Senin, November 17, 2008

KEKAYAAN - Bag 3

IV. Sikap Seorang Kristen Terhadap Kekayaan

Bagaimana kita, sebagai orang Kristen, harus bersikap terhadap kekayaan? Kita dapat menjawab pertanyaan ini dengan melihat kehidupan Tuhan Yesus dan rasul-rasulNya, juga ajaran­-ajaran mereka. Ingatlah bahwa orang Kristen harus meneladani kehidupan Yesus (1 Yoh. 2:6).

1. Luk. 9:58: Tuhan Yesus tidak mempunyai rumah dan ranjang. Dia rela mengalami kekurangan ini demi melakukan pekerjaan Allah. Bagi Dia, yang terpenting bukanlah harta milik, tetapi melakukan pekerjaan Bapa di Sorga (Yoh. 4:34). Bandingkan sikap ini dengan sikap pemuda kaya dalam Mat. 19:23-24.


2. Luk. 14:33: Untuk menjadi murid Yesus kita harus melepaskan semua milik kita.


3. I Kor. 4:11-13: Paulus lapar, haus, telanjang, dan harus bekerja berat. Jelas bahwa Paulus tidak punya kekayaan, malah dia menderita demi pemberitaan Injil Kristus. I Kor. 4:16 mengajak jemaat Korintus (dan kita) untuk meneladani Paulus.


4. II Kor. 6:10: Paulus seorang miskin / tidak bermilik.


5. Fil. 4:11-13: Paulus belajar untuk mencukupkan diri dalam segala hal, termasuk di dalam kekurangan / kelaparan. Semua itu ditanggung dengan kekuatan Tuhan.


6. I Tim. 6:9-11: Orang Kristen dihimbau untuk menjauhi cinta akan uang. Sebaliknya, kita disuruh mengejar keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran, kelembutan.


7. Ibr. 13:5: Kita dihimbau untuk tidak menjadi hamba uang, melainkan mencukupkan diri dengan apa yang kita punya.

Jelas dari ayat-ayat di atas bahwa Tuhan Yesus dan rasul-rasulNya tidak memiliki kekayaan. Malah, mereka tidak mengejar kekayaan, melainkan mengejar perluasan Kerajaan Allah. Tuhan Yesus dan para rasulNya mungkin mampu untuk menjadi kaya kalau mereka hidup seperti manusia.biasa (berdagang, menjala ikan, dll). Bahkan sebagai tokoh-tokoh agama, Yesus dan murid­-muridNya cukup tenar dan mempunyai banyak pengikut; sebenarnya mereka dapat menarik keuntungan dari para pengikut itu dan menimbun kekayaan, seperti yang dilakukan oleh banyak hamba-hamba Tuhan moderen. Tetapi mereka tidak melakukan semua itu. Mereka melepaskan semua harta mereka dan semua kesempatan untuk mendapat kekayaan karena mereka mengutamakan pekerjaan Tuhan.

V. Kesimpulan

Alkitab menyatakan bahwa kekayaan adalah karunia Allah. Banyak tokoh Alkitab yang beribadah kepada Allah memiliki kekayaan yang berlimpah. Namun Alkitab juga menyatakan banyak pandangan yang negatif terhadap kekayaan. Dan tokoh-tokoh Perjanjian Baru terkenal dengan keadaan mereka yang kekurangan dan ajaran-ajaran yang menentang upaya mencari kekayaan.

Pandangan-pandangan Alkitab di atas mungkin kelihatan bertentangan satu dengan yang lain, namun sebenarnya tidak. Perspektif yang dinyatakan oleh Alkitab adalah bahwa kita harus menomor-satukan Tuhan, bukan kekayaan. Kekayaan kita harus berada di bawah hubungan kita dengan Allah. Hal ini nyata kalau kita perhatikan bahwa ayat-ayat yang menentang kekayaan di atas ditujukan untuk orang-orang yang mementingkan harta lebih dari Tuhan. Sebaliknya, tokoh-tokoh Perjanjian Baru menunjukkan bahwa kita harus mengutamakan pekerjaan Tuhan, walau itu berarti kita menjadi miskin.

