Kamis, Desember 25, 2008

SELAMAT ULANG TAHUN, YESUS!

Pernahkah anda pergi ke sebuah pesta ulang tahun, di mana para pengunjungnya membawa hadiah-hadiah untuk sesama pengunjung yang lain di samping sebuah hadiah buat yang berulang tahun, atau bahkan tidak ada sesuatu pun buat orang itu? Tentu saja tidak! Semua orang, jikalau mereka datang ke pesta ulang tahun, selalu membawa hadiah untuk orang yang berulang tahun. Tidak lazim bagi kita untuk membawa hadiah bagi tamu-tamu yang lain.

Tetapi, bagi kebanyakan dari kita sebagai orang-orang Kristen, di masa Natal ini kita lebih banyak memikirkan tentang kartu buat si A, hadiah buat si B, dan seterusnya. Kita lebih banyak memikirkan apa yang kita ingin berikan kepada teman-teman kita. Cobalah lihat toko di mana-mana. Menjelang hari Natal, banyak orang pergi berbelanja. Mereka membeli barang ini dan itu, lalu membungkusnya dengan kertas kado yang indah, supaya barang-barang itu kemudian diberikan kepada teman mereka atau diletakkan di bawah pohon Natal untuk dibuka oleh sanak saudara di malam Natal. Kegiatan ini bahkan sudah menjadi tradisi di Amerika ini, dan banyak orang-orang Indonesia pun sudah mulai ikut kebiasaan ini.

Apakah memberikan bingkisan untuk orang lain di waktu Natal itu salah? Tentu saja tidak. Waktu Natal adalah waktu yang sangat tepat bagi kita untuk menunjukkan rasa terima kasih dan kasih kepada teman dan keluarga, dan salah satu cara untuk menyatakan perasaan ini adalah dengan memberikan bingkisan. Tetapi di tengah usaha kita untuk memperhatikan orang lain, adakah kita melupakan tokoh yang paling utama di dalam perayaan ini? Yah...sering kali kita lupa bahwa perayaan Natal adalah perayaan "ulang tahun" dari Yesus, sang Juruselamat dunia. Dua ribu tahun yang lalu, bayi Yesus lahir di Betlehem. Peristiwa inilah yang kita rayakan setiap tahun, dan perayaan semacam ini kita kenal sebagai perayaan ulang tahun. Sebagai tokoh yang "berulang tahun", seharusnya Dialah yang mendapatkan segala hadiah. Seperti kita tidak akan bawa hadiah untuk tamu-tamu dari sebuah pesta ulang tahun, melainkan kita membawa hadiah untuk orang yang sedang berulang tahun, demikian juga seharusnya kita tidak layak untuk memikirkan barang-barang yang kita ingin berikan kepada teman dan keluarga sampai-sampai kita lupa untuk memikirkan apa yang kita ingin berikan kepada Tuhan kita.

Apa yang ingin saudara berikan kepada Yesus tahun ini? Bagaimana dengan hati anda? Relakah anda memberikan hati dan hidup anda kepadaNya, sebagai hadiah "ulang tahun"-Nya kali ini? Anda yang belum menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat dapat mempersembahkan hidup anda kepadaNya. Anda yang sudah menjadi Kristen dapat memperbaharui komitmen anda di dalam mengikuti dan melayani Dia. Satu usul lagi untuk hadiah bagi Yesus adalah dengan memberi kepada mereka yang berkekurangan. Di sekitar anda banyak anak-anak yang tidak punya orang tua, orang-orang yang tidak punya rumah, orang-orang tua yang terlantar. Anda dapat menolong mereka dengan memberikan sesuatu, sehingga kebutuhan materi mereka boleh terpenuhi Natal kali ini. Anda juga dapat mengunjungi mereka dan membawakan penghiburan bagi mereka yang butuh dukungan dan teman. Yesus berkata, "Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku" (Mat. 25:40). Saudara-saudara Yesus yang paling hina itu adalah mereka yang lapar, haus, kesepian dan butuh tumpangan, telanjang dan butuh sandang, sakit, terikat dan butuh perhatian kasih sayang (Mat. 25:35-36). Jikalau anda memberikan apa yang orang-orang yang berkekurangan butuhkan, maka anda sudah memberikan hadiah bagi Yesus.

Pada Natal tahun ini, janganlah saudara hanya memikirkan apa yang dapat diberikan kepada teman dan saudara anda, kecuali jikalau mereka membutuhkan itu. Sering kali kita hanya memberi kepada mereka yang sebenarnya dapat membeli sendiri bingkisan kita, atau bahkan tidak membutuhkannya sama sekali. Pikirkanlah apa yang akan anda berikan kepada Yesus. Dialah yang adalah tokoh utama dari perayaan Natal, yang layak mendapatkan segala hadiah. Marilah kita bersama datang dengan persembahan kita dan berkata, "Selamat ulang tahun, Yesus!"


Catatan: Saya tidak ingat kapan artikel ini ditulis.

