Senin, Januari 25, 2010

CALVINISME - Bag 1

Waktu di ICC8 saya dapat kesempatan untuk berdiskusi dengan beberapa orang mengenai Calvinism. Berikut ini saya ingin memberikan sedikit pengertian saya mengenai ajaran-ajaran pokok dari Calvinism. Perlu diterangkan dulu bahwa anda dapat menerima poin-poin Calvin di bawah atau menolak sebagian. Para teolog sendiri sampai sekarang tidak semua setuju dengan semua poin-poin Calvin. Artikel ini tidak dimaksudkan untuk memecahkan / menggolong-golongkan warga fica-net. Semoga informasi berikut ini berguna bagi anda sekalian.

John Calvin adalah seorang tokoh Reformasi di abad ke-16. Dia dijuluki “Systematizer of the Reformation” karena pemikiran yang sistematis atas kepercayaan-kepercayaan Kristen Reformasi (Protestan). Apa yang diajarkannya kadang-kadang dirangkum dengan singkatan TULIP, yang akan dijelaskan di bawah ini.

T = TOTAL DEPRAVITY
Definisi: "The unmeritoriousness of man before God because of the corruption of original sin."

Secara negatif, total depravity TIDAK berarti bahwa:

a) Manusia tidak dapat berbuat baik di hadapan manusia maupun Allah, melainkan bahwa perbuatan baik manusia tidak pernah cukup untuk membeli keselamatan dari Allah.

b) Manusia tidak lagi mempunyai hati nurani yang membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, melainkan hati nurani manusia sudah dicemari dosa sehingga tidak lagi dapat dipercaya sepenuhnya.

c) Manusia melakukan semua dosa atau melakukan suatu dosa semaksimalnya.

Secara positif, total depravity berarti:

a) Total = seluruh aspek kehidupan manusia dicemari dosa.

b) Depravity = tidak ada yang manusia dapat perbuat untuk meraih keselamatan dari Allah.

Landasan Alkitabiah:

Tuhan Yesus mengakui orang-orang baik (Mat 22:10), tetapi menyebut murid-muridNya sendiri sebagai orang-orang yang jahat (Mat 7:11). Pikiran telah dicemari (Rom 1:28; Ef 4:18), juga hati nurani (lbr 9:14), hati menyesatkan (Yer 17:9), dan manusia pada dasarnya berada di bawah murka (Ef 2:3). Depravity ada dalam diri kita dan merupakan akar dari segala kejahatan (Mar 7:20-23). Depravity tertanam dalam sekali dalam diri kita, universal dan total (Rom 3:9-18). Oleh sebab total depravity ini manusia tidak dapat menyelamatkan diri sendiri (Yoh 1:13). Jikalau Roh Kudus tidak menerangi hati seseorang, ia akan tetap berada dalam kegelapan (I Kor 2:14).

U = UNCONDITIONAL ELECTION
Definisi: “That eternal act of God whereby He, in His sovereign good pleasure, and on account of no forseen merit in them, chooses a certain number of men to be the recepients of special grace and of eternal salvation.”

Beberapa poin di sini:

a) Allah memilih (elected) sejumlah orang untuk memperoleh keselamatan dan menjadi anak-anakNya (Mat 22:14; Rom 11:5; I Kor 1:27,28; Ef 1:4; I Tes 1:4; I Pet 1:2; II Pet 1:10).

b) Pemilihan (predestinasi) ini didasarkan pada kedaulatan Allah dan kehendakNya yang baik.

c) Pemilihan ini tidak dapat diubah, sehingga keselamatan dari orang-orang yang terpilih adalah pasti.

d) Pemilihan ini adalah kekal, yakni dipilih sejak dari kekekalan (Rom 8:29,30; Ef 1:4,5).

e) Dan pemilihan ini adalah tidak bersyarat (unconditional election). Maksudnya, Allah tidak memilih orang-orang ini berdasarkan sesuatu yang orang-orang ini perbuat; pemilihan Allah hanyalah berdasarkan kehendak Allah yang berdaulat dan baik saja (Rom 9:11; KIS 13:48; II Tim 1:9; I Pet 1:2).

Bersambung ke bagian 2

Senin, Januari 04, 2010

MENJAWAB PERTANYAAN - UNIVERSAL SALVATION

2. Apakah kasih yang dimiliki Allah tidak mampu untuk menyelamatkan semua orang berdosa?
Seperti pertanyaan sebelumnya, pertanyaan ini juga mengandung beberapa aspek yang dapat dipertimbangkan.

