Jumat, Desember 25, 2009

MELIHAT KEPADA BAYI YESUS

Lampu-lampu beraneka warna mulai menghiasi pohon-pohon di jalan. Poster mengenai acara-acara Natal mulai nampak. Pohon-pohon Natal, dengan segala ornamen dan lampu kelap-kelip, mulai mengambil tempatnya di rumah-rumah. Toko-toko serba ada mulai menjual barang-barang Natal...kartu, perhiasan pintu, ornamen, dan lain-lain, dan orang mulai belanja untuk hadiah bagi teman dan keluarga. Lagu-lagu Natal mulai berkumandang. Tanggal 25 Desember sudah dekat, dan suasana Natal menaungi segala tempat di mana manusia hidup. Namun, di tengah kemeriahan ini, adakah hati saudara bersuka-cita? Ataukah realitas hidup ini menekan saudara, sehingga senyum saudara hanyalah merupakan topeng yang menutupi air mata dari hati yang terbeban dan terluka?

Natal adalah suatu waktu yang bahagia; paling tidak itu yang kita semua harapkan. Suasana Natal adalah suasana yang menimbulkan sukacita dalam hati dan tawa riang di wajah kita. Tetapi kenyataan hidup ini kadang kala terlalu kejam. Natal atau bukan, kekecewaan, kesedihan, dan pelbagai kesusahan tetap saja menjadi bagian dari kehidupan. Kadang kita tersenyum, tetapi hati kita terluka. Kadang di muka teman-teman kita tertawa dan tampak riang, namun di dalam kita menangis dan merasa kesepian. Tidak heran kalau kita sering mendengar orang berkata bahwa di waktu Natal justru banyak orang yang begitu merasa tersendiri sampai ia mengambil nyawanya sendiri. Natal mungkin adalah waktu yang membahagiakan, tetapi banyak orang yang merayakannya yang merasa jauh dari kebahagiaan itu.

Tetapi, adakah saudara sadari apa arti Natal sebenarnya? Di tengah kesibukan saudara berbelanja, atau berlatih sandiwara, atau yang lainnya, pernahkah saudara berhenti sejenak dan kembali kepada motivasi dari hari besar ini? Dua ribu tahun yang lalu, seorang bayi dilahirkan di sebuah kandang di Betlehem. Malam itu, kegelapan dunia ditembusi oleh cahaya dari Surga, karena bayi yang baru lahir ini bukanlah sembarang bayi. Bayi ini adalah Allah sendiri, yang menjelma sebagai manusia, supaya Dia dapat berjalan di tengah-tengah makhluk ciptaanNya. NamaNya Yesus, Juruselamat dunia. Allah rela meninggalkan segala kemuliaanNya, merendahkan DiriNya sehingga menjadi sama seperti kita, bukan supaya dinobatkan menjadi raja di dunia, tetapi supaya digantung di atas kayu salib, supaya setiap orang yang melihat kepadaNya dan percaya dan menerima karya penebusanNya boleh layak menerima hidup yang kekal bersamaNya. KasihNya yang mulia kepada manusia yang sudah memberontak mendorongNya untuk datang ke dunia dan menawarkan jalan perdamaian, walaupun itu berarti penghinaan, kesengsaraan, dan kematian buat DiriNya. Bayi Yesus telah datang untuk memberikan kepada kita sukacita, damai sejahtera, dan harapan di dalam kehidupan ini. Dia datang untuk memberikan hidup yang kekal, supaya di tengah kemelut hidup ini kita dapat mengusap air mata dan berkata,”Aku hanya musafir yang melintasi padang pasir dunia. Tujuanku adalah Surga, di mana Tuhanku berada. Selama di perantauan ini, aku akan menyalurkan kasih Tuhanku dengan mengajak banyak dari kawan-kawan seperjalananku untuk juga pergi kepada kemuliaan yang baka itu.”

Berhentilah sejenak dari apa pun juga yang saudara sedang kerjakan atau rasakan sekarang. Tengoklah ke dalam hati saudara. Adakah saudara merasa sedih? Adakah hati saudara terluka atau terbeban? Adakah air mata saudara menetes? Adakah saudara merasa kecewa, atau marah, atau bingung, atau putus harapan? Tuhan Yesus berkata,”Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:28). Pada Natal ini, alihkanlah pandangan saudara kepada bayi Yesus di dalam palungan Betlehem itu, bayi yang telah datang untuk memberikan kelegaan kepada saudara. Tanggalkanlah segala beban di depan pintu kandang, masuklah, dan sujudlah menyembah Allah yang penuh kasih. Dua ribu tahun yang lalu Yesus sudah datang untuk saudara dan saya. Jangan lagi simpan segala kesusahan, tetapi serahkanlah semua ke dalam tanganNya. Apapun juga masalah saudara, Dia yang penuh kasih itu akan memberikan kelegaan kepadamu. Amin.

Sabtu, November 28, 2009

MENYANYI DARI HATI

Selama tiga bulan terakhir tahun 1990 ini, saya mendapatkan kesempatan untuk melayani dalam singspiration team Persekutuan Pemuda kita. Saya sungguh bersyukur atas kesempatan ini. Melayani dengan team ini sungguh telah menjadi berkat bagi saya.

Ada satu hal yang saya ingin bagikan kepada anda sekalian dari pengalaman saya dalam pelayanan ini. Sebagai anggota singspiration team, saya belajar banyak lagu-lagu yang sangat baik syairnya. Namun sering kali, ketika saya menyanyi di muka persekutuan, saya sadar bahwa syair itu sedang mengungkapkan sesuatu yang saya tidak layak katakan. Dan saya yakin jikalau anda perhatikan kata-kata dari lagu yang anda nyanyikan di gereja, mungkin sekali-kali anda akan tertegur oleh apa yang anda nyanyikan.

Sebagai ilustrasi, saya akan memakai lagu yang ditulis oleh Ir. Niko, berjudul "Aku Mengasihi Yesus".

Aku mengasihi Engkau Yesus
Dengan segenap hatiku
Aku mengasihi Engkau Yesus
Dengan segenap jiwaku
Kurenungkan firmanMu siang dan malam
Kupegang p'rintahMu dan kulakukan
Engkau tahu ya Tuhan tujuan hidupku
Hanyalah untuk menyenangkan hatiMu

Lagu ini sudah beberapa kali dinyanyikan dalam Persekutuan Pemuda. Sungguh suatu lagu dengan syair dan melodi yang indah. Tetapi, saya ingin mengajak anda untuk memperhatikan kata-kata di atas dan mengintrospeksi diri sendiri, apakah syair itu sungguh-sungguh sudah diaplikasikan dalam hidup kita. Ir. Niko menulis lagu ini sebagai ungkapan hatinya kepada Tuhan. Ketika kita menyanyikannya, lagu ini seharusnya juga menjadi ungkapan hati kita. Tetapi, sungguhkah syair lagu ini merefleksikan diri kita yang sebenarnya?

Paragraf pertama lagu di atas menyatakan bahwa kita mengasihi Tuhan Yesus dengan segenap hati dan jiwa. Apakah kita sungguh mengasihi Dia dengan segenap hati kita dan jiwa kita? Mengasihi dengan segenap hati dan jiwa berarti mengasihi dengan 100%. Kasih kita hanya diarahkan kepada Tuhan saja; Tuhan yang nomor satu, dan tidak ada yang lainnya yang lebih utama dari Dia. Berarti, kalau pada jam kebaktian hari Minggu ada teman kita yang mengadakan suatu pesta dan mengundang kita, kita harus datang ke gereja walaupun harus menolak undangan itu dan mungkin dicap sombong atau sok rohani oleh teman kita itu. Berarti, kita harus tiap hari baca Alkitab dan berdoa, karena Tuhan yang kita kasihi rindu untuk bersekutu dengan anak-anakNya. Berarti, kita harus rela melayani Tuhan dengan segala yang kita miliki, walaupun itu berarti kita harus buang waktu, tenaga, uang, bensin, atau dipermalukan, menjadi kesal, menjadi kecewa, dan lain sebagainya. Kita harus melayani, dan melayani dengan tekun, dan melayani tanpa bersungut-sungut.

Paragraf kedua dimulai dengan pernyataan bahwa kita merenungkan firman Tuhan siang dan malam. Apakah kita sungguh merenungkan firmanNya siang dan malam? Hal apa yang sebenarnya ada di dalam pikiran kita sepanjang hari? Sungguhkah itu firman Tuhan, ataukah sekolah kita, pekerjaan kita, mobil kita, uang kita, pacar kita, ataukah kata-kata si A yang menyakitkan hati, sifat si B yang kita tidak sukai, atau yang lainnya? Kalimat kedua dari paragraf kedua menyatakan bahwa kita memegang perintah-perintah Tuhan dan melakukannya. Sungguhkah kita sudah melakukan apa yang Tuhan perintahkan? Tuhan menyuruh kita untuk tidak berkuatir. Apakah kita sungguh tidak lagi berkuatir, melainkan menyerahkan semua kuatir kita kepadaNya? Tuhan menyuruh kita untuk mencari dulu KerajaanNya. Apakah kita sungguh mengutamakan kepentinganNya lebih dari kepentingan-kepentingan pribadi? Yesus menyuruh kita untuk mengasihi sesama kita seperti mengasihi diri sendiri. Sudahkah kita melakukan hal itu? Tuhan perintahkan kita untuk mengabarkan Injil. Adakah kita melakukan hal itu? Dan bagian terakhir syair ini menyatakan bahwa tujuan hidup kita adalah untuk menyenangkan hati Tuhan, dan Tuhan tahu akan hal itu. Apakah sungguh kita hidup untuk menyenangkan Tuhan? Adakah kita bersekolah untuk menyenangkan hatiNya, atau supaya kelak kita dapat pulang ke Indonesia dan membangun sebuah perusahaan yang besar dan menjadi kaya raya? Adakah kita bekerja untuk menyenangkan hatiNya, atau supaya harta kita bertambah sehingga kita dapat punya pakaian yang lebih banyak dan indah, mobil yang lebih canggih, rumah yang lebih besar dan mewah? Di hadapan Tuhan tidak ada rahasia; Dia tahu tujuan hidup kita yang sebenarnya, sekalipun di dalam nyanyian kita mengatakan bahwa tujuan hidup kita adalah untuk menyenangkan hatiNya. Jikalau kita menyanyikan kalimat di atas tetapi hidup kita bukan untuk Tuhan, berarti kita berdusta di hadapan manusia dan Tuhan!

Beberapa kali saya menyanyikan lagu ini di muka persekutuan, dan saya selalu tertegur oleh pertanyaan-pertanyaan di atas. Sementara saya mengucapkan syairnya, saya sadar bahwa saya belum mengasihi Tuhan Yesus dengan segenap hati dan jiwa, tidak merenungkan firmanNya siang dan malam, tidak melakukan perintah-perintahNya, dan hidup saya mempunyai tujuan lain selain menyenangkan hatiNya. Saya sadar bahwa kalau saya menyanyikan lagu ini, berarti saya berbohong. Saya tidak tahu mengenai anda sekalian. Tetapi saya menghimbau supaya ketika anda menyanyi, bukan saja lagu ini tetapi juga lagu-lagu rohani lainnya, jangan hanya menyanyi tanpa memikirkan apa yang tertulis dalam syairnya, melainkan bertanyalah kepada diri sendiri apakah anda dapat meng-amin-i syair itu. Saya tidak mengusulkan bahwa kalau anda belum sungguh menghayati syair suatu lagu, anda tidak boleh menyanyikannya. Tidak! Yang saya maksud adalah, kalau anda menyanyikan suatu lagu rohani yang baik, dan mendapatkan bahwa syair lagu itu belum nyata dalam hidup anda, pakailah syair itu sebagai tantangan untuk merubah hidup anda, sehingga di kemudian hari anda dapat menyanyikannya dan meng-amin-inya juga. Harapan saya adalah supaya untuk semua lagu, kita dapat menyanyi bukan hanya dengan mulut, tetapi juga dari hati.

Catatan: Artikel ini ditulis ketika saya melayani di Persekutuan Pemuda di GKI Lake Avenue, California, USA

Jumat, November 13, 2009

DOKTRIN - Bagian 3

Dalam bagian pertama sudah saya jabarkan empat golongan doktrin Kristen dan implikasinya dalam hal pembedaan denominasi dalam dunia Kristen. Di sana telah disinggung bahwa doktrin-doktrin dasar (essential doctrines) adalah yang paling penting, yang harus dipegang oleh setiap orang yang mau mengaku Kristen sejati. Oleh sebab itu pada kesempatan ini saya akan mencoba membahas secara singkat kelima doktrin dasar tersebut.

1. ALLAH TRITUNGGAL
Allah Tritunggal berarti Allah yang Alkitab ajarkan dan yang harus dipercaya oleh seorang Kristen adalah Allah yang esa dan sekaligus mempunyai 3 Pribadi. Hanya ada satu Allah secara natur, tetapi Allah yang esa naturnya ini terdiri dari 3 Pribadi yang berbeda dan sama-sama ada, yaitu Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Perlu diperhatikan bahwa fakta bahwa Allah itu esa tidak berarti Allah tidak mungkin mempunyai 3 Pribadi, karena kedua kualitas itu (esa dan jamak/3) adalah dalam kategori yang berbeda - esa secara natur tetapi jamak (3) secara kepribadian/oknum. Juga bahwa Allah terdiri dari 3 Pribadi tidak berarti orang Kristen menyembah 3 Allah (politeisme), karena ketiga pribadi itu esa dalam naturNya. Jadi, konsep Allah Tritunggal tidak menimbulkan kontradiksi logis, karena Allah itu "tri" dan "tunggal" sekaligus dalam hal yang berbeda.
Bukti Alkitabiah:
a. Allah itu esa: Ulangan 6:4
b. Pribadi "Bapa" disebut Allah: I Kor 8:6
c. Pribadi "Yesus" disebut Allah: Yoh 1:1, 18
d. Pribadi "Roh Kudus" disebut Allah: KIS 5:3-4
e. Karena Alkitab mengajarkan hanya ada satu Allah, dan sekaligus menyebut 3 Pribadi (Bapa, Yesus, Roh Kudus) sebagai Allah, jadi Alkitab mengajarkan Allah yang esa dengan 3 Pribadi, ie, Allah Tritunggal.

