalah waktunya para dewa yang tinggal di bumi untuk kembali ke surga, melapor pada Thien, yaitu dewa yang tertinggi atau kaisar langit. Maka orang-orang Tionghoa mengantar kepergian para dewa ini dengan hio, sesajen, dan lain-lain. Salah satu dewa yang pulang itu adalah Tjiao Kun Kong atau dewa dapur. Ia ini adalah dewa yang tugasnya mengawasi kelakuan dan perbuatan dari orang-orang serumah. Menurut sejarahnya dewa ini dulunya adalah kecoa. Orang dulu memperhatikan bahwa kecoa sering muncul di dapur, lalu mereka juga perhatikan kecoa ini seperti berpakaian merah dan penampilannya seperti wanita cantik, entah bagaimana bisa dapat gambaran begini. Akhirnya kecoa bukannya diusir atau dibunuh, malah dihargai. Kemudian ada seorang kaisar yang namanya Kaisar Yan, yang berjasa menemukan cara membuat api. Sebelum mangkat ia berpesan agar semua orang menghormati dewa dapur. Sejak itulah orang Tionghoa mulai meningkatkan status kecoa menjadi dewa, dan diberi nama Tjiao Kun Kong atau dewa dapur. Nah, bersama dengan rekan-rekan dewa lainnya, dewa dapur ini kembali ke surga untuk melapor kepada atasannya Thien setiap 23/12. Dan karena ia bertugas melaporkan perilaku setiap orang di rumah, maka orang Tionghoa mengantarnya dengan lebih istimewa, dibakari hio, dikasih berbagai makanan lezat dan minuman, buah-buahan, dan sebagainya. Tujuannya adalah supaya dewa dapur senang, jadi memberi laporan yang baik-baik pada Thien. Ada juga yang persembahkan minuman keras, supaya selain kekenyangan dewa dapur juga jadi mabuk, sehingga tidak bisa kasih laporan apa-apa, yang baik maupun yang jelek. Di daerah-daerah tertentu ada yang mengolesi madu pada mulut patung dewa dapur, supaya yang ia ucapkan dan laporkan yang manis-manis. Dan ada yang mempersembahkan sejenis kue yang lengket, supaya ketika dewa dapur makan kue itu mulutnya lengket dan tidak bisa bicara. Maka jadilah cerita yang dikisahkan sastrawan kuno, menggambarkan dewa dapur naik kereta awan yang ditiup angin, sambil makan minum sepanjang jalan, sehingga setibanya di surga ia laporkan yang baik-baik saja atau tidak mampu memberi laporan karena perut kenyang hati senang, bahkan kekenyangan dan mabuk, atau mulutnya terkunci karena lengketnya kue.

Bersambung ke bagian 2