Dalam hal kekayaan, sama seperti hal-hal lainnya, kita harus mengutamakan Tuhan. Hati kita harus mengarah kepada Dia, bukan kepada harta. Kita harus rela memberikan segala yang kita miliki kepada Tuhan, dan melepaskan segala kesempatan untuk menjadi kaya demi Tuhan. Hati kita harus terikat pada Tuhan, bahkan sampai kalau Dia menyuruh kita untuk menjual segala milik kita, memberikannya kepada orang miskin, dan mengikut Dia, kita dapat melakukannya tanpa ragu-ragu dan berat hati.

Mungkin sekarang ada yang bertanya, “Apakah bekerja untuk mencari uang itu salah?” Tidak! Allah telah memberikan kita kekuatan supaya kita dapat bekerja mencari uang. Itu karunia Allah, jadi tidak salah. Tetapi kalau pekerjaan kita menjadi utama dalam hidup kita, lebih utama dari Tuhan, maka pekerjaan itu sudah berada dalam posisi yang dapat menjatuhkan kita.

“Apakah kita tidak boleh berusaha untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik dari yang sekarang? Misalnya dengan memegang dua pekerjaan, memperluas pasaran dagangan kita, dll.” Tidak! Kalau kita mempunyai kesempatan untuk maju, kita dapat mengambilnya, sebab itu juga adalah karunia Allah. Tetapi kalau pekerjaan yang kedua itu, atau ekspansi usaha kita itu membuat kita tidak sempat saat teduh atau pergi ke gereja, maka upaya kita itu tidak benar, sebab Allah sudah dikesampingkan.

Surat II Tim. 3:1-5 menyatakan bahwa banyak orang masa kini yang mengutamakan uang, bahkan mereka yang kelihatan rohani. Media juga memajukan sifat materialistis kita dengan menawarkan pelbagai barang dan pelayanan yang sangat menggiurkan. Ini semua dapat menaruh tekanan pada batin kita untuk mengejar kekayaan. Tetapi kita, sebagai orang Kristen, harus selalu bersandar pada Firman Tuhan, dan bukan pada situasi sekitar kita.

Jadi, kekayaan datang dari Tuhan dan adalah balk. Kita yang diberikan hak untuk mengelola harta itu wajib untuk mengembalikan semua itu kepada Tuhan. Kita harus memakai kekayaan kita untuk kemuliaan Tuhan, dan ketika kita mendapat kesempatan untuk mendapat lebih banyak harta, kita harus mengambil kesempatan itu dengan tujuan untuk lebih memperlebar Kerajaan Allah.

Catatan
1. Beberapa bagian Alkitab yang berbicara tentang kekayaan: Pengkhotbah 5:9-6:12; Lukas 12:16-21.



2. Hubungan topik ini dengan "Positive Confession (PC)":
a) Guru-guru PC mengajarkan bahwa adalah kehendak Tuhan supaya kita semua hidup kaya dan makmur. Hal ini tidak diajarkan di dalarn Alkitab. Bahkan gambaran Perjanjian Baru sangat jelas bahwa orang-orang Kristen miskin demi pekerjaan Allah.
b) Ajaran PC mengarahkan pandangan orang kepada harta, bukan kepada Tuhan. Hal ini bertentangan dengan Alkitab.
Dengan mempelajari topik di atas, kita dapat mengetahui konsep Alkitab mengenai kekayaan, sehingga pikiran kita tidak disesatkan oleh ajaran-ajaran yang salah tentang kekayaan.

Bibliography
Elwell, Walter A. Evangelical Dictionary of Theology. Grand Rapids: Baker Book House, 1989.
Ankerberg, John, and John Weldon. The Facts On False Teaching In The Church. Eugene: Harvest House Publishers, 1988.
Dennis. Here We Have No Lasting City.
Thompson,Frank C. The Thompson Chain-Reference Bible (New International Version). Indianapolis: B.B.Kirkhride Bible Co.,Inc., 1983.