2. YESUS - ALLAH DAN MANUSIA
Yesus memang tokoh sejarah yang hidup sekitar 2000 tahun yang lalu. Tetapi Dia lebih dari sekedar manusia seperti kita, Dia adalah juga Allah sendiri. Yesus tidak lebih rendah dari Allah, walaupun Dia juga mempunyai natur manusia. Yesus juga bukan salah satu Allah, karena hanya ada 1 Allah (esa). Yesus adalah 100% manusia dan juga 100% Allah.
Bukti Alkitabiah:
Yoh 1:1, 18; Yoh 20:28; dll

3. KEBANGKITAN YESUS
Alkitab mengajarkan bahwa Yesus bangkit:
a. Dengan tubuh jasmaniah/material, yakni tulang dan daging yang dapat dijamah.
b. Dengan tubuhNya sendiri, yakni yang 3 hari sebelumnya disiksa dan digantung di atas kayu salib.
Bukti Alkitabiah:
Lukas 24:37-39; dll.

4. KARYA PENEBUSAN YESUS
Yesus menanggung hukuman dosa ganti kita. Karya Yesus itu sudah sempurna untuk memberikan keselamatan total bagi kita. Karya Yesus efektif untuk mengampuni kita dari SEMUA dosa kita.
Bukti Alkitabiah:
I Yoh 1:7,9; dll.

5. KESELAMATAN
Keselamatan adalah semata-mata karena kasih karunia Allah, jadi pemberian Allah, bukan hasil usaha kita sendiri, sebagaimana baiknya perbuatan kita itu. Kita tidak dapat membeli keselamatan dari Allah dengan perbuatan kita. Keselamatan hanya dapat kita peroleh dari Allah sebagai suatu hadiah.
Bukti Alkitabiah:
Ef 2:8-9; dll.

Sumber: A lecture by Craig Hawkins, “Gospel and the Cults", Simon Greenleaf University, California, USA.


Catatan: Ditulis ketika kuliah di CalPoly Pomona, California, USA

Jumat, November 06, 2009

DOKTRIN - Bagian 2

Keempat golongan doktrin di atas disusun dari yang paling penting ke yang tidak penting. Essential doctrines harus dipegang oleh setiap orang yang mengaku sebagai orang Kristen, karena mereka menyangkut ajaran-ajaran pokok dari Alkitab - mengenai Allah, Juruselamat kita Yesus Kristus dan karya keselamatan bagi kita. Cardinal doctrines adalah doktrin-doktrin yang penting, tetapi seorang dapatlah juga Kristen jikalau tidak menerima beberapa dari doktrin kardinal, misalnya tidak sependapat dengan pandangan yang mainstream. Tertiary (third order) doctrines lebih rendah lagi prioritasnya. Kebanyakan orang Kristen tidak setuju satu dengan yang lain. Bahkan inilah yang banyak membuat denominasi. Sedangkan peripheral doctrines adalah ajaran-ajaran sampingan yang tidak penting.

Seperti yang telah dikatakan di atas, umat Kristen yang sejati harus memegang kelima doktrin dasar (essential doctrines) - ini tidak dapat ditawar. Tetapi untuk doktrin-doktrin lainnya, umat Kristen dapat "setuju untuk tidak setuju" dan tetap adalah Kristen. Pembedaan denominasi yang didasarkan pada doktrin tingkat tiga (tertiary doctrines) tidak menandakan perpecahan dalam dunia ke-Kristen-an, karena semua denominasi ini, walaupun berbeda pendapat dalam doktrin-doktrin ini, tetap bersatu dalam doktrin-doktrin dasar, sehingga semua tetap orang Kristen. Pembedaan denominasi, dll itu lebih merupakan variasi dalam dunia Kristen, bukan perpecahan.

Masalahnya, sering kali orang Kristen tidak menyadari tingkatan prioritas doktrin dan kepercayaan Kristen. Akibatnya, ketika ada orang yang berbeda pandangan dengan kita, lalu kita menyatakan dia salah, kurang sempurna atau bukan Kristen sejati. Mestinya kita lihat dulu, perbedaan dalam doktrin yang mana yang terjadi. Kalau memang berbeda dalam doktrin dasar (misalnya dengan ajaran-ajaran sesat seperti Mormonisme, Saksi Jehovah, dll), maka memanglah mereka yang tidak memegang doktrin dasar adalah sesat. Tetapi jikalau terjadi perbedaan pendapat dalam doktrin-doktrin lainnya, kita tidak boleh menghakimi mereka bahwa mereka jauh dari Allah - mereka tetap saudara kita dalam Kristus.


Bersambung ke bagian 3

Rabu, November 04, 2009

DOKTRIN - Bagian 1

Melihat perkembangan denominasi dan berbagai golongan Kristen sekarang ini, sering kita (atau orang lain) bertanya, apakah dunia Kristen sudah terpecah-belah? Apalagi kadang-kadang ada golongan yang menyatakan bahwa golongan/denominasi dialah saja yang murni, sedangkan yang lain tidak sempurna atau keliru. Apa sebenarnya yang menyatukan dan memisahkan berbagai denominasi dan golongan ini?

Dari sudut doktrin/ajaran, sebenarnya kita dapat tinjau dari macam doktrin itu. Ada empat macam doktrin, seperti yang akan dijabarkan di bawah ini:

ESSENTIAL DOCTRINES
1. Allah Tritunggal
2. Yesus - Allah dan manusia
3. Kebangkitan Yesus - jasmaniah (material) dan dengan tubuhNya sendiri
4. Penebusan Yesus - total
5. Keselamatan - hanya dengan iman berdasarkan anugerah

CARDINAL DOCTRINES
1. Kelahiran Yesus dari seorang perawan
2. Kitab Suci tidak mengandung kesalahan
3. Berbagai pandangan mengenai kedatangan Yesus yang kedua kali
4. Konsep mengenai gereja (eklesiologi)
5. Moralitas
6. Doktrin mengenai dosa
7. dan lain-lain

TERTIARY DOCTRINES
1. Jenis organisasi gereja (presbitarian, congregational, dll)
2. Cara baptisan
3. dan lain-lain

PERIPHERAL DOCTRINES
1. Macam jubah pastor
2. Macam musik dalam gereja (bolehkah memakai alat musik kontemporer, dll)
3. dan lain-lain


Bersambung ke bag 2

Selasa, Oktober 20, 2009

ALKITAB, IMAN DAN IMAMAT

Bulan Oktober sudah tiba. Di toko-toko mulai dijual kostum‑kostum yang "nyentrik". Tak lama lagi, yaitu pada tanggal 31 Oktober, adalah hari Halloween. Tetapi banyak orang Kristen tidak sadar bahwa pada hari yang sama di tahun 1517, seorang biarawan bernama Martin Luther memaku selembar kertas di pintu
gereja di Wittenberg, Jerman. Isi dari kertas itu menimbulkan perdebatan dan kerusuhan, dari mana kemudian lahir suatu gerakan bersejarah yang disebut Reformasi.

Kita dapat belajar kebenaran Alkitab yang diperjelas oleh pendukung-pendukung Reformasi. Namun ruang yang sempit ini hanya memungkinkan kita untuk meninjau 3 konsep saja, yaitu "sola scriptura", "sola fide", dan keimaman orang percaya.

"Sola scriptura" berarti "hanya Kitab Suci." Konsep ini mengajarkan bahwa hanya Alkitab yang dapat menjadi dasar dari setiap doktrin yang dipercaya oleh orang Kristen. Tidak ada buku lain, tradisi, ataupun pemikiran siapa pun yang dapat menjadi landasan dari iman kita selain Kitab Suci. Bahkan kita tak dapat mengaku Kristen hanya karena kita merasa sudah diselamatkan atau merasa "dekat dengan Tuhan". Ke-Kristen-an mempunyai dasar di dalam pengenalan (intelek) kita akan Allah yang menyatakan Diri melalui FirmanNya dan reaksi kita terhadap pengenalan ini (percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat). Jadi, iman kita haruslah berdasar pada Alkitab.

Karena Alkitab adalah dasar iman kita, kita harus rajin mempelajari buku ini. Hanya membaca beberapa ayat atau perikop, atau merenungkan Our Daily Bread setiap hari tidaklah cukup. Kita harus rajin menggali kebenaran Kitab Suci sehingga kita mengerti doktrin-doktrin yang benar yang harus kita percayai. Hal ini sangat penting, terutama di masa kini yang penuh dengan "rupa-rupa angin pengajaran" (Ef. 4:14). Ada banyak ajaran sesat, bahkan ajaran-ajaran yang berbau Kristen dan "memakai" Alkitab, namun semua itu membawa manusia jauh dari Allah yang benar. Dengan mengokohkan iman kita berdasarkan ajaran-ajaran Alkitab yang murni, kita dapat bertahan melawan serangan "rupa-­rupa angin pengajaran" ini dan menolong teman-teman kita yang sedang tersesat.

Hal kedua yang kita akan pelajari adalah konsep "sola fide", yang berarti "hanya iman". Konsep ini mengajarkan bahwa kita diselamatkan hanya dengan iman dan bukan dengan perbuatan (Rom. 3:28; Ef. 2:8,9). Walaupun kita bekerja keras supaya kita berkenan di hadapan Allah, ataupun kita merasa pasti masuk Surga karena kita selalu berbuat hal-hal yang baik dan terpuji, namun tanpa percaya kepada Yesus Kristus dan menerimaNya sebagai Juruselamat, kita tidak akan selamat.

Ketika menerima Tuhan Yesus dengan iman, Dia masuk ke dalam hati kita. Tapi sayangnya, sering kali kita membiarkan Dia hanya sebagai tamu, sedangkan yang menguasai hidup kita adalah diri kita sendiri. Padahal Dia adalah Allah, Raja dari segala raja, yang seharusnya juga menjadi raja atas hidup kita. Akibatnya, hidup kita tidak berbuah. Perbuatan-perbuatan kita tak ada bedanya dengan orang-orang yang bukan Kristen, bahkan ada yang lebih buruk dan menjadi batu sandungan. Kita harus radar akan hal ini, bertobat dan menyerahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan, membiarkan Dia menguasai dan menuntun kita setiap waktu. Dengan demikian, kita akan menghasilkan perbuatan-perbuatan yang baik dan berkenan pada Allah; bukan perbuatan-perbuatan yang menyelamatkan, tetapi perbuatan-perbuatan yang lahir dari iman kita kepada Yesus.

Hal yang terakhir adalah konsep keimaman orang percaya (I Pet. 2:5,9), yang mengajarkan bahwa setiap orang Kristen adalah seorang imam. Imam dalam Alkitab mempunyai kewajiban untuk membawakan persembahan kepada Tuhan. Jadi, kita sebagai imam juga berkewajiban untuk membawakan persembahan kepada Tuhan.

Persembahan yang dibawakan oleh imam-imam dalam Alkitab ditujukan untuk penyucian dosa diri mereka sendiri dan seluruh bangsa Israel. Tetapi kemudian Yesus datang dan mati di kayu salib. Kematian ini adalah korban persembahan yang menyucikan dosa orang Kristen selama-lamanya. Oleh karena itu, kita sebagai imam tidak lagi membawakan persembahan demi penyucian dosa, melainkan sebagai tanda syukur atas keselamatan yang dianugerahkan oleh Allah sendiri. Alkitab memberikan contoh-contoh persembahan yang praktis. Roma 12:1 mengajak kita untuk "mempersembahkan tubuh" kita kepada Allah. Ini berarti kita harus memakai segala kekuatan, kesehatan dan kemampuan tubuh kita untuk melayani Dia. Kita juga harus menjaga kemurnian pikiran dan hati kita, karena pikiran dan hatilah yang mendorong segala perbuatan tubuh kita (Mat. 15:19). Ibrani 13:15 mengajarkan kita untuk "mempersembahkan korban syukur kepada Allah". Kita patut untuk selalu mengucap syukur, dalam senang dan susah, gembira dan sedih, panas dan dingin. Janganlah kita terlalu mudah mengeluh, tetapi "mengucap syukurlah dalam segala hal" (I Tes. 5:18). Lebih spesifik lagi, ayat ini mengajarkan kita untuk mempersembahkan “ucapan bibir yang memuliakan namaNya". Kita patut memakai kata-­kata kita untuk meninggikan nama Tuhan, bukan untuk gosip, atau mencerca orang lain, atau menjatuhkan orang lain. Ibrani 13:16 mengingatkan kita untuk "berbuat baik dan memberikan bantuan", jadi melayani kebutuhan orang lain. Untuk membawa persembahan ini, kita harus rela mengorbankan waktu dan tenaga kita. Kita tidak boleh hanya memikirkan uang, pelajaran, pekerjaan dan kepentingan diri sendiri saja. Kita harus memikirkan keperluan orang lain juga, dan mengulurkan bantuan kepada mereka. Ini semua adalah kewajiban kita sebagai imam.

Empat abad yang lalu, gerakan Reformasi dilahirkan dan kebenaran Alkitab dinyatakan kembali. Sekarang, di abad ke-20, masihkah kita mengikuti ajaran-ajaran Alkitab yang murni? Adakah kita rajin mempelajari Kitab Suci, menjadikan satu-satunya dasar kepercayaan kita? Adakah kita menjadikan Allah raja atas hidup kita, membiarkan Dia memimpin kita setiap saat sehingga hidup kita berbuah? Adakah kita menjalankan kewajiban kita sebagai imam, mempersembahkan seluruh hidup kita dan apa yang kita lakukan sebagai persembahan yang memperkenankan Tuhan dan demi kebaikan orang lain? Marilah kita mengevaluasi diri kita di hadapan Allah dan kembali menjalankan apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita. Amin.


