Kamis, Oktober 30, 2008

SEMANGAT REFORMASI - Bag 2

Semangat Reformasi haruslah kita warisi dan hayati. Sebagai umat Kristen Protestan masa kini, kita harus siap dan berani untuk menegakkan kebenaran Allah. Sebagaimana Luther mengamati keadaan sekitarnya, membandingkannya dengan Kitab Suci, lalu bereaksi di bawah terang kebenaran Allah, demikian pula kita perlu mengamati dan mengevaluasi serta bereaksi terhadap keadaan sekitar kita di bawah terang kebenaran Allah.

Reaksi Luther ditujukan terutama pada ajaran dan praktek Gereja pada masa itu. Tetapi penerapan semangat Reformasi di zaman moderen dan berkembang ini tidak perlu dibatasi pada masalah-masalah gerejawi dan teologis saja, melainkan harus mencakup seluruh kehidupan kita, karena kebenaran Allah menyangkut segala aspek kehidupan. Zaman di mana kita hidup sekarang adalah zaman yang suram oleh banyak penyimpangan dari kebenaran Allah. Di dalam masyarakat terjadi banyak ketidakadilan, penindasan, kriminalitas, dan lain-lain. Di dalam moral terdapat praktek-praktek asusila dalam segala bentuknya. Di dalam Gereja terdapat pertengkaran, sengketa, ajaran-ajaran yang tidak Alkitabiah, dan sebagainya. Sering kita tidak menyadari penyimpangan-penyimpangan sedemikian di sekitar kita. Mungkin karena kita kurang peka atau sudah terbiasa dengannya. Atau mungkin karena kita sendiri pun sebenarnya terlibat dalam berbagai penyimpangan. Mungkin kita merasa demikianlah keadaan zaman ini dan kita tidak mungkin dapat mengubahnya, jadi biarkan saja. Bukankah semua orang melakukannya juga?

Tetapi semangat Reformasi itu berbeda. Ketika membandingkan keadaan zaman dengan kebenaran Allah dan menemukan bahwa zaman sudah korup, semangat Reformasi tidak tinggal diam. Semangat Reformasi justru berkobar dan meninggikan kebenaran Allah, walaupun harus membayar dengan berbagai kesulitan, tantangan dan aniaya. Menerapkan semangat Reformasi di dalam hidup kita berarti berani menjatuhkan vonis pada zaman ini dan meninggikan kebenaran Allah di masa hidup kita. Semangat Reformasi menuntut kita untuk tidak tinggal diam dan membiarkan diri dihanyutkan arus zaman, melainkan sekuat tenaga menentang arus zaman yang tidak selaras dengan kebenaran Allah. Semangat Reformasi memanggil kita untuk tidak menjadi pelita di bawah gantang, melainkan untuk menjadi terang yang bercahaya di atas kaki dian, membawa terang Kristus pada dunia yang kelam (Mat. 5:14-16).

Mewarisi dan menerapkan semangat Reformasi bukanlah hal yang ringan. Hal ini menuntut pengorbanan dan jerih payah. Dunia tidak akan bersimpati pada kita. Tetapi itulah sesungguhnya makna menjadi seorang penganut Kristen Protestan. Aliran Protestan adalah salah satu buah dari semangat Reformasi. Dengan memeluk aliran ini, kita perlu menghayati semangat yang melahirkannya. Tanpa memiliki kobaran semangat Reformasi, kita menyandang nama Protestan tanpa mengerti inti nama itu sendiri; kita kehilangan jati diri. Tahun ini, saat kita mengingat hari Reformasi, marilah kita menilik diri kita sendiri. Apakah kita sudah memiliki semangat Reformasi? Apakah kita rela menjadi terang dan garam di tengah kegelapan dan kehambaran dunia? Apakah kita sudah layak untuk menyandang nama Protestan?




Catatan: Artikel ini saya selesaikan pada tanggal 5 September 1996.

SEMANGAT REFORMASI - Bag 1

Peristiwa pada tanggal 31 Oktober 1517 di kota Wittenberg di Jerman menandai lahirnya suatu gerakan di dalam keKristenan, yang kita kenal dengan nama gerakan Reformasi. Pada hari itu, orang menemukan sebuah selebaran yang telah dipakukan pada pintu Gereja Wittenberg. Selebaran tersebut adalah buah karya Martin Luther, seorang biarawan dari golongan Agustinus, dan isinya merupakan sembilan puluh lima butir dalil yang menantang praktek-praktek Gereja saat itu. Dalil-dalil yang ditulis dalam bahasa Latin dan semula dimaksudkan untuk menjadi bahan perdebatan dengan pemuka-pemuka Gereja, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman yang dimengerti masyarakat luas, sehingga akhirnya tantangan Luther berkembang menjadi suatu gerakan besar yang berupaya untuk memperbaharui Gereja kembali kepada kebenaran yang sejati.

