Sabtu, Maret 21, 2009

KASIH YANG SEJATI

Agama Kristen adalah agama yang penuh dengan kasih. Allah kita adalah kasih (I Yoh. 4 : 16). Tuhan Yesus menghimbau kita untuk mengasihi saudara-saudari seiman (Yoh. 13 : 35) dan orang­-orang lainnya (Mat. 22 : 38). Alkitab penuh dengan ajaran mengenai kasih. Bahkan, ada sebuah lagu yang mengatakan, “And they'll know we are Christians by our love.”

Kasih dan kebajikan adalah tanda dari seorang Kristen. Tetapi perbuatan kasih dan kebajikan tidak hanya dilakukan oleh orang Kristen. Orang-orang non-Kristen pun banyak yang melakukannya. Misalnya, orang Mormon. Mormon adalah suatu kepercayaan sesat. Ajaran mereka antara lain adalah bahwa ada banyak allah, Yesus tidak sama dengan Allah Bapa, dan iman semata tidak menjamin keselamatan. Saya sudah sering mendengar cerita tentang kebaikan hati orang-orang Mormon. Mereka juga berani mengetuk pintu rumah kita untuk memperkenalkan kepercayaan mereka, yang mereka percaya adalah jalan keselamatan yang sesungguhnya. Bukankah ini baik, bahwa mereka begitu memikirkan keselamatan jiwa kita sampai mereka rela berjalan dari pintu ke pintu untuk mengabarkan kabar keselamatan yang kita perlukan? Berapa banyak orang Kristen yang berani melakukan hal ini?

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat mengikuti sebuah acara mengenai kegiatan sihir modern. Di sana disajikan kegiatan-­kegiatan sihir yang masih dijalankan sekarang, dan wawancara dengan beberapa tukang sihir. Ada satu pernyataan yang sangat menarik perhatian saya. Waktu itu, ditunjukkan suatu aktivitas di mana beberapa orang berkumpul dan membentuk lingkaran. Kalau tidak salah, mereka saling berpegangan tangan, dan sambil memejamkan mata dan bergoyang kiri kanan dengan seragam, mereka menyanyikan satu lagu. Kemudian, salah seorang dari kelompok itu diwawancarai, dan dia mengatakan satu kalimat seperti, “We feel love here.” Saya sampai tercengang-cengang ketika mendengar kalimat itu. Kebanyakan dari kita mungkin berpikir bahwa kegiatan sihir adalah jahat. Tetapi menurut orang ini, kasihlah yang keluar dari aktivitas sihir yang ia ikuti.

Beberapa waktu yang lalu, saya juga sempat untuk mengikuti talk show tentang topik-topik New Age Movement. New Age adalah suatu kepercayaan yang sekarang dianut oleh banyak orang. Acara ini mendiskusikan topik-topik seperti psychic power (kuasa untuk membuat ramalan), reinkarnasi, dan lain-lain. Dari acara-acara ini tampak bahwa banyak pengikut ajaran New Age mempunyai maksud yang baik, bukan jahat. Misalnya, di dalam satu wawancara, seorang peramal menyatakan bahwa ia memakai keahliannya untuk menolong orang, bukan untuk menjatuhkan.

Orang Mormon, tukang sihir, dan pengikut New Age Movement berbuat baik dan kasih. Mereka bukan orang Kristen, tetapi mereka mempunyai hati yang baik dan mengasihi. Jadi, apakah perbedaan antara mereka dan kita?