Catatan: Artikel ini saya tulis ketika masih ada di AS, menjelang satu peringatan hari Reformasi / Halloween

Selasa, Oktober 06, 2009

MENJAWAB PERTANYAAN - PROBLEM OF EVIL - Bagian 3

e) Sekarang kita lanjutkan ke pertanyaan 2). Untuk ini kita sekali lagi meng-afirmasi-kan bahwa Allah tetap peduli dan bekerja dalam dunia ini. Setelah selesai mencipta, Allah turut berperan dalam perjalanan sejarah ciptaanNya. Hal ini sekali lagi merupakan iman yang didasarkan atas kesaksian Alkitab.
f) Jikalau Allah memang masih aktif, mengapa Ia tidak bertindak? Pertanyaan ini berangkat dari asumsi yang keliru, bahwa Allah tidak bertindak terhadap berbagai kejahatan yang ada di dunia. Sesungguhnya Allah sudah dan sedang dan akan bertindak terhadap kejahatan di seluruh dunia. Sebagai contoh, simak kisah air bah Nuh, menara Babel, dan berbagai kisah lain dalam Alkitab tentang penghukuman Allah atas dosa-dosa pribadi maupun sekelompok masyarakat. Kisah-­kisah ini menyaksikan bahwa Allah tidak tinggal diam di hadapan kejahatan. Contoh yang lebih kontemporer bisa kita lihat dalam sistem pengadilan di setiap negara, adanya penjara sebagai tempat hukuman bagi pelanggar hukum, praktek ganjaran pada anak-anak sekolah yang nakal, dan lain-lain, semua ini bisa dimengerti sebagai refleksi hukuman Allah atas kejahatan (bandingkan dengan Rom 13:1-3). Jadi sesungguhnya sepanjang sejarah Allah bertindak terhadap kejahatan, namun harus diakui bahwa Allah memang belum bertindak secara tuntas. Maka yang harusnya menjadi pertanyaan bukanlah mengapa Allah yang sempurna tidak bertindak melawan kejahatan, melainkan mengapa selama ini Allah belum juga menindak kejahatan secara tuntas. Yang harusnya dipertanyakan bukan fakta tindakan Allah terhadap kejahatan, melainkan kualitas dari tindakan Allah tersebut.
g) Masalah "tidak tuntasnya tindakan Allah terhadap kejahatan" itu sendiri harus dikaji dari dua sudut. Pembedaan sudut pandang ini timbul dari aspek kejahatan yang ada di pikiran kita ketika kita mempertimbangkan masalah ini. Apa yang kita maksudkan dengan "kejahatan"? Apakah sekedar contoh-contoh seperti pelecehan, perampokan, pembunuhan, aniaya, dan semacamnya? Jikalau ini yang ada di benak kita, maka benarlah bahwa Allah dikatakan belum menindak kejahatan secara tuntas, karena pada kenyataannya segala contoh di atas masih tetap riil dan subur di sekitar kita. Tetapi jikalau kita mempertimbangkan kejahatan dari sumbernya, yaitu dosa manusia, maka sesungguhnya Allah sudah tuntas dalam tindakanNya. Melalui kematian Yesus Kristus di kayu salib dan kebangkitanNya dari antara orang mati, Allah telah sekali untuk selamanya mengalahkan dan menghancurkan dosa. Dosa sudah kehilangan sengat dan kuasanya. Jikalau kita melihat dosa sebagai kejahatan yang ultimate, yaitu sumber dari segala contoh kejahatan yang kita lihat di sekitar kita, atau dengan kata lain segala contoh kejahatan adalah efek dari dosa, maka dari sudut ini harus dikatakan bahwa Allah sudah tuntas dalam tindakanNya terhadap kejahatan.
h) Akhirnya kita sampai pada bagian yang paling membingungkan dari seluruh pertanyaan ini, yaitu kontras antara ke-belum-tuntas-an tindakan Allah terhadap kejahatan dengan sifat maha­sempurna dari Allah sendiri. Di sini kita harus kembali pada iman kita atas dasar kesaksian Alkitab sebagaimana telah disebutkan di butir a), bahwa Allah harus dipercaya sebagai Allah yang maha-sempurna. Hal ini tidak boleh ditawar lagi, atas dasar otoritas Firman Allah sendiri. Jadi, belum tuntasnya tindakan Allah bukan berarti Allah sudah mencoba menuntaskannya namun tidak bisa (Allah tidak maha-kuasa), atau Allah kurang mengasihi kita sehingga tidak mau menuntaskan tindakanNya (Allah tidak maha-kasih), atau Allah tidak tahu apa yang sedang terjadi sehingga Ia lalai bertindak (Allah tidak maha-hadir atau tidak peduli). Berangkat dari keyakinan akan sifat kesempurnaan Allah, kita harus melihat bahwa Allah belum menindas kejahatan secara tuntas karena Ia mempunyai alasan-alasanNya sendiri. Kita sebagai manusia tidak boleh berharap dapat mengerti seluruh pertimbangan dan alasan Allah, karena pemikiran dan bijaksana Allah jauh melebihi manusia yang terbatas (Yes 55:8). Jadi pada akhirnya kita harus puas dengan beberapa altematif penjelasan, antara lain:
· Allah belum menindak tuntas kejahatan untuk menunjukkan kepada dunia sepanjang masa akan akibat dan dosa, bahwa bagi manusia dan alam semesta yang ada di luar diriNya hanya ada kesengsaraan dan penderitaan.
· Allah ingin memakai kejahatan yang menimpa seorang anakNya sebagai pelajaran untuk memperteguh imannya maupun untuk merendahkan kesombongannya (Ibr 12:7-11).
· Penundaan Allah menunjukkan kesabaranNya yang maha-panjang atas manusia yang terus lari dariNya dan tidak mau kembali. Ia terus memanggil dan memberi kesempatan kepada manusia untuk kembali sebelum Ia nanti memutuskan perjalanan sejarah manusia.
· Allah masih menunggu sampai waktu takaran kejahatan manusia penuh, sehingga nyata bahwa penghakiman Allah itu adil dan tidak prematur, bahwa kejahatan manusia sudah cukup matang untuk menerima ganjaran yang tuntas (Rom 2:5-6).
i) Bahwasanya Allah akan suatu hari kelak menindak tuntas kejahatan yang ada, sebagai realisasi dan ketuntasan tindakanNya terhadap sumber kejahatan itu sendiri, yaitu dosa, merupakan pengharapan yang ultimate bagi anak-anak Tuhan di dalam menghadapi segala kejahatan yang ada. Kita tahu Allah mempunyai tujuan di dalam membiarkan kejahatan terjadi pada kita, dan kasih serta kuasaNya akan terus menopang kita di dalam menghadapi segala kejahatan itu. Namun kita juga tahu bahwa kejahatan tidak akan menelan habis kita, karena pada akhirnya Allah akan menindak tuntas segala kejahatan yang ada. Pertanyaan 2) di atas dapat dilihat sebagai pertanyaan yang dilontarkan terlalu pagi (prematur), pertanyaan yang menjadi tidak relevan ketika dikaji dengan mata yang memandang ke depan, memandang lebih jauh dan kemelut yang kita alami masa ini.

Catatan: Artikel ini adalah sebagian dari makalah tanya-jawab yang disusun dalam rangka pembinaan Guru Sekolah Minggu di GKI Pinangsia, Jakarta. Pertanyaan nomor 2 dan 3 akan menyusul ditayangkan di kemudian hari.

Minggu, Oktober 04, 2009

MENJAWAB PERTANYAAN - PROBLEM OF EVIL - Bagian 2

Sebagai jawaban, mari kita menelusuri butir-butir berikut.
a) Allah memang maha-sempurna, yang di dalamnya termasuk maha-kuasa, maha-kasih, dan sifat­-sifat lainnya yang "positif” dengan kualitas "maha". Ini merupakan iman kita sebagai orang Kristen, iman mana didasarkan pada kesaksian Alkitab.
b) Kejahatan itu ada dan riil dalam kehidupan di dunia ini. Ini suatu fakta yang bisa dibuktikan secara empiris. Cukup dengan membaca koran, mendengar berita, dan lain usaha serta melihat pengalaman hidup sendiri dan orang-orang di sekitar kita, kita dapat melihat fakta adanya kejahatan yang riil dan bukan ilusi.
c) Kejahatan bukanlah suatu benda atau makhluk, melainkan kejahatan harus dimengerti sebagai suatu sifat atau kualitas, yaitu kualitas "kurang dari sempurna." Segala yang kurang dari sempurna bisa kita katakan mempunyai sifat "jahat"; misalkan, bayi yang lahir cacat, kurang dari kesempurnaan seorang bayi normal, bisa dikatakan kejahatan; pemerkosaan, yaitu kurang kesempurnaan moral, termasuk kejahatan. Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa kejahatan bukanlah sesuatu yang diciptakan, melainkan suatu kategori kualitas dari hal-hal yang diciptakan. Jadi, Allah tidak dapat dituduh sebagai pencipta kejahatan, atau sengaja menciptakan ketidaksempurnaan. Ini menjawab sebagian dari pertanyaan 1).
d) Bagian dari kesempurnaan karya cipta Allah adalah kehendak bebas yang sempurna yang diberikan dalam diri manusia, makhluk ciptaanNya yang terakhir dan paling tinggi. Kehendak bebas yang sempurna memungkinkan manusia secara bebas memilih di antara beberapa altematif. Tetapi justru dengan adanya kehendak bebas ini juga memungkinkan manusia untuk memilih yang kurang sempurna, yang tidak seharusnya dipilih. Tindakan inilah yang tergolong kejahatan. Jadi, kehendak bebas yang diciptakan Allah itu sempurna, tetapi kesempurnaan ini membuka peluang untuk memilih hal yang tidak sempurna, tindakan mana adalah ketidaksempurnaan, yaitu kejahatan itu sendiri. Pada waktu manusia pertama Adam dan Hawa memilih untuk makan buah pengetahuan baik dan jahat (pilihan yang tidak sempurna), dan dengan demikian memilih untuk melanggar pesan Allah (pilihan yang sempurna), maka pada saat itulah lahir kejahatan, bukan oleh ciptaan Allah, melainkan oleh pemakaian kehendak bebas yang sempurna yang dikaruniakan Allah bagi manusia. Dengan demikian kita sudah dapat menjawab pertanyaan 1) dengan tuntas. Allah tidak menciptakan kejahatan, dan Allah tidak menciptakan sesuatu yang pada mulanya mengandung kejahatan. Yang Allah ciptakan semuanya sempurna, termasuk kehendak bebas yang diberikan kepada manusia. Kejahatan timbul karena penyalahgunaan kehendak bebas yang asalnya sempurna itu.

Bersambung ke bag 3

Selasa, September 29, 2009

MENJAWAB PERTANYAAN - PROBLEM OF EVIL - Bagian 1

1. Jika Allah maha-hadir, maha-kuasa, maha-kasih, mengapa ada penganiayaan, penderitaan, kesusahan, pelecehan?
Pertanyaan ini secara klasik dikenal sebagai, dalam istilah Inggris, problem of evil, yaitu suatu problema yang mengkontraskan keberadaan dan sifat-sifat Allah yang maha-sempurna dengan kenyataan adanya evil atau kejahatan di dunia. Untuk seterusnya kata evil akan diterjemahkan menjadi "kejahatan", walau harus disadari bahwa pengertian evil dalam bahasa Inggris sesungguhnya lebih luas dari pengertian "kejahatan" dalam bahasa Indonesia.

Selanjutnya, pertanyaan ini juga menimbulkan banyak pertanyaan dan pemikiran sampingan, antara lain:
a. Karena kejahatan itu ada, sedangkan Allah yang sempurna tampaknya tidak dapat menyatu dengan fakta ini, maka dapat disimpulkan bahwa Allah tidak ada (mempertanyakan eksistensi Allah).
b. Jikalau kejahatan itu ada dan Allah juga ada, maka dapat disimpulkan bahwa Allah tidak maha­-sempurna (mempertanyakan sifat dan reputasi Allah)
c. Jikalau kejahatan itu ada dan Allah ada dan Allah maha-sempurna, maka dapat disimpulkan Allah bukanlah pencipta (mempertanyakan karya pekerjaan Allah)
d. Jikalau kejahatan itu ada dan Allah mencipta segala sesuatu pada awalnya dengan sempurna, maka dapat disimpulkan bahwa setelah mencipta Allah lepas tangan dan tidak lagi ambil bagian dalam perjalanan sejarah ciptaanNya (mempertanyakan kepedulian Allah)
e. Jikalau Allah ada dan kesempurnaanNya kontra dengan kejahatan, maka dapat disimpulkan bahwa kejahatan yang kita lihat sesungguhnya tidak riil (mempertanyakan kenyataan kejahatan; kejahatan sebagai ilusi)

Isu-isu seperti di atas menambah kompleksitas pertanyaan yang telah diajukan, menunjukkan bahwa jawaban yang tuntas tidak dapat dengan mudah dan singkatnya disampaikan. Namun saat ini marilah kita memusatkan perhatian pada dua pertanyaan berikut di dalam upaya mengerti dan menjawab pertanyaan inti di atas. Kedua pertanyaan berikut saya rasa merupakan pemikiran yang paling sering timbul dari problema yang sedang kita bicarakan.

1) Jikalau Allah memang maha-sempurna dan Ia menciptakan alam semesta, mengapa dari yang Ia ciptakan terdapat kejahatan, yaitu ketidak-sempurnaan? Bukankah Allah yang sempurna seharusnya menciptakan segala sesuatu-nya dengan sempurna?
2) Jikalau Allah memang maha-kasih dan tetap bekerja di dunia sampai saat ini, dan Allah memang maha-kuasa sehingga dapat melakukan apa saja, mengapa Ia tidak bertindak terhadap kejahatan yang merajalela?


Bersambung ke bag 2

Senin, September 21, 2009

COMMITMENT - Kepada Pelayanan / Body of Christ

Tujuan:
1. Untuk mengembangkan gereja: Gereja yang sehat adalah gereja yang jemaatnya giat melayani (berkomitmen dalam pelayanan). Jadi, salah satu tujuan komitmen dalam pelayanan adalah untuk mengembangkan gereja semaksimal mungkin.
2. Untuk memperlancar pelayanan: Komitmen kepada pelayanan membuat pelayanan itu berjalan dengan lancar, sebab dengan komitmen segala tugas dan tanggung jawab yang sudah dibagikan pasti ada yang melakukan. Komitmen juga membuat rekan kerja dapat bekerja dengan lebih efektif.