Catatan: Artikel ini saya selesaikan pada tanggal 20 Oktober 1990.

Rabu, November 12, 2008

KEKAYAAN - Bag 2

III. Kekayaan Dari Sudut Negatif


Sekalipun kekayaan adalah karunia Allah, namun jikalau seseorang tidak mempunyai perspektif yang benar tentang kekayaan, maka kekayaan dapat menghasilkan efek yang negatif.

Efek negatif terhadap kita

1. Melupakan Allah
U1. 6:10-12; 8:13-14,18: Bani Israel diingatkan untuk tidak melupakan Allah setelah mereka jadi makmur. Allah tahu banyak orang yang sudah menjadi kaya akan sombong bahwa dirinya sendirilah yang menghasilkan kekayaan itu (8:17; Ams. 30:9). Karena itu, Allah mengingatkan kita berkali-kali untuk selalu ingat bahwa sumber kekayaan adalah Allah sendiri.


2. Mengalihkan harapan kita dari Allah kepada harta
Maz. 62:11: Maz. 62 berbicara tentang harapan kepada Allah untuk keselamatan dan perlindungan. Ay. 11 menyatakan tendensi orang yang menjadi kaya untuk melekatkan harapannya pada hartanya, dan tidak lagi kepada Allah.


3. Kehilangan ketulusan hati / kejujuran
Ams. 28:6,8,20: Ams. 28 mencatat banyak pandangan negatif tentang orang yang mencari kekayaan. Ay. 6 dan 8 menyatakan bahwa banyak orang yang mengejar harta akan serong jalannya (tidak tulus dan tidak jujur). Ay. 20 memberi kesan bahwa banyak dari mereka melanggar hukum.


4. Susah masuk Kerajaan Allah
Mat. 19:23-24: Mat. 19:16-26 mencatat seorang muda yang kaya ingin tahu cara masuk Kerajaan Allah. Yesus menyuruh dia melakukan Taurat, menjual hartanya dan memberikan sedekah, lalu mengikut Dia. Si kaya tidak mau sebab hartanya banyak (ay. 22). Lalu Yesus berkata bahwa seorang kaya sulit untuk masuk Kerajaan Allah. Hal ini menunjukkan bahwa banyak orang kaya yang hatinya sangat terikat pada hartanya, sampai-sampai dia rela melepaskan kehidupan yang kekal. Daya ikat kekayaan dapat menahan orang dari pada keselamatan jiwanya.


5. Membuat hidup tidak berbuah
Mark. 4:19: Mark. 4:1-20 mencatat perumpamaan tentang benih yang jatuh di pinggir jalan, di tempat yang berbatuan, di semak berduri, dan di tanah yang subur. Yesus mengumpamakan kekayaan sebagai semak duri, yang tumbuh dan menghimpit Firman Tuhan sehingga ia mati dan tidak berbuah. Jadi, kekayaan dapat menghambat pekerjaan Firman Tuhan, sehingga kita tidak dapat menghayati dan melaksanakannya dalam hidup kita. Mat. 6:24 menyatakan bahwa kita tidak dapat melayani Allah dan uang sekaligus.


6. Menjerumuskan orang dalam pencobaan, dll
I Tim. 6:9: Orang yang ingin kaya terjatuh dalam pencobaan, jerat, nafsu-nafsu hampa, celaka, runtuh, dan binasa.


7. Berbuat jahat, menyimpang dari iman, berduka
I Tim. 6:10: Orang yang mencintai dan memburu uang (kekayaan) rela berbuat kejahatan (berbohong, mencuri, menipu, dll), menyimpang dari imannya (tak pedulikan Tuhan dan FirrnanNya, dll), dirundung kedukaan (kekosongan hati, kekecewaan, dll).


Kesia-siaan dan ketidakkekalan kekayaan


Ams. 11:4: Harta tidak ada gunanya di dalam menghadapi penghakiman Allah.
Zef. 1:18: Kekayaan tidak dapat menyelamatkan orang dari murka Allah.
Ams, 23:4-5: Harta kekayaan dapat lenyap begitu saja.
Ams. 27:24: Harta benda tidak abadi.