Perbedaannya terletak pada dasar/motivasi dari perbuatan kasih dan kebajikan. Orang Mormon berbuat baik karena mereka percaya bahwa dengan demikian mereka dapat mencapai keselamatan. Suasana kasih dalam perkumpulan tukang sihir mungkin akibat perasaan nikmatnya persatuan dengan orang lain. Pengikut New Age berbuat balk mungkin hanya untuk memenuhi karmanya. Perbuatan baik mereka bersumber dari pengharapan yang tidak pasti; pengharapan yang sia-sia berdasarkan kebenaran Firman Tuhan. Tetapi perbuatan kasih dan kebajikan seorang Kristen haruslah didorong oleh kasih Kristus. Kita harus mengasihi karena Allah terlebih dahulu mengasihi kita (I Yoh. 4 : 10). Jikalau Allah begitu mengasihi kita ketika kita masih berdosa, sampai Ia rela menyerahkan AnakNya bagi penebusan dosa kita, maka wajiblah kita untuk mengasihi semua orang (I Yoh. 4 : 11). Dan lagi, kasih dan kebajikan kita didasarkan pada Obyek yang hidup, yaitu Tuhan Yesus yang sudah bangkit dan hidup selamanya. KasihNya yang kekal itulah yang harus menjadi motor dari kasih dan kebajikan kita.

Untuk mendapatkan kasih semacam ini, kita tidak dapat bersandar pada diri kita sendiri. Kita harus menjadikan Yesus Raja dalam hidup kita setiap hari. Kita harus membiarkan kasihNya meluap dalam hati kita sehingga kasih itu melimpah ke luar dari diri kita. Kita harus membiarkan sang Kasih mengatur tingkah dan langkah kita, dan membentuk karakter kita, sehingga hidup kita dapat memancarkan kasih dan kebajikan Allah sendiri.

Yah….. banyak orang non-Kristen penuh dengan kasih dan melakukan kebaikan. Tetapi hanya orang Kristen yang mampu memberikan kasih yang sejati kepada dunia. Dari luar, orang non-Kristen dan orang Kristen mungkin kelihatan sama. Tetapi hanya kasih seorang Kristen yang dihasilkan oleh kasih Allah yang sejati dan memimpin kepada sang Kasih dan hidup kekal di dalam persekutuan denganNya. Marilah saudara, kita membiarkan Yesus menjadi raja kita dan membiarkan kasihNya tersalur melalui kita!


Catatan: Saya tidak ingat kapan artikel ini ditulis.

Sabtu, Maret 07, 2009

KARUNIA PENYEMBUHAN DAN BAHASA ROH - Bagian 4

Kesimpulan

Seperti yang sudah disinggung di atas, masalah kesembuhan ilahi dan manifestasi bahasa roh adalah masalah yang rumit dan kontroversiil. Mungkin tidak semua orang setuju dengan isi artikel di atas. Juga, artikel ini tidak mencakup seluruh aspek dari kedua fenomena ini, sehingga mungkin menimbulkan kesalahfahaman atau kebingungan. Tetapi hal yang terpenting adalah bahwa kita harus senantiasa menguji segala hal, termasuk kesembuhan ilahi dan bahasa roh, dengan Firman Allah. Apa yang sesuai dengan Alkitab harus kita pegang, sedangkan apa yang tidak sesuai dengan Alkitab, walaupun banyak orang yang percaya bahwa itu benar dan berasal dari Allah, harus kita tolak. Untuk rnengembangkan pengertian, kita juga dapat membaca banyak buku mengenai karunia Roh. Semoga artikel ini, walaupun tidak dapat memberikan gambaran yang lengkap tentang topik yang didiskusikan, dapat membangkitkan kesadaran kita dan membuat kita lebih kritis di dalam menghadapi berbagai tanda dan mujizat yang terjadi di sekitar kita atas nama ke-Kristen-an.