Hal-hal yang perlu komitmen:
1. Mencari tahu karunia kita dan mengembangkannya: Kita perlu berkomitmen di dalam menggali karunia rohani kita, lalu mengembangkannya dengan memakainya di dalam pelayanan. Ini perlu sebab kita bisa efektif kalau kita memakai karunia kita. Proses ini bukan proses satu kali saja tetapi berkala, sebab dengan memakai karunia kita, Tuhan juga dapat menambahkan karunia lainnya kepada kita untuk kita temukan dan pakai.
2. Lebih menyerupai Kristus: Kita perlu berkomitmen untuk bertumbuh agar lebih menyerupai Tuhan Yesus. Ini berarti komitmen/disiplin diri untuk mengubah sifat jelek, keinginan lama/daging, dll. Juga berarti komitmen untuk lebih mengenal Allah, baca/renungkan/hafal Alkitab, berdoa, dll. Dengan komitmen ini, kita bisa berubah dan mampu melayani dengan lebih efektif lagi.
3. Menyisihkan waktu untuk melayani: Perlu kerelaan untuk memberikan waktu untuk melayani. Misalnya, tiap Sabtu dan Minggu adalah untuk pelayanan di gereja dan persiapannya, Selasa sore untuk visitasi, dll. Ini akan mendorong kita untuk selalu melayani dengan setia, sehingga pelayanan gereja dapat berjalan dengan lancar.
4. Melayani dengan sungguh: Perlu berkomitmen untuk sungguh-­sungguh melayani, bukan asal sibuk saja. Ini berarti turut berpikir, bekerja, dan memberikan kritik membangun, bukan asal kritik. Juga berarti memberikan prioritas yang cukup tinggi di dalam kegiatan ini dan pencapaian dari tujuan/misi/visinya. Dengan demikian pelayanan dapat mencapai hasil yang maksimal.
5. Bekerja sama/melayani rekan kerja: Perlu kerelaan untuk bekerja sama dengan rekan kerja dan menolong rekan yang kesulitan. Ini berarti kita tidak cuma pikirkan tugas sendiri tanpa memperhatikan kesulitan orang lain, walaupun tugas kita sendiri punya prioritas lebih tinggi. Kalau ada rekan yang sedang butuh bantuan, kita perlu juga membantu. Tapi jangan sampai rekan itu (atau akhirnya kita juga) take for granted akan kerelaan membantu ini. Ini juga berarti komitmen untuk setia dan mengikuti pemimpin pelayanan kita; tapi ini bukan berarti kita buta terhadap kesalahan pemimpin kita, melainkan kita juga harus turut membangun pemimpin itu. Dengan komitmen ini, kita dapat menciptakan environment pelayanan yang baik/harmonis sehingga pelayanan dapat dilakukan dengan efektif.


Catatan: Tulisan ini saya tulis ketika melayani di GKI Lake Avenue, Pasadena, USA

Jumat, Juli 31, 2009

KEBANGKITAN YESUS KRISTUS (Pandangan bidat dan Kristen) - Bag 3

Catatan
1. Fakta bahwa Yesus dibangkitkan dengan tubuh jasmani adalah penting, antara lain karena :
a) Maut merusak rohani dan jasmani manusia. Maka, untuk mengalahkan maut dengan tuntas, Yesus harus bangkit dari kematian secara jasmani juga. Tanpa kebangkitan jasmani, maut tidak kalah secara total.
b) Yesus bukan saja Allah, tetapi Ia juga adalah manusia. Tanpa kebangkitan tubuh, maka Yesus yang sekarang hidup bukan lagi manusia yang murni, sebab tubuh adalah bagian dari manusia yang utuh.
c) Yesus berkali-kali menampakkan diri kepada murid­-muridNya dan menyatakan bahwa Ia mempunyai tubuh jasmaniah (Luk. 24:39, Yoh. 20:27). Jikalau tubuhNya tidak sungguh bangkit, maka Yesus adalah pembohong.
2. Anda yang tidak begitu berkecimpung di dalam hal bidat mungkin tidak mengenal bidat-bidat di atas dari nama mereka. Berikut ini adalah beberapa hal (nama, publikasi, dan lain-lain) yang mengidentifikasikan mereka :
Jehovah's Witnesses: Majalah Watchtower; majalah Awake!
Christian Science: Mary Baker Eddy; majalah Science and Health; logo sebuah salib yang dimahkotai; the Church of Christ, Scientist.
The Unity School of Christianity: Charles dan Myrtle Fillmore; nama singkatnya: Unity.
The World Wide Church of God: Herbert W. Armstrong; dikenal juga sebagai Armstrongism; majalah Plain Truth; acara televisi The World Tomorrow.
Unification Church: Rev. Sun Myung Moon; buku Divine Principle.

Bibliography
Stewart, Don. 101 Questions People Ask Most About Jesus. Illinois: Tyndale House Publishers, 1987.
Brooks, Keith L. The Spirit of Truth and The Spirit of Error. Chicago: Moody Press, 1985.
Martin, Walter. The Kingdom of the Cults. Minnesota: Bethany House Publishers, 1985.
Larson, Bob. Larson's Book of Cults. Illinois: Tyndale House Publishers, 1986.
Geisler, Norman L. "I Believe...In The Resurrection of the Flesh." Christian Research Journal Summer 1989: 20-22.


Catatan: Artikel ditulis ketika sedang studi di Amerika Serikat.

Jumat, Juli 24, 2009

KEBANGKITAN YESUS KRISTUS (Pandangan bidat dan Kristen) - Bag 2

Pandangan Alkitab
Walaupun banyak ajaran-ajaran lain mengenai topik ini, kita harus kembali kepada Firman Tuhan yang “bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (II Tim. 3:16)

Alkitab mengajarkan bahwa Yesus Kristus sungguh mati setelah penyalibanNya. Setelah tiga hari jasadnya berada di dalam kubur, Ia bangkit kembali dengan tubuh jasmani yang sama seperti yang Ia miliki ketika Ia disalibkan. Perbedaannya hanyalah bahwa tubuh yang sekarang adalah tubuh rohaniah / tubuh sorgawi (I Kor. 15:40,44). Dengan kata lain, Kristus tidak dibangkitkan sebagai makhluk roh, tetapi sebagai makhluk jasmani. Ayat-ayat Alkitab berikut menyatakan ajaran ini.

Yoh. 19:33: “...mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati...” Prajurit Romawi sudah biasa dengan kekerasan. Mereka pasti dapat menentukan apakah seseorang sudah mati atau belum dengan tepat.
Yoh. 19:34: “...menikam lambungNya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.” Darah dan air akan keluar jikalau jantung tidak lagi berdetak.
Mat. 27:58-59: “Ia...meminta mayat Yesus...mengambil mayat itu...” Yusuf Arimatea mengambil mayat Yesus; dia pasti tahu jikalau Yesus belum menjadi mayat (belum mati).
Roma 5:6: “...Kristus telah mati untuk kita...”
Filipi 2:8: “...Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”
Yoh. 2:19-21: “...Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali...yang dimaksudkanNya dengan Bait Allah ialah tubuhNya sendiri.” Yesus menyatakan sendiri bahwa Ia akan membangkitkan tubuhNya dari kematian.
Luk. 24:39: “...rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.” Yesus mempunyai daging dan tulang, jadi bukan makhluk roh.
Yoh. 20:27: Yesus menyuruh Tomas untuk menjamah tubuhNya yang penuh tanda siksaan dan penyaliban. Jikalau itu bukan tubuhNya, melainkan suatu tubuh lain yang dipakai Yesus hanya untuk menampakkan diri, mengapa ia harus memilih tubuh yang penuh cacat akibat cambukan dan penyaliban?
II Kor. 5:8 : “...terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan.” Paulus mengajarkan bahwa kematian berarti meninggalkan tubuh dan pergi kepada Tuhan. Jadi, tidak ada proses reinkarnasi.
Ibrani 9:27: “...manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi...” Alkitab menolak konsep reinkarnasi.

Ayat-ayat di atas dengan jelas mengajarkan mengenai kematian dan kebangkitan Yesus. Berlawanan dengan ajaran-ajaran sesat, Alkitab menyatakan bahwa Yesus sungguh mati bagi penebusan dosa kita, dan kemudian dibangkitkan sebagai pemenang atas maut. Yesus Kristus hidup!


Bersambung ke bagian 3

Sabtu, Juli 18, 2009

KEBANGKITAN YESUS KRISTUS (Pandangan bidat dan Kristen) - Bag 1

Kebangkitan Kristus adalah pusat dari iman Kristen. Rasul Paulus menulis, “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.” (I Korintus 15:14) Namun, walaupun Alkitab mengajarkan kebangkitan jasmani Yesus dengan begitu jelas, banyak ajaran-­ajaran sesat yang menyangkal ajaran ini. Berikut adalah perbandingan antara pandangan beberapa bidat dan ajaran Alkitab mengenai kebangkitan Kristus.

Jehovah's Witnesses
Pengikut-pengikut Jehovah's Witnesses percaya bahwa Yesus dibangkitkan sebagai roh. Dengan kata lain, Kristus tidak dibangkitkan dengan tubuh yang sama seperti yang tergantung di kayu salib. Ketika Ia menampakkan diri, Ia harus mengambil rupa seorang manusia agar orang-orang dapat melihatNya dan percaya, sebab diriNya sendiri sebagai roh tidak dapat dilihat.

Christian Science
Mereka percaya bahwa Yesus tidak pernah mati dan bangkit. Setelah penyaliban, Kristus ditempatkan di dalam kubur dalam keadaan hidup, walaupun murid-muridNya tidak menyadarinya.

The Unity School of Christianity
Mereka percaya bahwa setelah kematianNya, Yesus dibangkitkan melalui reinkarnasi. Roh dan jiwa Yesus dilahirkan kembali (reinkarnasi) dalam tubuh yang lain.

The World Wide Church of God / Armstrongism
Seperti Jehovah's Witnesses, mereka percaya bahwa Yesus tidak dibangkitkan dengan tubuh jasmani yang sama seperti tubuhNya ketika Ia masih hidup. Kristus dibangkitkan sebagai roh yang kekal.

Unification Church
Mereka juga percaya Yesus dibangkitkan sebagai roh, tidak dengan tubuhNya sendiri.


Bersambung ke bag 2

Senin, Mei 18, 2009

HOMOSEKSUALITAS

Mengenai masalah homoseksualitas, berikut ini saya ingin ikut memberikan pendapat. Untuk itu, saya ingin memaparkan sedikit dari apa yang kelihatan­nya merupakan pandangan Alkitab tentang homoseksualitas.

1. Ketika Tuhan Yesus diperhadapkan dengan pertanyaan mengenal perceraian, Dia mengatakan bahwa Musa mengizinkan perceraian dalam umat Israel karena kekerasan hati mereka, sedangkan perceraian bukanlah keinginan Allah yang mula-mula ketika Dia menciptakan Adam dan Hawa (Mat. 19:8b). Di sini, Tuhan kita menanggulangi masalah saat itu dengan jalan kembali kepada bagaimana Allah pada mulanya inginkan. Dalam kasus pernikahan dan perceraian, Yesus kembali kepada Kejadian dan menegaskan bahwa pada mulanya perceraian tidak ada dalam pikiran Allah. Bagaimana dengan masalah homoseksualitas yang kita hadapi saat ini? Saya rasa ada baiknya jikalau kita mengikuti teladan Yesus, yaitu kita juga menilai masalah ini dari sudut pandangan Allah ketika Dia menciptakan manusia.

2. Sesuai dengan teladan Tuhan Yesus, maka pertama-tama marilah kita melihat kisah penciptaan di dalam Kejadian 1 - 2. Dari kisah penciptaan manusia yang tercatat di sini, kita dapat simpulkan hal-hal berikut:
a) Ketika Adam (pria) sendirian, Allah menciptakan Hawa (wanita) sebagai penolong yang sepadan. Jadi, ide Allah tentang pasangan yang sepadan adalah pria dan wanita, bukan pria-pria atau wanita-wanita.
b) Allah memerintahkan Adam dan Hawa untuk berkembang-biak. Hal ini hanya dapat dilakukan secara alami oleh dua orang yang berlainan kelamin. Jadi, dalam hubungan homoseks, amanat Allah yang mula-mula ini tidak mungkin dapat dijalankan. Dengan kata lain, hubungan homoseks bukanlah ide dari Allah.
c) Pria dan wanita, di dalam hubungan pernikahan dan seks, dilukiskan sebagai dua daging menjadi satu daging. Hal ini jelas hanya dapat terjadi dalam hubungan dua kelamin yang berbeda, dan tidak mungkin dapat dicapai oleh hubungan homoseks.
Kejadian 3 mengisahkan kejatuhan manusia ke dalam dosa. Saya percaya bahwa gejala dan masalah homoseks muncul karena akibat kejatuhan ini; dosa merusak manusia, dan salah satu akibatnya adalah homoseksualitas. Data penciptaan sebelum kejatuhan jelas menunjukkan bahwa Allah menciptakan semua orang straight, tetapi setelah dosa muncullah orang-orang gay (bandingkan dengan Kej. 19 dan Rom. 1),

3. Kejadian 19 dan Yudas 7: Sodom don Gomora dihancurkan karena dosa-dosa seksual, termasuk homoseksualitas. Alkitab Inggris terjemahan NIV sangat jelas bahwa laki-laki Sodom ingin melakukan hubungan homoseks dengan kedua malaikat / tamu dari Lot.

4. Imamat 18:22, 20:13: Homoseksualitas adalah kekejian bagi Allah, sedemi­kian kejinya sehingga patut dihukum mati.

5. Hakim-hakim 19: Cerita yang mirip dengan Kej. 19, di mana laki-laki dari kota Gibea ingin melakukan hubungan homoseks dengan seorang Lewi. Hak. 20 mengisahkan bahwa kota Gibea akhirnya diserang, dan di bawah bimbingan Allah kota ini dikalahkan.

6. Roma 1:26-27: Paulus mencela homoseksualitas; homoseks adalah hukuman Allah atas dosa / kebejatan manusia.

7. I Korintus 6:9: Alkitab NIV jelas menyatakan bahwa homoseksualitas termasuk dalam hal yang “tidak adil” (“wicked”), dan orang-orang homoseks tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

Saya rasa ayat-ayat di atas cukup jelas menyatakan bahwa homoseksualitas itu salah. Mengenai objections yang disinggung oleh Sdr. RL:
a) Dosa Sodom don Gomora tidak mungkin “inhospitality” pada tamu, sebab di Yudas 7 jelas disebutkan bahwa dosa mereka adalah mengejar kepuasan-kepuasan yang tidak wajar dan percabulan. Apakah tidalk ramah pada tamu bisa dibilang cabul dan memberi kepuasan yang tidak wajar? Tentu tidak! Lebih reasonable kalau kepuasan yang tidak wajar dan percabulan itu adalah homoseksualitas.
b) Saya rasa argumentasi bahwa asal dua orang yang berkelamin sama saling mengasihi dan membutuhkan, maka homoseks antara mereka itu bukan dosa, itu fallicious. Pertama-tama, Alkitab jelas menyatakan bahwa Allah memandang tindakan homoseksualitas itu dosa. Walau dua homoseks menyatakan saling mengasihi, tetap tindakan mereka dosa. Kedua, logika semacam ini memang fallicious. Kalau kita berpegang pada logika ini, berarti kita juga mesti approve extra-marital sex dan adultery; yaitu jikalau seorang pria yang sudah beristri dan seorang wanita yang sudah bersuami menyatakan saling mengasihi dan membutuhkan, mereka boleh tinggalkan rumah tangga mereka dengan bebas dan menjalin hubungan baru. Lebih lagi, kita tidak boleh mempersalahkan orang-orang yang memperkosa, sebab toh mereka bisa bilang bahwa mereka membutuhkan hubungan seks itu, walaupun dengan paksa! Logika sedemikian tidak bisa dijadikan patokan untuk men-"derive" kebenaran; hanya Firman Tuhan sandaran yang absolute untuk kebenaran.