Bersambung ke Bag 3

Minggu, November 09, 2008

KEKAYAAN - Bag 1

I. Pembukaan

Kekayaan...apakah itu? Kata Inggris yang dipakai untuk kekayaan adalah wealth, yang berarti keadaan sejahtera. Kekayaan biasanya dipakai untuk mengungkapkan keadaan sejahtera yang berasal dari luar (misalnya uang, rumah, dll), bukan dari dalam (misalnya kedamaian dan kepuasan hati). Jadi, seorang yang mempunyai harta yang lebih banyak / berharga disebut lebih kaya dari pada orang yang hartanya lebih sedikit.

Artikel ini akan secara singkat menguraikan konsep Alkitab mengenai kekayaan dan sikap kita sebagai orang Kristen di dalam hal ini. Semoga tulisan singkat ini dapat dipakai untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti “Apakah kekayaan itu tidak baik?”, “Bolehkah orang Kristen mengejar kekayaan?”, dll.

II. Kekayaan Dari Sudut Positif

Kekayaan adalah sesuatu yang dapat menjadi baik dan dapat menjadi buruk. Sebagai ilustrasi adalah pisau; pisau dapat dipakai untuk memotong daging (baik) ataupun untuk membunuh orang (buruk).

Kekayaan adalah karunia Allah

1. Ul. 8:18
Konteks:

Buku Ulangan ditulis untuk generasi Israel yang lahir di padang gurun. Isinya adalah hukum-hukum yang diberikan oleh Allah di gunung Sinai (Kel. 19 dan seterusnya), ditambah dengan himbauan-himbauan untuk mentaatinya, dan sejarah pengalaman orang­orang Israel. Pengulangan ini dibuat untuk mengingatkan bani Israel akan hukum-hukum Allah yang diterima oleh generasi sebelumnya, yang dimusnahkan Allah di padang gurun (Bil. 14:29-30). Ul. 8 membicarakan pemeliharaan Allah atas perjalanan orang Israel dan tanah perjanjian.
Isi:

Tuhan memberikan kekuatan kepada bani Israel untuk memperoleh kekayaan di Kanaan.
App:

* Untuk mendapatkan kekayaan, kita harus bekerja (bukan dengan menuntut).
* Tuhan mengaruniakan kekuatan bekerja, dan dengan bekerja kita dapat kekayaan. Jadi, Tuhan yang mengaruniakan kekayaan kepada kita.

2. I Taw. 29:12 14,16
Konteks:

I Taw. 29:1-10 mencatat pidato Raja Daud kepada pembesar-pembesar Israel (I Taw. 28:1), di mana beliau mengajak para pendengarnya untuk memberikan persembahan demi pembangunan Bait Suci dari harta mereka. I Taw. 29:10-19 mencatat doa Daud setelah semua persembahan terkumpul.
Isi:

Semua kekayaan berasal dari Allah.
App:

* Semua kekayaan kita berasal dari Allah / karunia Allah.
* Kita patut dengan rela mempersembahkan kembali kekayaan kita kepada Allah.

3. Pkh. 5:18
App:

Kekayaan, harta benda, dan kuasa untuk menikmati semua itu adalah karunia Allah.

Jadi, Alkitab menyatakan bahwa kekayaan adalah karunia dari Allah. Karena Allah selalu memberikan yang baik (Yak. 1:17), dan kekayaan datang dari Allah, karena itu kekayaan adalah baik.

Tokoh-tokoh Alkitab yang kaya

1. Abraham (Kej.13:2)
2. Ishak (Kej. 26:14)
3. Yakub (Kej. 30:43; 32:5)
4. Barzilai, seorang Gilead, teman Daud (II Sam. 19:32)
5. Daud (I Taw. 29:28)
6. Salomo (II Taw. 9:22)
7. Ayub (Ay. 1:3)
8. Yusuf dari Arimatea (Mat. 27:57)
9. dll


Bersambung ke bag 2