Catatan

Ada 2 pandangan yang besar mengenai karunia Roh, termasuk kesembuhan ilahi dan bahasa roh. Ada yang percaya bahwa karunia untuk melakukan mujizat atau hal-hal yang spektakuler sudah tidak ada lagi sekarang. Allah hanya memberikan karunia semacam itu pada rnasa agama Kristen sedang dibangun, sehingga sekarang karunia-karunia itu tidak lagi diberikan kepada orang Kristen. Yang lainnya percaya bahwa karunia mujizat masih ada sarnpai sekarang, karena Alkitab tidak pernah mengajarkan adanya masa­-masa tertentu untuk karunia-karunia tertentu. Artikel ini dialaskan pada pandangan yang kedua. Di dalam membaca buku-buku tentang manifestasi karunia Roh, seperti buku-buku di bawah, kita harus selalu ingat akan kedua posisi ini, dan jangan langsung percaya dan menerima pandangan dari satu buku saja. Dengan kata lain, kita harus membaca banyak buku dari berbagai pandangan (tentunya yang Alkitabiah) untuk dapat melihat seluruh aspek dari karunia Roh. Lebih lagi, kita harus mempelajari sendiri apa yang dikatakan Alkitab tentang topik ini, baru kemudian mengambil suatu posisi.

Daftar Buku
Geisler, Norman. Signs and Wonders. Illinois: Tyndale House Publishers, 1988.
Gross, Edward N. Miracles, Demons and Spiritual Warfare. Michigan: Baker Book House, 1990.
Koch, Kurt E. Between Christ and Satan. Michigan: Kregel Publications.
Koch, Kurt E. Speaking in Tongues? Michigan: Kregel Publications.
LaHaye, Tim. The Battle for the Mind. New Jersey: Fleming H. Revell Company, 1980.
Mallone, George. Those Controversial Gifts. Illinois: InterVarsity Press, 1983.
Smith, Chuck. Charisma vs. Charismania. Oregon: Harvest House Publishers, 1983.

Catatan: Artikel ini saya selesaikan pada tanggal 19 Juni 1991.

Senin, Maret 02, 2009

KARUNIA PENYEMBUHAN DAN BAHASA ROH - Bagian 3

Bahasa Roh

Bahasa roh sekarang dipakai dalam banyak pertemuan, termasuk di Indonesia. Dalam beberapa kaset khotbah dari Indonesia yang saya sudah dengar, di akhir acara si pembicara mengajak jemaat untuk memuji Tuhan dengan bahasa roh. Mula-mula jemaat mengulang-ulang kata “haleluya” dengan iringan musik. Kemudian mulai terdengar rentetan suara, yaitu kata-kata atau kalimat-kalimat yang diulang-ulang dengan cepat dengan nada-nada tertentu, dalam bahasa yang tidak saya mengerti, yang saya rasa mereka anggap sebagai bahasa roh.

Apakah berbicara dalam bahasa asing pasti berasal dari Allah, yaitu pernyataan karunia bahasa roh seperti yang dinyatakan dalam Alkitab? Tidak! Kurt Koch menyatakan adanya kasus-kasus berbahasa asing pada orang Mormon, Budha, Shinto, dan kepercayaan-kepercayaan lain. Jelas bahwa dalam konteks seperti ini berbahasa asing tidak berasal dari Allah.

Selain kemungkinan bahwa bahasa roh berasal dari Allah, fenomena berbahasa asing dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Berbahasa asing dapat disebabkan oleh pengaruh kejiwaan. Dalam keadaan tidak sadar, di mana pikiran bawah-sadar (subconscious) lebih berpengaruh daripada pikiran sadar (conscious), seseorang dapat mengucapkan kata-kata yang tidak dapat dimengerti. Ocehan yang ngawur ini dapat disalahtafsirkan sebagai bahasa roh. Ada orang yang percaya bahwa untuk dapat berbahasa roh, seseorang harus berulang-ulang mengucapkan suatu perkataan. Tetapi mengucapkan hal yang sama berulang-ulang adalah suatu cara untuk mengubah kesadaran kita, sehingga ocehan yang tidak berartilah yang keluar dan dianggap sebagai bahasa roh.
2. Iblis juga dapat menciptakan fenomena berbahasa asing. Banyak kasus orang berbicara dalam bahasa yang tidak dimengerti karena dipengaruhi oleh kuasa kegelapan. Hal ini nyata dari buahnya. Mereka yang berbicara atas pengaruh Iblis akhirnya meninggalkan gereja dan Tuhan, merasa tidak damai, ingin bunuh diri, dan lain-lain, walaupun mungkin pada mulanya mereka percaya bahwa mereka sedang memakai karunia berbahasa roh dari Allah. Pengalaman mereka ini malah membawa mereka lebih jauh dari Tuhan.