Selasa, Desember 09, 2008

KASIH NATAL

Suatu ketika saya mengajak sekelompok remaja untuk belajar mengenai kasih. Bagian Alkitab yang kami ambil sebagai bahan diskusi adalah I Yohanes 4:7-16, dalam mana Rasul Yohanes menghimbau umat Kristen untuk saling mengasihi satu dengan yang lain, serta mengambil kasih Allah yang mengirim Yesus untuk menyelamatkan manusia sebagai teladan. Di akhir diskusi, saya berkata kepada mereka seperti begini, "Coba pikirkan seseorang yang kamu anggap sulit untuk kamu kasihi. Lalu, berdasarkan apa yang sudah kita bahas hari ini, pikirkan bagaimana caranya kamu dapat mengasihi dia, dan perbuatan apa yang secara konkrit dapat kamu lakukan untuk menyatakan kasih itu kepada dia." Terhadap tantangan ini, seorang remaja segera menjawab, "Ah, itu sih tidak bisa!" Saya tanyakan padanya apa sebabnya, dan jawabnya, "Karena orang itu memang beda dengan saya, sifat kami saling bertentangan." Saya mengerti maksud remaja ini, pernyataan hatinya yang tidak bisa mentolerir orang lain yang berlawanan karakter dengannya, yaitu orang yang ia benci karena bertentangan dengannya, sehingga ia merasa sulit untuk mengasihinya. Untuk sejenak saya terdiam, tidak tahu bagaimana harus menjawabnya, karena saya pun sadar betapa sulitnya bagi saya sendiri untuk mengasihi orang yang saya benci. Pergumulan remaja ini juga merupakan pergumulan semua orang. Tetapi segera saya diingatkan akan ajaran Yohanes yang baru kami bahas, dan saya berkata, “Bagaimana jikalau Allah punya sikap yang sama seperti kamu? Bukankah kita sebagai ciptaan berbeda dengan Allah yang mencipta? Bukan itu saja, kita yang sudah beda dengan Allah, malah juga sudah jatuh dalam dosa, sehingga kita sudah jadi musuh Allah. Kalau mau bicara soal berbeda, Allah dan manusia adalah dua hal yang sangat tidak cocok. Bagaimana jikalau terhadap kita Allah berkata, ‘Ah, manusia dan Aku saling bertentangan! Aku tidak bisa mengasihi manusia, sebab kita beda koq!’ Mungkinkah kita jadi anak Allah dan masuk ke Sorga jikalau Allah bersikap seperti kamu?”


Natal mengandung arti tersendiri bagi masing-masing orang. Ada sebuah album Natal yang memuat kesan para artis kondang tentang Natal. Vanessa Williams, misalnya, menulis, “What Christmas means to me -- giving thanks to family and friends...midnight mass...trimming the tree...singing carols...snow...mulled wine...sharing gifts...family togetherness...reflecting on the past, dreaming about the future and enjoying the present.” Celine Dion menulis, “At Christmas time we see each other through the eyes of love. May we continue to see that goodness in each other every day of the year. Merry Christmas!” Tammy Wynette menulis, “Christmas is the most special time of the year. ‘Family is always together singing hymns,’ and I love being Santa Claus!” Di atas kesan Natal yang bervariasi bagi setiap pribadi, sesungguhnya makna Natal terletak pada kasih Allah, yaitu kasih Allah pada manusia yang dinyatakanNya dengan mengirim AnakNya yang tunggal Tuhan Yesus Kristus untuk menjalankan misi menyelamatkan manusia. Kisah cinta ini dilatarbelakangi oleh sebuah kontras, yaitu kontras antara manusia dan Allah. Siapakah manusia itu? Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah. Ini saja sudah merupakan suatu kontras yang besar. Seorang penjunan tentu berbeda dari kendi tanah liat yang ia bentuk, demikian pula Allah berbeda dari manusia yang Ia ciptakan. Bukan itu saja. Manusia yang sudah berbeda secara hakekat dengan Allah kemudian juga memberontak dariNya dan melawan Dia. Dosa yang diwarisi dan diperbuat manusia membuatnya najis dan tidak layak berada di hadapan Allah yang maha suci, serta menjadikannya obyek murka Allah yang maha benar dan maha adil. Sekarang, manusia bukan lagi ciptaan yang lebih rendah dari penciptaNya, melainkan juga telah menjadi musuh Allah. Dengan latar belakang manusia dan Allah yang sedemikian bertolak-belakanglah, Natal menyatakan kasih Allah di mana Dialah yang turun dari Surga dan mencari manusia, bahkan sampai berkorban nyawa demi membebaskannya dari kesia-­siaan hidupnya. Roma 5:8 dengan jelas mengatakan, “....Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” Yesus berkata, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.” (Yoh 15:16) Kelahiran Yesus merupakan pernyataan kasih Allah yang tanpa syarat, kasih yang mau mengasihi manusia ketika manusia tidak layak untuk dikasihi. Kasih inilah yang telah menyelamatkan kita dan mendamaikan kita dengan Allah sang pencipta.


Rasul Yohanes mengambil kasih Allah yang tanpa syarat ini sebagai model untuk kasih kita pada sesama anak Tuhan. Di hari Natal ini, pada saat kita memperingati kelahiran Yesus yang datang untuk mencari kita yang berdosa, marilah kita menilik hati dan hidup kita masing-masing. Adakah kita mengasihi saudara-saudari seiman seturut kasih Allah? Adakah kita mengasihi mereka yang berbeda dengan kita, bahkan mereka yang kita benci, sebagaimana Allah mengasihi kita ketika kita masih berdosa? Marilah kita tidak hanya merayakan kelahiran sang kasih, melainkan marilah kita juga menerapkan kasih itu di dalam hidup kita pribadi. Allah telah sedemikian mengasihi kita orang yang sungguh tidak layak di hadapanNya, oleh sebab itu pantaslah jikalau sekarang kita yang sudah mengecap kasih Allah itu juga mengasihi mereka yang kita rasa tidak layak untuk kita kasihi. Biarlah kasih Allah tidak hanya kita ingat dan rayakan, melainkan juga kita hayati dan lakukan dalam hidup sehari-hari. Selamat hari Natal.


Catatan: Ditulis untuk Majalah Gloria GKI Pinangsia, selesai pada 19/09/1997.