Tindakan Luther menulis dan mengumumkan ke-sembilan-puluh-lima butir dalilnya sesungguhnya merupakan reaksi terhadap praktek-praktek Gereja pada masa itu, yang ia temukan bertentangan dengan ajaran Alkitab yang murni. Di antaranya adalah praktek menjual karunia penghapusan dosa. Di dalam upaya Gereja untuk memugar Katedral St. Peter dan melengkapinya dengan sebuah kubah raksasa, Gereja memerlukan dana yang besar. Pemenuhan dana tersebut diupayakan dengan menawarkan surat­-surat pengampunan dosa kepada masyarakat, yang dapat diperoleh dengan membayar sejumlah uang. Lebih jauh lagi, diperjualkan pula surat-surat yang dapat melepaskan jiwa-jiwa yang terjerat di dalam purgatori. Umat Kristen dapat memindahkan mereka yang masih menanti di alam purgatori ke Surga pada harga tertentu. Penyimpangan-penyimpangan Gereja seperti itulah yang mendorong Martin Luther untuk bertindak, tindakan mana kemudian melahirkan aliran Protestan.

Ada banyak hal yang dapat kita pelajari dari gerakan Reformasi. Gerakan tersebut menelurkan banyak ajaran yang sangat penting dan teosentris, seperti misalnya sola scriptura (bahwa hanya Kitab Suci saja yang boleh menjadi dasar iman dan kehidupan Kristen), sola fide dan sola gratia (bahwa keselamatan adalah karunia Allah semata melalui iman, bukan hasil upaya manusia), dan lain sebagainya. Namun di atas semuanya itu, kita perlu mengingat bahwa gerakan tersebut dikobarkan oleh suatu semangat, yaitu semangat untuk menegakkan kebenaran Allah di tengah penyimpangan-penyimpangan yang ada. Tanpa semangat sedemikian, Luther tidak akan bertindak ketika ia melihat praktek-praktek Gereja yang tidak Alkitabiah. Sebaliknya, justru karena Luther memiliki semangat untuk memperbaharui Gereja, semangat untuk membawa Gereja kembali kepada kebenaran Alkitab yang sejati - semangat Reformasi - maka ia memakukan dalil-dalilnya dan dengan rela menanggung segala akibatnya.


Bersambung ke bagian 2

SELINGAN

Tidak terasa sudah lebih 6 bulan berlalu tanpa saya sempat menjenguk blog saya ini. Selama absen saya dan keluarga berada di Perth, Australia. Kami menantikan kehadiran putri kami, Desiree Esther Lie. Selama bulan-bulan pertama mengasuh Desiree kami sangat beruntung mendapatkan bantuan dari ibu mertua saya yang menyempatkan diri untuk datang ke Perth. Tetapi setelah masa berlaku visanya habis dan beliau harus kembali ke Indonesia, saya dan istri mengasuh putra dan putri kami sendiri. Bulan-bulan dimana kami hanya berempat saja memberikan pengalaman yang berharga bagi saya. Saya belajar bagaimana mengasuh seorang anak batita dan seorang bayi, menyelami makna kesabaran / toleransi dan disiplin dalam membesarkan anak, lebih dalam mengenal istri dan anak-anak bahkan diri saya sendiri, serta banyak pengalaman lainnya. Namun yang paling memuaskan adalah kesempatan untuk mendampingi anak-anak sepanjang waktu, serta menyaksikan kembang tumbuh mereka dalam segala aspeknya. Pengalaman dan kesempatan seperti ini merupakan anugerah yang akan saya syukuri seumur hidup, walau harus dipadani dengan pengorbanan waktu dan banyak kepentingan diri. Salah satu yang ikut saya korbankan adalah waktu untuk mengurus blog ini.

Minggu yang lalu kami sekeluarga terbang kembali ke Jakarta. Ada hal-hal yang membutuhkan perhatian dan keberadaan kami di sini. Salah satu keuntungan berada di Jakarta adalah tersedianya banyak bantuan untuk mengurus kedua anak kami. Mudah-mudahan dengan berbagi beban seperti ini saya dapat menyisihkan waktu untuk kembali mengolah blog ini.

Saya berterima kasih pada anda yang telah mengunjungi blog saya, bahkan yang menyempatkan diri untuk memberi komentar dan menyapa lewat shoutbox. Dan saya mohon maaf atas tersendatnya pengembangan blog ini. Doakanlah agar blog ini dapat terus menjadi berkat bagi banyak orang.

Segala kemuliaan bagi Allah saja.