Menurut saya, masalah homoseksualitas adalah masalah yang pelik dan sensitif. Walaupun jelas dosa, kita tetap harus memperlakukan orang-orang homoseks dengan hormat sebagai manusia, dan dalam kasih untuk menolong mereka. Banyak faktor yang dapat membuat seseorang terlibat dalam homoseksualitas, dan kita tidak bisa begitu saja membuang mereka sebagai orang berdosa, walaupun memang mereka berdosa. Kesensitifan kita dan kasih kita di dalam Tuhan perlu dipertunjukkan, sehingga kasih, kuasa penyembuhan, dan pengampunan Allah di dalam Yesus Kristus dapat disalurkan kepada mereka.

Referensi:
White, R.E.O. "Homosexuality" (in Evangelical Dictionary of Theology, ed. Walter A. Elwell). Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1989.
Williams, Don. "Homosexuality* (in Hot Buttons). Ventura, California: Regal Books, 1986.
Williams, Don. The Bond That Breaks: Will Homosexuality Split the Church? L.A.: B.I.M., 1978.

Catatan: Artikel ini saya tayangkan dalam suatu forum ketika masih menimba ilmu di CalPoly Pomona, Los Angeles, USA.

Sabtu, Maret 21, 2009

KASIH YANG SEJATI

Agama Kristen adalah agama yang penuh dengan kasih. Allah kita adalah kasih (I Yoh. 4 : 16). Tuhan Yesus menghimbau kita untuk mengasihi saudara-saudari seiman (Yoh. 13 : 35) dan orang­-orang lainnya (Mat. 22 : 38). Alkitab penuh dengan ajaran mengenai kasih. Bahkan, ada sebuah lagu yang mengatakan, “And they'll know we are Christians by our love.”

Kasih dan kebajikan adalah tanda dari seorang Kristen. Tetapi perbuatan kasih dan kebajikan tidak hanya dilakukan oleh orang Kristen. Orang-orang non-Kristen pun banyak yang melakukannya. Misalnya, orang Mormon. Mormon adalah suatu kepercayaan sesat. Ajaran mereka antara lain adalah bahwa ada banyak allah, Yesus tidak sama dengan Allah Bapa, dan iman semata tidak menjamin keselamatan. Saya sudah sering mendengar cerita tentang kebaikan hati orang-orang Mormon. Mereka juga berani mengetuk pintu rumah kita untuk memperkenalkan kepercayaan mereka, yang mereka percaya adalah jalan keselamatan yang sesungguhnya. Bukankah ini baik, bahwa mereka begitu memikirkan keselamatan jiwa kita sampai mereka rela berjalan dari pintu ke pintu untuk mengabarkan kabar keselamatan yang kita perlukan? Berapa banyak orang Kristen yang berani melakukan hal ini?

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat mengikuti sebuah acara mengenai kegiatan sihir modern. Di sana disajikan kegiatan-­kegiatan sihir yang masih dijalankan sekarang, dan wawancara dengan beberapa tukang sihir. Ada satu pernyataan yang sangat menarik perhatian saya. Waktu itu, ditunjukkan suatu aktivitas di mana beberapa orang berkumpul dan membentuk lingkaran. Kalau tidak salah, mereka saling berpegangan tangan, dan sambil memejamkan mata dan bergoyang kiri kanan dengan seragam, mereka menyanyikan satu lagu. Kemudian, salah seorang dari kelompok itu diwawancarai, dan dia mengatakan satu kalimat seperti, “We feel love here.” Saya sampai tercengang-cengang ketika mendengar kalimat itu. Kebanyakan dari kita mungkin berpikir bahwa kegiatan sihir adalah jahat. Tetapi menurut orang ini, kasihlah yang keluar dari aktivitas sihir yang ia ikuti.

Beberapa waktu yang lalu, saya juga sempat untuk mengikuti talk show tentang topik-topik New Age Movement. New Age adalah suatu kepercayaan yang sekarang dianut oleh banyak orang. Acara ini mendiskusikan topik-topik seperti psychic power (kuasa untuk membuat ramalan), reinkarnasi, dan lain-lain. Dari acara-acara ini tampak bahwa banyak pengikut ajaran New Age mempunyai maksud yang baik, bukan jahat. Misalnya, di dalam satu wawancara, seorang peramal menyatakan bahwa ia memakai keahliannya untuk menolong orang, bukan untuk menjatuhkan.

Orang Mormon, tukang sihir, dan pengikut New Age Movement berbuat baik dan kasih. Mereka bukan orang Kristen, tetapi mereka mempunyai hati yang baik dan mengasihi. Jadi, apakah perbedaan antara mereka dan kita?

Perbedaannya terletak pada dasar/motivasi dari perbuatan kasih dan kebajikan. Orang Mormon berbuat baik karena mereka percaya bahwa dengan demikian mereka dapat mencapai keselamatan. Suasana kasih dalam perkumpulan tukang sihir mungkin akibat perasaan nikmatnya persatuan dengan orang lain. Pengikut New Age berbuat balk mungkin hanya untuk memenuhi karmanya. Perbuatan baik mereka bersumber dari pengharapan yang tidak pasti; pengharapan yang sia-sia berdasarkan kebenaran Firman Tuhan. Tetapi perbuatan kasih dan kebajikan seorang Kristen haruslah didorong oleh kasih Kristus. Kita harus mengasihi karena Allah terlebih dahulu mengasihi kita (I Yoh. 4 : 10). Jikalau Allah begitu mengasihi kita ketika kita masih berdosa, sampai Ia rela menyerahkan AnakNya bagi penebusan dosa kita, maka wajiblah kita untuk mengasihi semua orang (I Yoh. 4 : 11). Dan lagi, kasih dan kebajikan kita didasarkan pada Obyek yang hidup, yaitu Tuhan Yesus yang sudah bangkit dan hidup selamanya. KasihNya yang kekal itulah yang harus menjadi motor dari kasih dan kebajikan kita.

Untuk mendapatkan kasih semacam ini, kita tidak dapat bersandar pada diri kita sendiri. Kita harus menjadikan Yesus Raja dalam hidup kita setiap hari. Kita harus membiarkan kasihNya meluap dalam hati kita sehingga kasih itu melimpah ke luar dari diri kita. Kita harus membiarkan sang Kasih mengatur tingkah dan langkah kita, dan membentuk karakter kita, sehingga hidup kita dapat memancarkan kasih dan kebajikan Allah sendiri.

Yah….. banyak orang non-Kristen penuh dengan kasih dan melakukan kebaikan. Tetapi hanya orang Kristen yang mampu memberikan kasih yang sejati kepada dunia. Dari luar, orang non-Kristen dan orang Kristen mungkin kelihatan sama. Tetapi hanya kasih seorang Kristen yang dihasilkan oleh kasih Allah yang sejati dan memimpin kepada sang Kasih dan hidup kekal di dalam persekutuan denganNya. Marilah saudara, kita membiarkan Yesus menjadi raja kita dan membiarkan kasihNya tersalur melalui kita!


Catatan: Saya tidak ingat kapan artikel ini ditulis.

Sabtu, Maret 07, 2009

KARUNIA PENYEMBUHAN DAN BAHASA ROH - Bagian 4

Kesimpulan

Seperti yang sudah disinggung di atas, masalah kesembuhan ilahi dan manifestasi bahasa roh adalah masalah yang rumit dan kontroversiil. Mungkin tidak semua orang setuju dengan isi artikel di atas. Juga, artikel ini tidak mencakup seluruh aspek dari kedua fenomena ini, sehingga mungkin menimbulkan kesalahfahaman atau kebingungan. Tetapi hal yang terpenting adalah bahwa kita harus senantiasa menguji segala hal, termasuk kesembuhan ilahi dan bahasa roh, dengan Firman Allah. Apa yang sesuai dengan Alkitab harus kita pegang, sedangkan apa yang tidak sesuai dengan Alkitab, walaupun banyak orang yang percaya bahwa itu benar dan berasal dari Allah, harus kita tolak. Untuk rnengembangkan pengertian, kita juga dapat membaca banyak buku mengenai karunia Roh. Semoga artikel ini, walaupun tidak dapat memberikan gambaran yang lengkap tentang topik yang didiskusikan, dapat membangkitkan kesadaran kita dan membuat kita lebih kritis di dalam menghadapi berbagai tanda dan mujizat yang terjadi di sekitar kita atas nama ke-Kristen-an.

Catatan

Ada 2 pandangan yang besar mengenai karunia Roh, termasuk kesembuhan ilahi dan bahasa roh. Ada yang percaya bahwa karunia untuk melakukan mujizat atau hal-hal yang spektakuler sudah tidak ada lagi sekarang. Allah hanya memberikan karunia semacam itu pada rnasa agama Kristen sedang dibangun, sehingga sekarang karunia-karunia itu tidak lagi diberikan kepada orang Kristen. Yang lainnya percaya bahwa karunia mujizat masih ada sarnpai sekarang, karena Alkitab tidak pernah mengajarkan adanya masa­-masa tertentu untuk karunia-karunia tertentu. Artikel ini dialaskan pada pandangan yang kedua. Di dalam membaca buku-buku tentang manifestasi karunia Roh, seperti buku-buku di bawah, kita harus selalu ingat akan kedua posisi ini, dan jangan langsung percaya dan menerima pandangan dari satu buku saja. Dengan kata lain, kita harus membaca banyak buku dari berbagai pandangan (tentunya yang Alkitabiah) untuk dapat melihat seluruh aspek dari karunia Roh. Lebih lagi, kita harus mempelajari sendiri apa yang dikatakan Alkitab tentang topik ini, baru kemudian mengambil suatu posisi.

Daftar Buku
Geisler, Norman. Signs and Wonders. Illinois: Tyndale House Publishers, 1988.
Gross, Edward N. Miracles, Demons and Spiritual Warfare. Michigan: Baker Book House, 1990.
Koch, Kurt E. Between Christ and Satan. Michigan: Kregel Publications.
Koch, Kurt E. Speaking in Tongues? Michigan: Kregel Publications.
LaHaye, Tim. The Battle for the Mind. New Jersey: Fleming H. Revell Company, 1980.
Mallone, George. Those Controversial Gifts. Illinois: InterVarsity Press, 1983.
Smith, Chuck. Charisma vs. Charismania. Oregon: Harvest House Publishers, 1983.

Catatan: Artikel ini saya selesaikan pada tanggal 19 Juni 1991.

Senin, Maret 02, 2009

KARUNIA PENYEMBUHAN DAN BAHASA ROH - Bagian 3

Bahasa Roh

Bahasa roh sekarang dipakai dalam banyak pertemuan, termasuk di Indonesia. Dalam beberapa kaset khotbah dari Indonesia yang saya sudah dengar, di akhir acara si pembicara mengajak jemaat untuk memuji Tuhan dengan bahasa roh. Mula-mula jemaat mengulang-ulang kata “haleluya” dengan iringan musik. Kemudian mulai terdengar rentetan suara, yaitu kata-kata atau kalimat-kalimat yang diulang-ulang dengan cepat dengan nada-nada tertentu, dalam bahasa yang tidak saya mengerti, yang saya rasa mereka anggap sebagai bahasa roh.

Apakah berbicara dalam bahasa asing pasti berasal dari Allah, yaitu pernyataan karunia bahasa roh seperti yang dinyatakan dalam Alkitab? Tidak! Kurt Koch menyatakan adanya kasus-kasus berbahasa asing pada orang Mormon, Budha, Shinto, dan kepercayaan-kepercayaan lain. Jelas bahwa dalam konteks seperti ini berbahasa asing tidak berasal dari Allah.

Selain kemungkinan bahwa bahasa roh berasal dari Allah, fenomena berbahasa asing dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Berbahasa asing dapat disebabkan oleh pengaruh kejiwaan. Dalam keadaan tidak sadar, di mana pikiran bawah-sadar (subconscious) lebih berpengaruh daripada pikiran sadar (conscious), seseorang dapat mengucapkan kata-kata yang tidak dapat dimengerti. Ocehan yang ngawur ini dapat disalahtafsirkan sebagai bahasa roh. Ada orang yang percaya bahwa untuk dapat berbahasa roh, seseorang harus berulang-ulang mengucapkan suatu perkataan. Tetapi mengucapkan hal yang sama berulang-ulang adalah suatu cara untuk mengubah kesadaran kita, sehingga ocehan yang tidak berartilah yang keluar dan dianggap sebagai bahasa roh.
2. Iblis juga dapat menciptakan fenomena berbahasa asing. Banyak kasus orang berbicara dalam bahasa yang tidak dimengerti karena dipengaruhi oleh kuasa kegelapan. Hal ini nyata dari buahnya. Mereka yang berbicara atas pengaruh Iblis akhirnya meninggalkan gereja dan Tuhan, merasa tidak damai, ingin bunuh diri, dan lain-lain, walaupun mungkin pada mulanya mereka percaya bahwa mereka sedang memakai karunia berbahasa roh dari Allah. Pengalaman mereka ini malah membawa mereka lebih jauh dari Tuhan.

Rasul Paulus di dalam I Korintus 12 - 14 mendiskusikan karunia Roh, termasuk bahasa roh. Dari bagian ini kita dapat belajar beberapa peraturan di dalam memakai karunia bahasa roh di dalam pertemuan jemaat:
1. Bahasa roh, seperti juga karunia-karunia lainnya, harus digunakan untuk kepentingan seluruh jemaat (12:7; 14:12,26). Paulus menulis bahwa di dalam pertemuan jemaat, bahasa roh tidak bermanfaat jikalau tidak membangun jemaat itu (14:4-5).
2. Supaya bermanfaat bagi jemaat, bahasa roh harus disertai dengan penafsirannya (14:5,13,27).
3. Jumlah orang yang berbahasa roh dalam satu pertemuan dibatasi 2 atau 3 orang saja (14:27).
4. Kedua atau tiga orang yang berbahasa roh harus berbicara secara bergantian, bukan bersama-sama (14:27).
5. Jikalau tidak ada penafsir, seseorang yang dapat berbahasa roh harus diam saja (14:28).
6. Kegiatan berbahasa roh harus dilakukan dengan sopan dan teratur (14:40).