Jikalau kita ingin mempertanyakan kualitas kasih dari Allah, yaitu apakah kasihNya itu cukup mampu dan cukup memadai di dalam proyek keselamatan yang Ia lakukan, maka dengan mengingat kesempurnaan Allah termasuk dalam kasihNya (lihat jawaban pertanyaan pertama), kita harus menyimpulkan bahwa kasih Allah pasti cukup mampu untuk menyelamatkan manusia. Kesimpulan ini dapat ditarik dengan logika manusia semata, didukung oleh premis-premis yang sesuai dengan Firman Tuhan.

Jikalau kita ingin mempertanyakan wawasan atau jangkauan dari kasih Allah yang menyelamatkan itu, yaitu apakah kasih yang menyelamatkan itu sesungguhnya atau seharusnya merangkul semua manusia, maka kita perlu menelusuri butir-butir pemikiran berikut:

a) Semua orang berdosa, sebagaimana disaksikan oleh Alkitab (Rom 3:23).

b) Dosa dapat dimengerti sebagai pelanggaran atas kehendak atau hukum Allah yang sempurna, atau dapat juga dimengerti sebagai pemberontakan manusia dari tangan dan kuasa Allah.

c) Allah sebagai pencipta yang terus bekerja di dalam sejarah ciptaanNya (lihat jawaban pertanyaan sebelumnya) harus menyatakan sikap dan tindakan terhadap fakta dosa dan manusia yang berdosa. Sikap dan tindakan ini tentunya harus sesuai dengan sifat-sifatNya.

d) Salah satu sifat Allah adalah maha-suci. Di dalam kesucianNya Allah tidak dapat mentolerir dosa, yang merupakan sesuatu yang tidak suci, dan tidak dapat pula mentolerir manusia yang sudah tercemar ketidaksucian dosanya.

e) Salah satu lagi sifat Allah adalah maha-adil. Di dalam keadilanNya Allah harus menghukum manusia yang telah melakukan dosa. Oleh sebab semua manusia sudah berdosa, maka semua manusia ada di bawah hukuman Allah.

f) Salah satu lagi sifat Allah adalah maha-kasih. Di dalam kasihNya Allah tidak dapat tinggal diam melihat manusia ciptaanNya dirusak oleh dosa. Oleh sebab itu Ia mengerjakan karya keselamatan bagi manusia dengan mati di kayu salib dan bangkit dari kematian, agar manusia boleh mendapatkan harapan terlepas dari ikatan dan akibat dosa.

g) Di dalam kita mempertimbangkan wawasan dan karya keselamatan yang dikerjakan Allah, kita tidak boleh hanya mempertimbangkan kasihNya saja, kendati pun karya itu sendiri didorong oleh sifat maha-kasih Allah. Kita juga harus mempertimbangkan sifat kesucianNya dan keadilanNya, lalu mencari keseimbangan antara kasih-kesucian-keadilan Allah di dalam menentukan bagaimana Allah memberlakukan karya agungNya itu. Kesucian dan keadilan Allah menuntut agar semua manusia dihukum oleh karena dosa, tetapi kasih Allah mendorongNya untuk juga mengambil langkah menyelamatkan. Jikalau Ia menghukum semua manusia, Ia menyatakan sifat kesucian dan keadilanNya, namun kasihNya tidak mendapatkan ekspresi. Sebaliknya jikalau Ia menyelamatkan semua manusia, Ia tampak maha-kasih, namun kesucian dan keadilanNya tidak mendapatkan ekspresi. Demi kesempurnaanNya, Allah tidak dapat mengambil salah satu dari kedua ekstrim di atas. Allah harus bersikap dan bertindak secara seimbang dalam sifat-sifatNya. Oleh sebab itu, Allah harus menyelamatkan sebagian manusia dan menghukum yang lainnya. PenyelamatanNya menunjukkan kasihNya, sedangkan penghukumanNya menunjukkan kesucian dan keadilanNya. Hanya dengan demikianlah Allah bisa dikatakan bersikap dan bertindak secara sempurna di dalam menghadapi dosa.

Jadi kesimpulannya, apakah kasih Allah sebenarnya cukup dan mampu untuk menyelamatkan semua orang? Jawabnya adalah, mampu, karena toh kasih Allah adalah kasih yang sempurna. Tetapi Allah tidak akan menyelamatkan semua orang, bukan karena kasihNya tidak mencukupi, melainkan karena selain kasih Ia juga suci dan adil. Semua sifat Allah itu harus mendapatkan ekspresi yang memadai bagi Allah untuk menjadi Allah yang sempurna, dan ekspresi dari kesucian dan keadilanNya tidak memungkinkanNya untuk menyelamatkan semua orang tanpa menjalankan penghukuman.

Catatan: Ini merupakan pertanyaan ke-2 dari tanya-jawab pembinaan GSM GKI Pinangsia. Pertanyaan ke-3 menyusul.