Rasul Paulus di dalam I Korintus 12 - 14 mendiskusikan karunia Roh, termasuk bahasa roh. Dari bagian ini kita dapat belajar beberapa peraturan di dalam memakai karunia bahasa roh di dalam pertemuan jemaat:
1. Bahasa roh, seperti juga karunia-karunia lainnya, harus digunakan untuk kepentingan seluruh jemaat (12:7; 14:12,26). Paulus menulis bahwa di dalam pertemuan jemaat, bahasa roh tidak bermanfaat jikalau tidak membangun jemaat itu (14:4-5).
2. Supaya bermanfaat bagi jemaat, bahasa roh harus disertai dengan penafsirannya (14:5,13,27).
3. Jumlah orang yang berbahasa roh dalam satu pertemuan dibatasi 2 atau 3 orang saja (14:27).
4. Kedua atau tiga orang yang berbahasa roh harus berbicara secara bergantian, bukan bersama-sama (14:27).
5. Jikalau tidak ada penafsir, seseorang yang dapat berbahasa roh harus diam saja (14:28).
6. Kegiatan berbahasa roh harus dilakukan dengan sopan dan teratur (14:40).

Dengan peraturan di atas, kita dapat menganalisa kasus-kasus berbahasa roh yang kita jumpai dalam banyak pertemuan jemaat. Di mana ada manifestasi bahasa roh, kita harus meneliti apakah manifestasi itu membangun jemaat atau tidak. Manifestasi di Indonesia seperti yang sudah diceritakan di atas, di mana banyak orang bersama-sama berbahasa roh tanpa penafsiran, tidak sesuai dengan peraturan yang dipaparkan oleh Paulus. Manifestasi bahasa roh yang Alkitabiah harusnya terjadi secara teratur, di mana ada satu orang yang berdiri dan berbahasa roh, kemudian dia atau seorang lain berdiri dan menafsirkannya, baru kemudian dilanjutkan oleh 1 atau 2 orang lagi secara bergilir. Melalui semuanya ini jemaat harusnya mendapat berkat. Tetapi situasi di mana banyak orang sekaligus mengucapkan sesuatu dalam bahasa yang tidak dimengerti, tanpa ada orang yang menafsirkan ucapan dari setiap orang, menimbulkan kekacauan dan tidak Alkitabiah. Hal ini tidak berarti manifestasi bahasa roh itu berasal dari Iblis, tetapi dapat dipastikan bahwa fenomena ini bukan pekerjaan Allah, karena Dia tidak akan melanggar firmanNya sendiri, dan “Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera” (14:33).

Selain itu, banyak orang Kristen sekarang mengajarkan bahwa berbahasa roh adalah keharusan bagi seorang Kristen yang sejati. Ajaran ini bertentangan dengan ajaran Paulus dalam I Korintus 12:27-30, di mana dia menyatakan bahwa tidak semua orang mempunyai karunia berbahasa roh. Bahkan Paulus lebih mengutamakan karunia bernubuat di dalam jemaat daripada karunia berbahasa roh (14:1-5). Seseorang juga tidak dapat berkata bahwa dia tidak dapat menahan dirinya untuk memuji Tuhan dengan bahasa roh, walaupun tidak ada yang menafsirkannya, karena Paulus menyatakan bahwa seseorang harus berdiam diri jikalau tidak ada penafsir (14:28). Ini berarti karunia berbahasa roh ada di bawah kekuasaan pemilik karunia itu.


Bersambung ke Bagian 4