Dengan peraturan di atas, kita dapat menganalisa kasus-kasus berbahasa roh yang kita jumpai dalam banyak pertemuan jemaat. Di mana ada manifestasi bahasa roh, kita harus meneliti apakah manifestasi itu membangun jemaat atau tidak. Manifestasi di Indonesia seperti yang sudah diceritakan di atas, di mana banyak orang bersama-sama berbahasa roh tanpa penafsiran, tidak sesuai dengan peraturan yang dipaparkan oleh Paulus. Manifestasi bahasa roh yang Alkitabiah harusnya terjadi secara teratur, di mana ada satu orang yang berdiri dan berbahasa roh, kemudian dia atau seorang lain berdiri dan menafsirkannya, baru kemudian dilanjutkan oleh 1 atau 2 orang lagi secara bergilir. Melalui semuanya ini jemaat harusnya mendapat berkat. Tetapi situasi di mana banyak orang sekaligus mengucapkan sesuatu dalam bahasa yang tidak dimengerti, tanpa ada orang yang menafsirkan ucapan dari setiap orang, menimbulkan kekacauan dan tidak Alkitabiah. Hal ini tidak berarti manifestasi bahasa roh itu berasal dari Iblis, tetapi dapat dipastikan bahwa fenomena ini bukan pekerjaan Allah, karena Dia tidak akan melanggar firmanNya sendiri, dan “Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera” (14:33).

Selain itu, banyak orang Kristen sekarang mengajarkan bahwa berbahasa roh adalah keharusan bagi seorang Kristen yang sejati. Ajaran ini bertentangan dengan ajaran Paulus dalam I Korintus 12:27-30, di mana dia menyatakan bahwa tidak semua orang mempunyai karunia berbahasa roh. Bahkan Paulus lebih mengutamakan karunia bernubuat di dalam jemaat daripada karunia berbahasa roh (14:1-5). Seseorang juga tidak dapat berkata bahwa dia tidak dapat menahan dirinya untuk memuji Tuhan dengan bahasa roh, walaupun tidak ada yang menafsirkannya, karena Paulus menyatakan bahwa seseorang harus berdiam diri jikalau tidak ada penafsir (14:28). Ini berarti karunia berbahasa roh ada di bawah kekuasaan pemilik karunia itu.


Bersambung ke Bagian 4

Rabu, Februari 25, 2009

KARUNIA PENYEMBUHAN DAN BAHASA ROH - Bagian 2

Kesembuhan Ilahi

Penyembuhan "dalam nama Yesus" sudah menjadi lazim di dunia Kristen. Banyak orang mengaku mempunyai karunia penyembuhan dan mengadakan acara kesembuhan ilahi dalam berbagai pertemuan. Misalnya, dalam kebaktian kebangunan rohani Benny Hinn, seorang pendeta dari Florida, selalu ada orang yang naik ke atas panggung dan menyatakan bahwa mereka sudah disembuhkan. Dalam program televisinya, Benny Hinn sering melukiskan orang-orang yang sedang sakit dan menyatakan bahwa Allah sedang menyembuhkan mereka sementara mereka menonton acaranya. Juga, surat-surat kesaksian kesembuhan dibacakan di dalam acara-acara televisi ini.

Apakah kesembuhan adikodrat, kalau memang terjadi, pasti berasal dari Allah? Belum tentu! Kesembuhan adikodrat tidak hanya terjadi dalam agama Kristen dan dalam nama Yesus. Fenomena ini juga terdapat dalam berbagai bidat (cult) dan ilmu gaib (occult). Kurt Koch, seorang Kristen yang ahli dalam penyelidikan tentang ilmu gaib, mendokumentasikan kasus-kasus kesembuhan yang berhubungan dengan kekuatan gaib dan ajaran sesat. Di dalam konteks seperti ini, sudah pasti kesembuhan yang terjadi tidak datang dari Allah, karena “persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” (II Kor. 6:14).

Selain dari kesembuhan yang sungguh-sungguh datang dari Allah, kesembuhan yang sering kita lihat dan dengar dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Ada fenomena kesembuhan yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Misalnya, seorang penyembuh ilahi bernama W. V. Grant kelihatannya dapat memerintahkan orang lumpuh untuk berdiri dan berjalan. Ketika diselidiki, ternyata orang-orang ini bukan orang lumpuh, tetapi diminta untuk duduk di kursi roda sampai pada saatnya Grant memanggil mereka untuk berdiri.
2. Keadaan tubuh kita berhubungan erat dengan keadaan jiwa / pikiran atau emosi. Jikalau emosi kita terganggu (marah, sedih, stress, dan lain-lain), tubuh kita dapat menderita banyak penyakit seperti darah tinggi, kerusakan otak, dan lain-lain. Ada 65 sampai 80 persen penyakit masa kini disebabkan oleh keadaan mental yang tidak seimbang. Penyakit yang disebabkan oleh pengaruh jiwa dan pikiran dapat disembuhkan dengan sikap mental yang benar, tanpa campur tangan Allah secara adikodrat. Kebanyakan penyembuh ilahi sekarang mengatakan bahwa kita memerlukan iman agar dapat disembuhkan. Bahkan jikalau seorang tidak sembuh setelah didoakan, dia dianggap tidak punya cukup iman. Tetapi bagi seseorang yang emosinya sedang terganggu, iman, yaitu keyakinan bahwa Tuhan akan menyembuhkan dia, adalah sarana yang ideal untuk membuat mentalnya menjadi lebih stabil. Dengan demikian, penyakitnya yang timbul karena emosinya itu akan hilang karena beban hatinya sudah lenyap. Melihat atmosfir yang begitu emosionil di dalam banyak kebaktian kesembuhan ilahi masa kini, saya percaya bahwa banyak kesembuhan yang terjadi termasuk dalam kategori ini, yaitu kesembuhan alamiah dan bukan mujizat dari Allah.
3. Seperti yang sudah disinggung di atas, Iblis juga dapat menyembuhkan orang sakit. Ada banyak kasus kesembuhan yang berhubungan dengan ilmu sihir, ajaran sesat, dan hal-hal lain yang bertentangan dengan Allah, yang tidak dapat dimasukkan ke dalam kedua kategori di atas. Kesimpulannya, kesembuhan ini bersumber dari Iblis. Apakah hal seperti ini mungkin terjadi dalam konteks kesembuhan ilahi (Kristen)? Saya percaya hal itu bisa terjadi, terutama jikalau kita meneliti apa yang dipercaya dan diajarkan oleh si penyembuh ilahi (penjelasan lebih lanjut menyusul di bawah).

Lalu, bagaimanakah kita dapat menganalisa suatu kasus kesembuhan yang dilakukan oleh seseorang? Bagaimana kita tahu sumber kesembuhan itu, apakah berasal dari Allah atau bukan? Berikut ini adalah sedikit penuntun untuk memulai evaluasi kita:
1. Jangan langsung percaya bahwa suatu kesembuhan sungguh-­sungguh terjadi. Lakukanlah dulu penyelidikan yang seksama.
2. Jikalau suatu kesembuhan sungguh terjadi, kita perlu menguji apakah si penyembuh sejalan dengan Firman Allah. Kita harus meneliti doktrin yang dia percaya dan ajarkan, membandingkannya dengan ajaran-ajaran Alkitab. Jikalau tidak cocok, berarti penyembuhan yang dia lakukan tidak berasal dari Allah, sebab Allah tidak akan melakukan mujizat di dalam konteks yang bertentangan dengan DiriNya dan FirmanNya. Dengan kata lain, walaupun seseorang mengutip ayat-ayat Alkitab dan memakai nama Yesus, tetapi jikalau apa yang ia ajarkan tidak Alkitabiah, maka karya penyembuhannya tidak berasal dari Allah.
3. Allah kita mahakuasa. Dia tidak terbatasi oleh apapun di dalam usahaNya menyembuhkan seseorang. Banyak penyembuh ilahi sekarang menjadikan iman keharusan bagi seseorang untuk disembuhkan. Tetapi Yesus sendiri menyembuhkan beberapa orang yang tidak menyatakan iman ketika akan disembuhkan, atau paling tidak Alkitab tidak mencatat adanya iman pada diri mereka. Misalnya, orang buta di Betsaida (Mark. 8:22-26), wanita yang bungkuk (Luk. 13:10-13), orang yang sakit busung air (Luk. 14:1­4), hamba Imam Besar (Luk. 22:49-51), dan sebagainya. Ada juga penyembuh ilahi yang memerlukan semacam "kontak" bagi seseorang untuk disembuhkan. Misalnya, dengan menjamah layar televisi, menaruh sepotong kain yang sudah "diberkati" oleh si penyembuh pada bagian yang sakit, dan lain-lain. Semua syarat ini tidak terdapat dalam Alkitab. Mengharuskan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak Alkitabiah untuk mendapatkan kesembuhan patut mernbuat kita curiga apakah kesembuhan yang terjadi memang datang dari Allah, yang tidak terbatasi oleh apapun.
4. Kita juga harus memperhatikan apakah kesembuhan yang terjadi berhubungan dengan kegiatan gaib, misalnya ilmu sihir. Kesembuhan dalam situasi yang bertentangan dengan Allah pasti tidak datang dari Allah.


Bersambung ke bagian 3

Sabtu, Februari 21, 2009

KARUNIA PENYEMBUHAN DAN BAHASA ROH - Bagian 1

Dunia Kristen masa kini sangat menarik. Sejak lahirnya gerakan Pentakosta dan Karismatik, dunia Kristen disemarakkan oleh berbagai fenomena yang spektakuler. Sering terdengar berita kesembuhan adikodrat (supernatural) seperti orang lumpuh berjalan, orang tuli mendengar, dan lain-lain. Banyak orang Kristen mengaku dapat berbicara dalam bahasa yang mereka sendiri tidak mengerti. Semua orang, baik Kristen maupun non-Kristen, dapat mengamati fenomena-fenomena ini di banyak gereja, persekutuan, kebaktian kebangunan rohani, bahkan di televisi. Dengan kata lain, fenomena spektakuler sudah menjadi bagian ke-Kristen-an masa kini.

Banyak orang Kristen percaya bahwa semua ini adalah hasil karya Roh Kudus. Terjadinya banyak kesembuhan dan meluasnya pemakaian bahasa roh dianggap tanda dari kebangunan rohani dan pekerjaan Roh Kudus yang hebat di abad kedua-puluh. Tetapi tidak semua orang setuju dengan penafsiran ini. Ada yang percaya bahwa segala keajaiban ini tidak berasal dari Allah, melainkan hasil proses yang alamiah (natural), atau bahkan bersumber dari Iblis. Selain itu, ada orang-orang yang mengambil posisi di tengah, yaitu bahwa fenomena-fenomena ini dapat berasal dari Allah dan juga dari sumber lain. Mereka percaya bahwa kita harus menguji setiap kasus untuk mencari tahu sumber yang sebenarnya.

Sampai saat ini, saya sendiri setuju dengan pandangan bahwa segala fenomena yang menakjubkan ini dapat berasal dari Allah atau tidak (posisi terakhir yang diajukan di atas). Posisi yang pertama, menurut saya, adalah posisi yang tidak bijaksana. Alkitab mengajarkan bahwa Iblis dapat melakukan berbagai mujizat (II Tes. 2:9), tetapi dengan motivasi untuk menipu kita (Yoh. 8:44). Dengan kata lain, mujizat yang kelihatannya hasil karya Allah mungkin saja berasal dari Iblis, dirancang untuk menghasilkan buah yang merugikan bagi kita. Jikalau kita secara membabi-buta menerima suatu mujizat sebagai pemberian Allah, di kala mujizat itu mengeluarkan buahnya yang negatif, kita dapat tertipu dengan mengira bahwa Allah telah menimpakan malapetaka kepada kita, padahal sebenarnya Iblislah yang berperan di belakang mujizat itu. Kita bisa jadi bingung, marah, bahkan meninggalkan Tuhan. Posisi yang kedua juga tidak baik untuk dipegang, karena dengan mengatakan bahwa segala mujizat pasti tidak berasal dari Allah kita membatasi Allah. Allah kita mahakuasa, dan Dia dapat melakukan apa saja yang tidak bertentangan dengan sifat dasarnya, termasuk mengaruniakan kesembuhan dan bahasa roh. Melihat semakin luasnya pengaruh dari tanda dan mujizat dalam dunia Kristen, kita juga tidak boleh acuh saja, sebab dengan sikap ini kita menolong Iblis dengan tidak mempedulikan mereka yang mungkin sedang dia tipu. Sikap ini adalah kekejaman terhadap sesama kita manusia.

Artikel ini akan mendiskusikan dua fenomena, yaitu kesembuhan ilahi dan bahasa roh. Kedua hal ini sangat luas dan kontroversiil, sehingga tidak mungkin dicakup dalam artikel sesingkat ini. Artikel ini hanya menyajikan sedikit analisa dan penuntun untuk menguji kedua fenomena ini. Untuk diskusi yang lebih dalam, para pembaca dianjurkan untuk membaca buku-buku di daftar bacaan di bawah dan buku-buku lainnya tentang karunia roh.


Bersambung ke bagian 2

Jumat, Januari 23, 2009

IMLEK - Bagian 3

7. Hari pertama Imlek, orang sembahyang pada para dewa. Ada juga yang hari itu tidak makan daging, dengan harapan mendapat umur panjang dan bahagia hidupnya. Hari kedua, sembahyang sambil memanjatkan doa kepada para dewa dan leluhur. Ada juga yang percaya bahwa hari kedua adalah hari jadi semua anjing, jadi hari itu anjing diperlakukan ekstra baik dan diberi makan yang cukup dan enak-enak. Hari ketiga dan keempat adalah hari untuk para menantu laki-laki untuk mengunjungi dan menghormati mertuanya. Selain itu hari keempat adalah juga hari kembalinya para dewa dari surga ke bumi, maka orang menyambut lagi dengan sesajen dan sebagainya, supaya para dewa senang dan melimpahkan rejeki dan berkah surgawi. Hari kelima sampai kesepuluh adalah waktu untuk saling berkunjung dan sembahyang di kuil memohon hoki dan kekayaan. Hari ketujuh dipercaya sebagai hari jadi manusia, maka orang makan mie sebagai tanda umur panjang dan ikan mentah sebagai tanda sukses. Hari kedelapan dirayakan oleh orang di Fujian dengan kumpul keluarga dan makan-minum, lalu tengah malam dikhususkan untuk sembahyang pada Thien, sang kaisar langit. Hari kesepuluh sampai keduabelas adalah waktu untuk mengundang teman dan keluarga untuk makan malam bersama. Hari ketigabelas, setelah hampir dua minggu terus makan enak, tiba saatnya untuk hanya makan bubur dan sayuran. Hari keempatbelas, orang mempersiapkan pesta lentera atau lampion, yang dilakukan pada hari kelimabelas, hari terakhir perayaan Imlek. Tanggal 15 bulan pertama adalah bulan purnama yang pertama kali dalam tahun baru itu, maka orang-orang merayakannya dengan spesial. Terutama orang-orang Canton dan Tiociu, mereka membuat banyak lampion dengan berbagai bentuk dan ukuran dan warna, ditaruh lilin di dalamnya. Malam harinya semua lampion dipamerkan jadi suasana begitu indah. Ada juga kebiasaan gadis-gadis melempar jeruk ke sungai dan menghanyutkan lentera di atas daun lotus di sungai, dengan harapan bisa mendapatkan calon suami yang baik.

