Senin, Mei 18, 2009

HOMOSEKSUALITAS

Mengenai masalah homoseksualitas, berikut ini saya ingin ikut memberikan pendapat. Untuk itu, saya ingin memaparkan sedikit dari apa yang kelihatan­nya merupakan pandangan Alkitab tentang homoseksualitas.

1. Ketika Tuhan Yesus diperhadapkan dengan pertanyaan mengenal perceraian, Dia mengatakan bahwa Musa mengizinkan perceraian dalam umat Israel karena kekerasan hati mereka, sedangkan perceraian bukanlah keinginan Allah yang mula-mula ketika Dia menciptakan Adam dan Hawa (Mat. 19:8b). Di sini, Tuhan kita menanggulangi masalah saat itu dengan jalan kembali kepada bagaimana Allah pada mulanya inginkan. Dalam kasus pernikahan dan perceraian, Yesus kembali kepada Kejadian dan menegaskan bahwa pada mulanya perceraian tidak ada dalam pikiran Allah. Bagaimana dengan masalah homoseksualitas yang kita hadapi saat ini? Saya rasa ada baiknya jikalau kita mengikuti teladan Yesus, yaitu kita juga menilai masalah ini dari sudut pandangan Allah ketika Dia menciptakan manusia.

2. Sesuai dengan teladan Tuhan Yesus, maka pertama-tama marilah kita melihat kisah penciptaan di dalam Kejadian 1 - 2. Dari kisah penciptaan manusia yang tercatat di sini, kita dapat simpulkan hal-hal berikut:
a) Ketika Adam (pria) sendirian, Allah menciptakan Hawa (wanita) sebagai penolong yang sepadan. Jadi, ide Allah tentang pasangan yang sepadan adalah pria dan wanita, bukan pria-pria atau wanita-wanita.
b) Allah memerintahkan Adam dan Hawa untuk berkembang-biak. Hal ini hanya dapat dilakukan secara alami oleh dua orang yang berlainan kelamin. Jadi, dalam hubungan homoseks, amanat Allah yang mula-mula ini tidak mungkin dapat dijalankan. Dengan kata lain, hubungan homoseks bukanlah ide dari Allah.
c) Pria dan wanita, di dalam hubungan pernikahan dan seks, dilukiskan sebagai dua daging menjadi satu daging. Hal ini jelas hanya dapat terjadi dalam hubungan dua kelamin yang berbeda, dan tidak mungkin dapat dicapai oleh hubungan homoseks.
Kejadian 3 mengisahkan kejatuhan manusia ke dalam dosa. Saya percaya bahwa gejala dan masalah homoseks muncul karena akibat kejatuhan ini; dosa merusak manusia, dan salah satu akibatnya adalah homoseksualitas. Data penciptaan sebelum kejatuhan jelas menunjukkan bahwa Allah menciptakan semua orang straight, tetapi setelah dosa muncullah orang-orang gay (bandingkan dengan Kej. 19 dan Rom. 1),

3. Kejadian 19 dan Yudas 7: Sodom don Gomora dihancurkan karena dosa-dosa seksual, termasuk homoseksualitas. Alkitab Inggris terjemahan NIV sangat jelas bahwa laki-laki Sodom ingin melakukan hubungan homoseks dengan kedua malaikat / tamu dari Lot.

4. Imamat 18:22, 20:13: Homoseksualitas adalah kekejian bagi Allah, sedemi­kian kejinya sehingga patut dihukum mati.

5. Hakim-hakim 19: Cerita yang mirip dengan Kej. 19, di mana laki-laki dari kota Gibea ingin melakukan hubungan homoseks dengan seorang Lewi. Hak. 20 mengisahkan bahwa kota Gibea akhirnya diserang, dan di bawah bimbingan Allah kota ini dikalahkan.

6. Roma 1:26-27: Paulus mencela homoseksualitas; homoseks adalah hukuman Allah atas dosa / kebejatan manusia.

7. I Korintus 6:9: Alkitab NIV jelas menyatakan bahwa homoseksualitas termasuk dalam hal yang “tidak adil” (“wicked”), dan orang-orang homoseks tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

Saya rasa ayat-ayat di atas cukup jelas menyatakan bahwa homoseksualitas itu salah. Mengenai objections yang disinggung oleh Sdr. RL:
a) Dosa Sodom don Gomora tidak mungkin “inhospitality” pada tamu, sebab di Yudas 7 jelas disebutkan bahwa dosa mereka adalah mengejar kepuasan-kepuasan yang tidak wajar dan percabulan. Apakah tidalk ramah pada tamu bisa dibilang cabul dan memberi kepuasan yang tidak wajar? Tentu tidak! Lebih reasonable kalau kepuasan yang tidak wajar dan percabulan itu adalah homoseksualitas.
b) Saya rasa argumentasi bahwa asal dua orang yang berkelamin sama saling mengasihi dan membutuhkan, maka homoseks antara mereka itu bukan dosa, itu fallicious. Pertama-tama, Alkitab jelas menyatakan bahwa Allah memandang tindakan homoseksualitas itu dosa. Walau dua homoseks menyatakan saling mengasihi, tetap tindakan mereka dosa. Kedua, logika semacam ini memang fallicious. Kalau kita berpegang pada logika ini, berarti kita juga mesti approve extra-marital sex dan adultery; yaitu jikalau seorang pria yang sudah beristri dan seorang wanita yang sudah bersuami menyatakan saling mengasihi dan membutuhkan, mereka boleh tinggalkan rumah tangga mereka dengan bebas dan menjalin hubungan baru. Lebih lagi, kita tidak boleh mempersalahkan orang-orang yang memperkosa, sebab toh mereka bisa bilang bahwa mereka membutuhkan hubungan seks itu, walaupun dengan paksa! Logika sedemikian tidak bisa dijadikan patokan untuk men-"derive" kebenaran; hanya Firman Tuhan sandaran yang absolute untuk kebenaran.

Menurut saya, masalah homoseksualitas adalah masalah yang pelik dan sensitif. Walaupun jelas dosa, kita tetap harus memperlakukan orang-orang homoseks dengan hormat sebagai manusia, dan dalam kasih untuk menolong mereka. Banyak faktor yang dapat membuat seseorang terlibat dalam homoseksualitas, dan kita tidak bisa begitu saja membuang mereka sebagai orang berdosa, walaupun memang mereka berdosa. Kesensitifan kita dan kasih kita di dalam Tuhan perlu dipertunjukkan, sehingga kasih, kuasa penyembuhan, dan pengampunan Allah di dalam Yesus Kristus dapat disalurkan kepada mereka.

Referensi:
White, R.E.O. "Homosexuality" (in Evangelical Dictionary of Theology, ed. Walter A. Elwell). Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1989.
Williams, Don. "Homosexuality* (in Hot Buttons). Ventura, California: Regal Books, 1986.
Williams, Don. The Bond That Breaks: Will Homosexuality Split the Church? L.A.: B.I.M., 1978.

Catatan: Artikel ini saya tayangkan dalam suatu forum ketika masih menimba ilmu di CalPoly Pomona, Los Angeles, USA.