8. Selain rangkaian perayaan Imlek di atas, ada juga hal-hal lain yang dilakukan orang dalam merayakan Imlek. Rumah harus dibersihkan sebelum hari Imlek. Pada malam sebelum Imlek, semua sapu, sikat, dan sebagainya harus disimpan. Pada hari pertama tahun Imlek orang tidak boleh menyapu atau membersihkan, karena takut sewaktu menyapu rejeki juga ikut tersapu dan terbuang. Mulai hari kedua orang baru boleh menyapu, tetapi sampahnya tidak boleh dibawa keluar, melainkan ditaruh di pojok rumah, dan juga tidak boleh terinjak, supaya rejeki tetap ada di rumah dan tidak hilang. Sampai tanggal lima sampah baru boleh dibuang keluar, dan itupun harus dibawa lewat pintu belakang rumah, tidak boleh lewat pintu depan. Kemudian rumah juga dihias. Selain dengan pita-pita merah, kadang-kadang bertulisan puisi, juga dihias dengan vas bunga mekar, piring berisikan jeruk dan nampan berisikan permen atau manisan buah kering. Dalam penafsiran Tionghoa, bunga berarti kekayaan dan kemajuan karir, mekar berarti kelahiran dan pertumbuhan, buah jeruk berarti kebahagian yang berlimpah. Maka secara etika Tionghoa orang membawa buah jeruk sewaktu berkunjung Imlek, apalagi kalau masih ada daunnya yang menempel, itu pertanda hubungan baik tetap terpelihara. Kemudian nampan permen itu biasanya berbentuk bulat atau segi delapan, dan itu berarti nampan kebersamaan. Orang dewasa yang mengambil permen dari sana biasanya menaruh angpau di tengah nampan. Hutang-hutang juga perlu dilunasi sebelum Imlek, dan orang juga tidak boleh memberi hutang pada orang lain pada hari Imlek, sebab kalau tidak uangnya akan terus dipinjam orang selama setahun itu. Orang juga tidak boleh bicara kata kotor atau yang negatif, tidak boleh bercerita tentang hantu, tidak boleh bilang si, yaitu angka empat yang kedengarannya seperti kata mati, dan tidak boleh bicara soal masa lalu karena nanti bisa kembali ke masa lalu dan tidak bisa maju ke tahun baru. Orang juga tidak boleh menangis di hari Imlek karena kalau tidak ia akan terus menangis setahunan. Maka biasanya anak-anak tidak dihukum walaupun nakal bagaimanapun. Rambut juga tidak boleh dicuci karena kuatir akan melunturkan hoki. Secara umumnya, semua perilaku dan suasana di hari Imlek akan menjadi perilaku dan suasana yang berlaku selama setahun, maka di hari Imlek semua harus sopan, baik, gembira, memakai baju baru dan bagus, sepatu bagus, dan seterusnya, supaya selama satu tahun mereka bisa hidup bahagia.

9. Jadi bagaimana kita sebagai orang Kristen menanggapi perayaan Imlek? Boleh tidak ikut merayakan Imlek? Boleh saja, asalkan hanya sebagai tradisi dan tidak ikut aktivitas-aktivitas yang tidak sesuai dengan iman Kristen. Kita boleh saja ikut menyambut tahun baru menurut kalender orang Tionghoa, ikut makan-makan dan bersukacita. Tetapi jangan ikut sembahyang pada para dewa ataupun leluhur, atau melakukan tahyul-tahyul lainnya seperti masalah menyapu, dan sebagainya. Imlek adalah bagian dari budaya Tionghoa, dan kita sebagai keturunan Tionghoa harus juga menghargai budaya yang sudah lebih tua dari budaya barat itu. Tetapi kita sebagai anak Tuhan dan anak terang harus juga menerangi apa-apa yang gelap dalam kebudayaan. Sekarang kalian sudah tahu apa itu Imlek, apa-apa yang bisa diterima dan apa-apa yang tidak bisa diterima karena tidak sesuai dengan ajaran Alkitab. Dengan itu, sekali lagi kung si fat choi, dan semoga kalian terus bertumbuh di dalam Tuhan di tahun 2551 ini!

Catatan: Ini adalah bahan pelajaran untuk kelas PraRemaja Komisi Anak GKI Pinangsia, disampaikan sekitar waktu Imlek tahun 2000.

IMLEK - Bagian 2

4. Perayaan Imlek itu sendiri punya legenda-nya. Konon di zaman dulu di Tiongkok ada satu monster yang hidup di ketinggian gunung-gunung, namanya Nien. Kalian tahu apa artinya nien dalam bahasa Mandarin? Artinya tahun. Dan monster ini dinamai Nien atau tahun karena setiap tahun ia turun dari pegunungan ke desa-desa di Tiongkok dan akan memangsa setiap manusia yang ia temukan, baik itu laki atau perempuan, tua atau muda, besar atau kecil, semua yang namanya manusia akan dimakan. Maka setiap tahun, kalau sudah waktunya Nien akan turun gunung, orang-orang akan bersembunyi dalam rumah, dan di dalam rumah mereka persiapkan makanan dan minuman, dan mereka makan minum sepuasnya karena mungkin ini kali terakhir mereka bisa makan minum, karena mungkin saja sebentar lagi mereka jadi mangsa Nien. Kalau mereka bisa lewati malam itu sampai besok pagi, berarti Nien sudah kembali ke gunung dan mereka selamat, maka mereka keluar dan saling mengucap selamat dan bergembira, itulah dianggap hari pertama tahun baru. Suatu ketika, sewaktu Nien datang, ada satu anak yang ketinggalan di jalan. Anak ini kebetulan memakai baju merah. Orang-orang begitu tegang melihat anak ini ketika Nien datang mendekati, tetapi ketika diperhatikan ternyata Nien tidak berani dekat-dekat anak ini. Kemudian anak itu membakar petasan dan melempar ke Nien, ternyata Nien jadi ketakutan dan lari. Melihat itu orang-orang yang tadinya mengintip dari jendela dan pintu rumah, segera keluar sambil berteriak-teriak dan memukul-mukul kaleng, drum, kentongan, dan lain-lain, berusaha mengusir Nien dengan suara gaduh. Akhirnya Nien pergi dan ternyata tidak pernah kembali lagi. Sejak itulah sewaktu Imlek orang merayakannya dengan gegap gempita, sambil membakar petasan di mana-mana. Warna merah juga jadi warna utama Imlek, maka di mana-mana, termasuk di ambang-ambang pintu digantung kain-kain merah, kadang-kadang dengan tulisan-tulisan puitis. Selain untuk mengingat bahwa warna merah adalah warna yang ditakuti Nien, merah juga menggambarkan musim semi karena sastrawan Tiongkok sering menggambarkan musim semi sebagai musim yang serba merah, dan juga merah menjadi warna hoki. Selain itu juga ada tarian barongsai. Barongsai itu sebenarnya menggambarkan Nien, yang kemudian digambarkan seperti seekor singa karena singa itu raja dari semua hewan. Di dalam perkembangannya barongsai itu tidak dianggap jahat seperti Nien, melainkan bahkan pembawa hoki dan akan mengusir bencana, malapetaka dan roh-roh jahat di tempat-tempat yang ia kunjungi. Di banyak masyarakat Tionghoa, sewaktu Imlek, mereka undang tari barongsai ke rumah atau toko mereka. Barongsai itu akan masuk ke sana, ke setiap ruang, yang berarti membawa hoki dan mengusir petaka dari rumah atau toko itu. Lalu di depan pintu orang menggantung daun hijau dan angpau. Barongsai itu akan menangkap dan melahap daun dan angpau itu, lalu sambil berbaring ia seperti mengunyah, lalu daun itu dimuntahkan keluar, yang artinya kelimpahan segalanya di tahun yang baru.

5. Perayaan Imlek itu bukan perayaan satu hari saja, melainkan 15 hari yaitu tanggal 1 sampai 15, atau bahkan ada yang tarik sampai 22 hari atau 3 minggu. Itu karena ada satu peristiwa yang terjadi seminggu sebelum Imlek, yang nantinya berhubungan dengan Imlek itu sendiri. Menurut kepercayaan orang Tionghoa, tanggal 23 bulan 12 Imlek adalah waktunya para dewa yang tinggal di bumi untuk kembali ke surga, melapor pada Thien, yaitu dewa yang tertinggi atau kaisar langit. Maka orang-orang Tionghoa mengantar kepergian para dewa ini dengan hio, sesajen, dan lain-lain. Salah satu dewa yang pulang itu adalah Tjiao Kun Kong atau dewa dapur. Ia ini adalah dewa yang tugasnya mengawasi kelakuan dan perbuatan dari orang-orang serumah. Menurut sejarahnya dewa ini dulunya adalah kecoa. Orang dulu memperhatikan bahwa kecoa sering muncul di dapur, lalu mereka juga perhatikan kecoa ini seperti berpakaian merah dan penampilannya seperti wanita cantik, entah bagaimana bisa dapat gambaran begini. Akhirnya kecoa bukannya diusir atau dibunuh, malah dihargai. Kemudian ada seorang kaisar yang namanya Kaisar Yan, yang berjasa menemukan cara membuat api. Sebelum mangkat ia berpesan agar semua orang menghormati dewa dapur. Sejak itulah orang Tionghoa mulai meningkatkan status kecoa menjadi dewa, dan diberi nama Tjiao Kun Kong atau dewa dapur. Nah, bersama dengan rekan-rekan dewa lainnya, dewa dapur ini kembali ke surga untuk melapor kepada atasannya Thien setiap 23/12. Dan karena ia bertugas melaporkan perilaku setiap orang di rumah, maka orang Tionghoa mengantarnya dengan lebih istimewa, dibakari hio, dikasih berbagai makanan lezat dan minuman, buah-buahan, dan sebagainya. Tujuannya adalah supaya dewa dapur senang, jadi memberi laporan yang baik-baik pada Thien. Ada juga yang persembahkan minuman keras, supaya selain kekenyangan dewa dapur juga jadi mabuk, sehingga tidak bisa kasih laporan apa-apa, yang baik maupun yang jelek. Di daerah-daerah tertentu ada yang mengolesi madu pada mulut patung dewa dapur, supaya yang ia ucapkan dan laporkan yang manis-manis. Dan ada yang mempersembahkan sejenis kue yang lengket, supaya ketika dewa dapur makan kue itu mulutnya lengket dan tidak bisa bicara. Maka jadilah cerita yang dikisahkan sastrawan kuno, menggambarkan dewa dapur naik kereta awan yang ditiup angin, sambil makan minum sepanjang jalan, sehingga setibanya di surga ia laporkan yang baik-baik saja atau tidak mampu memberi laporan karena perut kenyang hati senang, bahkan kekenyangan dan mabuk, atau mulutnya terkunci karena lengketnya kue.

6. Satu hari sebelum Imlek orang mulai mempersiapkan sembahyang besar. Sesajen lengkap disiapkan, misalnya hio, kue, buah, juga termasuk hewan yang disembelih, kadang-kadang 3 macam yaitu babi, ayam dan ikan bandeng, kadang-kadang sampai 5 macam yaitu ditambah bebek dan kepiting. Meja abu juga disiapkan. Hari sebelum Imlek ini orang mulai sembahyang pada para dewa dan leluhur. Bahkan ada tradisi untuk sembahyang sekitar tengah malam tahun baru Imlek, juga waktu subuh hari pertama Imlek. Selain sembahyang keluarga juga berkumpul untuk makan minum, biasanya dengan macam makanan yang lengkap. Di dalam pesta keluarga ini ada juga yang menyiapkan jatah makanan dan tempat untuk anggota keluarga yang sudah meninggal, supaya seluruh keluarga besar, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati bersama-sama berpesta menyambut tahun baru.

Bersambung ke Bagian 3

Kamis, Januari 22, 2009

IMLEK - Bagian 1

1. Selamat pagi semua, dan kung si fat choi! Selamat tahun baru Imlek. Siapa di antara kalian yang kemarin Jumat dan Sabtu ikut merayakan Imlek? Apa yang kalian dan keluarga kalian lakukan dalam merayakannya?

2. Kalian tahu Imlek itu sebenarnya perayaan tahun baru menurut kalender orang Tionghoa. Jadi Imlek itu sama seperti New Year-nya kita dan kebanyakan orang di dunia ini, atau seperti Tahun Baru Hijriah-nya orang Islam. Kalau New Year itu tahun baru menurut kalender orang barat, yang perhitungannya menurut putaran bumi atas matahari, yang disebut sistem solar, sedangkan Imlek itu menurut kalender orang Tionghoa yang perhitungannya menurut putaran bulan, disebut sistem lunar. Kalau menurut New Year kita, kita sekarang ada di tahun 2000. Kalau menurut Imlek, tahun berapa sekarang? Tahun 2551, yang menurut perhitungan shio termasuk tahun naga, maka dianggap tahun ini adalah tahun hoki, karena naga dianggap hewan yang paling besar dan sakti di antara hewan-hewan shio lainnya. Kalau tahun Hijriah 6 April nanti, tahun berapa, ada yang tahu? Tahun 1421. Jadi menarik kan? Dunia baru masuk abad 21 atau milenium 3 atau tahun 2000, tetapi orang Tionghoa sudah setengah milenium lebih dari milenium 3, sedangkan orang Islam masih setengah milenium lebih lagi baru masuk milenium 3. Untung komputer itu termasuk barang baru dan dibuat menurut satu standar yaitu standar internasional, kalau tidak maka orang Tionghoa sudah kena masalah Y2K 551 tahun yang lalu, sedangkan orang Islam masih aman sampai 500-an tahun lagi ke depan.

3. Orang Tionghoa dulunya memakai sistem lunar karena bulan yang paling gampang dipakai sebagai patokan waktu, karena bulan punya bentuk-bentuk yang terus berulang, dari purnama sampai sabit sampai purnama lagi, dan juga bentuk-bentuk bulan itu punya pengaruh tertentu pada alam, misalnya waktu purnama maka air paling pasang, dan lain-lain. Jadi bagi orang Tionghoa kuno yang pekerjaannya kebanyakan bersifat agraris dan maritim – petani, nelayan, dan sebagainya – penanggalan menurut bulan itu berguna bukan saja untuk tahu waktu tetapi juga untuk tahu kapan waktunya menanam dan menuai, kapan waktunya keluar laut dan kembali, dan seterusnya. Selain itu, setiap awal tahun Imlek selalu bertepatan dengan permulaan musim semi, dan dalam tafsiran orang Tionghoa sewaktu musim semi itu seakan alam semesta lahir kembali sesudah kematian selama musim dingin, maka awal tahun yang adalah awal musim semi ini menjadi waktu buat orang bersuka cita. Memang setelah zaman berkembang dan orang beralih dari agraria/maritim ke industri, orang sudah tidak lagi mendapat banyak manfaat dari penanggalan lunar, tetapi Imlek itu sendiri tetap dirayakan karena sudah menjadi tradisi dan bagian dari budaya orang Tionghoa, hanya saja makna-makna alam-nya berubah. Waktu-waktu untuk mencari nafkah dan kelahiran alam semesta itu akhirnya berubah jadi hoki, kemakmuran, kesehatan, dan seterusnya.

Bersambung ke bagian 2

Senin, Januari 19, 2009

KESELAMATAN - IMAN ATAU PERBUATAN ? - Bagian 2

Dengan pengertian yang benar tentang konteks tulisan Paulus dan Yakobus, kita sekarang dapat mempelajari apa maksud Yakobus ketika ia mengajarkan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Yakobus bukannya mengajarkan bahwa iman saja tidak cukup untuk keselamatan, bahwa seseorang harus juga melakukan amal untuk selamat. Yang dia ajarkan adalah bahwa iman yang murni pasti akan nyata dalam bentuk perbuatan yang baik (jikalau waktu dan kesempatan untuk berbuat amal diberikan, tentunya). Dr. Richard Lenski, di dalam uraiannya atas bagian ini, menerangkan bahwa ada 3 macam iman yang sering disebut “iman”, tetapi yang sebenarnya tidak murni, sehingga tidak dapat menghasilkan buah perbuatan. Mereka adalah iman tentang Allah dan keKristenan secara umum (fides generalis), iman yang sekedar tahu dan menerima sejarah ke-Kristen-an (fides historica), dan iman yang sekedar faham akan doktrin ke-Kristen-an, bahkan fasih membicarakannya (fides dogmatica). Ketiga macam iman di atas tidak murni karena mereka hanya tinggal di otak seseorang dan tidak menyerap ke dalam hati. Iman yang murni pertama-tama tinggal di kepala (didengar, direnungkan, dimengerti), lalu harus masuk ke dalam hati (merubah hati, menyadarkan kita, menghasilkan pertobatan), sehingga perbuatan-perbuatan kita berubah sesuai dengan perubahan hati dan karakter kita. Dengan kata lain, iman merubah pengetahuan (knowledge), lalu perasaan/emosi (heart), lalu perbuatan (action). Lenski menulis,”Faith itself cannot be seen; it makes its presence known by a proper confession and by its proper and natural works.”

Iman yang murni kepada Tuhan Yesus adalah iman yang hidup. Martin Luther menulis,”Oh, it is a living, active, energetic, mighty thing, this faith, so that it is impossible that it should not work what is good without intermission.” Iman yang murni selalu akan menghasilkan perbuatan baik. Tidak mungkin seseorang dapat berkata bahwa ia mempunyai iman, sedangkan ia bertindak seperti orang yang tidak beriman (Yak. 2:14-19). Anda mungkin pernah mendengar cerita tentang seorang yang dapat menyeberang sebuah jurang dengan berjalan di atas kawat, ditonton oleh orang banyak. Sebelum dia naik ke atas kawat, dia bertanya kepada penontonnya apakah mereka percaya dia dapat melakukan penyeberangan ini. Semua orang percaya. Kemudian dia bertanya apakah ada seorang dari penonton yang berani menyeberang bersamanya dengan digendong di atas bahunya. Tidak ada seorang pun yang berani. Cerita ini menyatakan iman yang tidak murni; mereka hanya mengaku bahwa mereka percaya akan kemampuan si penyeberang, tetapi tidak ada perbuatan yang mendukung pernyataan itu. Demikian juga dengan iman Kristen. Hanya mengetahui kebenaran dan mengaku percaya tidak cukup. Iman harus meresap ke dalam hati, sehingga hati kita benar-benar terarah kepada sasaran iman kita, yaitu Kristus sendiri. Iman semacam ini adalah murni dan hidup, dan iman yang hidup mau tidak mau akan nyata di dalam perbuatan.

Dr. Walter Martin menerangkan hubungan antara keselamatan dan pekerjaan baik dengan jelas. Jikalau kita perhatikan, Paulus dan Yakobus memakai Abraham sebagai contoh bahwa manusia dibenarkan oleh iman dan perbuatan. Paulus menulis,”Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah.” (Rom. 4:2) Yakobus menulis,”Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?” (Yak. 2:21) Kedua kutipan ini tampak bertentangan; sepertinya Paulus mengatakan bahwa Abraham dibenarkan karena iman tanpa perbuatan, sedangkan Yakobus mengatakan bahwa Abraham dibenarkan karena perbuatannya. Tetapi, kalau kita perhatikan konteksnya seperti yang telah diuraikan di atas, maka semua kebingungan ini dapat diselesaikan. Dr. Martin menjelaskan bahwa Allah membenarkan Abraham ketika Ia melihat iman Abraham (Kej. 15:6; dikutip juga dalam Rom. 4:3 dan Yak. 2:23). Allah tidak perlu melihat perbuatan Abraham karena Ia menguji hati orang (I Sam. 16:7). Tetapi manusia tidak dapat melihat iman di dalam hati. Jikalau iman Abraham tidak nyata di dalam perbuatannya, maka tidak akan ada seorang pun yang akan dapat berkata dengan pasti bahwa Abraham sungguh-sungguh beriman. Tetapi iman Abraham adalah murni, sehingga ketika Allah menyuruhnya mempersembahkan Ishak, dia menurut dan tetap percaya akan janji Allah (Rom. 4:20-22). Inilah perbuatan imannya, hasil dari iman yang murni. Iman Abraham bukan hanya ada di kepala, tetapi juga meresap ke dalam hatinya, sehingga dia berbuat sesuai dengan imannya. Ketika kita melihat perbuatan ini, kita dapat dengan yakin mengakui bahwa Abraham sungguh mempunyai iman. Dengan kata lain, Abraham dibenarkan di hadapan manusia oleh perbuatannya (Yak. 2:21-22). Jadi, Abraham dibenarkan di hadapan Allah oleh imannya, dan di hadapan manusia oleh perbuatannya. Paulus dan Yakobus tidak berselisih ketika mereka mengajarkan bahwa Abraham dibenarkan oleh iman dan perbuatan.

Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa pembenaran dan keselamatan datang oleh iman saja. Tetapi iman yang murni akan selalu nyata melalui perbuatan. Seseorang mendapatkan keselamatan seketika ia mempunyai iman kepada Yesus Kristus. Walaupun dia tidak sempat untuk menyatakan buah perbuatan baik setelah dia beriman, dia masih tetap selamat. Buktinya, Yesus menerima penjahat yang disalib di sampingNya setelah penjahat itu memohon Yesus untuk mengingat dirinya, walaupun dia tidak sempat berbuat baik (Luk. 23:39-43). Hal ini bukan berarti kita dapat menyatakan diri beriman, lalu seenaknya berbuat jahat. Bahkan, hal itu tidak mungkin terjadi, sebab iman yang murni akan selalu disertai dengan perbuatan baik. Dan orang lain akan dapat melihat perbuatan itu jikalau kita mempunyai kesempatan untuk menunjukkannya. Jikalau seorang berkata bahwa ia beriman, sedangkan perbuatannya tidak mendukung ucapannya itu, maka dapat dipastikan bahwa imannya adalah iman yang mati, walaupun ia bersikeras bahwa ia mempunyai iman. Iman yang mati sama dengan tidak mempunyai iman sama sekali, dan tidak mempunyai iman berarti tidak ada keselamatan (Yak. 2:14). Memang, perbuatan tidak dibutuhkan untuk mendapatkan keselamatan. Tetapi orang yang sudah diselamatkan oleh iman kepada Yesus akan menghasilkan buah perbuatan baik, karena iman itu hidup dan aktif.

Sebagai penutup, simaklah sekali lagi tulisan dari Martin Luther. “Oh, it is a living, active, energetic, mighty thing, this faith, so that it is impossible that it should not work what is good without intermission. It does not even ask whether good works are to be done, but before one asks it has done them, and is ever doing. But he who does not do such works is a man without faith, is fumbling and looking about him for faith and good works, and knows neither the one nor the other yet chatters and babbles many words about both.”

Referensi
Lenski, Richard C. H. The Interpretation of the Epistle to the Hebrews and the Epistle of James. Minneapolis: Augsburg Publishing House, 1966.
Guthrie, Donald, Alec Motyer, Alan M. Stibbs and Donald J. Wiseman. The New Bible Commentary: Revised. Carmel: Guideposts, 1984.


Catatan: Saya tidak ingat kapan artikel ini saya tulis.

Kamis, Januari 08, 2009

KESELAMATAN - IMAN ATAU PERBUATAN ? - Bagian 1

Salah satu doktrin yang sering kali membingungkan orang Kristen adalah doktrin keselamatan. Orang sering kali bertanya,”Apakah kita sudah selamat hanya dengan beriman kepada Yesus, atau kita harus beriman dan juga melakukan hal-hal yang baik?” Dengan kata lain, apakah hadiah (karunia) keselamatan yang Allah sediakan bisa kita peroleh hanya dengan menerima hadiah itu, ataukah kita harus berbuat amal dulu baru dapat memperolehnya?

Orang-orang yang memegang satu pandangan atau yang lainnya memakai Alkitab untuk "mendukung" kepercayaan mereka. Mereka yang percaya bahwa keselamatan dapat diperoleh hanya dengan iman mereferensi tulisan Paulus di dalam surat Roma 3:21-31, Efesus 2:8-9, dll. Di sana Paulus mengajarkan,"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Ef. 2:8-9) Mereka yang mengatakan bahwa pekerjaan baik perlu untuk mendapatkan keselamatan mereferensi ajaran Yakobus 2:14-26, di mana tertulis,"Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yak. 2:17b)

Dari kedua argumen ini, tampaknya Paulus dan Yakobus mempunyai pandangan yang berbeda tentang jalan keselamatan. Paulus berkata bahwa keselamatan didapatkan dengan iman saja tanpa perbuatan, sedangkan Yakobus mengajarkan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Hal ini menimbulkan kesan bahwa Alkitab mengandung kontradiksi, dan membingungkan banyak orang. Artikel ini ditulis untuk menerangkan secara singkat doktrin keselamatan sehubungan dengan perbuatan. Lebih spesifik lagi, kita akan mempelajari Roma 3:21-31 dan Yakobus 2:14-26.

Di dalam menganalisa satu bagian Alkitab, satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah konteks dari bagian itu. Jadi, di dalam kita mempelajari Roma 3:21-31 dan Yakobus 2:14-26, kita harus memperhatikan konteks dari kedua bagian ini. Pertama-tama, perhatikanlah konteks dari surat Roma. Di dalam pasal 1, 2 dan separuh dari pasal 3, Paulus “tuduh baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa...” (Rom. 3:9b) Kepada orang Kristen yang legalistik (mementingkan hukum Taurat di dalam mencapai keselamatan), Paulus berkata, “Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat...” (Rom. 3:20a) Kemudian, di dalam ayat 21 sampai 31, Paulus mengajarkan “bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.” (Rom. 3:28) Ini menjadi ajaran Paulus di dalam surat­suratnya, termasuk dalam surat Efesus, di mana Paulus mengatakan bahwa manusia dibenarkan oleh iman saja dan bukan oleh perbuatan.

Hal yang penting untuk diperhatikan di sini adalah macam pekerjaan yang Paulus sedang bicarakan. Paulus sedang berbicara mengenai pekerjaan hukum Taurat, yang dilakukan untuk mendapatkan keselamatan. Dengan kata lain, Paulus mengajarkan bahwa keselamatan didapat oleh iman, bukan oleh melakukan hukum Taurat. Ajaran semacam ini ditujukan kepada orang-orang yang masih bersandar pada agama Yahudi, yang berusaha untuk mendapatkan keselamatan dengan jalan menuruti hukum Taurat (seperti orang Farisi, Saduki, dll). Orang-orang ini menolak iman kepada Yesus, dan berusaha untuk memperkenankan hati Allah dengan jalan menuruti hukum-hukumNya. Sayangnya, standar Allah terlalu tinggi bagi manusia, sehingga tidak ada seorang pun yang mampu menuruti hukum Allah tanpa pelanggaran (Rom. 2:17-29, 3:23). Sebaik apa pun juga seseorang, dia pasti tidak sempurna, karena manusia pada hakekatnya sudah bobrok akibat dosa. Oleh sebab itu, Allah membuka jalan keselamatan yang baru, yaitu melalui pengorbanan AnakNya, Yesus. Hanya dengan beriman kepada Yesus, manusia sekarang dapat memperkenankan hati Allah (I Yoh. 5:13), dan tindakan ini dapat dilakukan oleh siapa pun juga yang rela membuka hatinya. Oleh karena itulah, Paulus berkata bahwa keselamatan didapat dengan iman, bukan perbuatan. Kita semua bisa mendapatkan keselamatan hanya dengan membuka hati dan menerima Yesus. Perbuatan kita tidak akan pernah mencapai standar Allah yang maha kudus. Jikalau kita bersandar pada perbuatan kita untuk dibenarkan Allah, kita tidak akan pernah mendapatkan keselamatan.

Sekarang, mari kita mempelajari Yakobus 2:14-26. Surat ini ditulis untuk orang-orang yang sudah menerima keselamatan di dalam Yesus Kristus. Surat ini tidak mendiskusikan masalah doktrin seperti doktrin keselamatan dalam surat Paulus kepada Jemaat Roma, melainkan membicarakan kehidupan seorang Kristen sesudah ia diselamatkan. Ronald A. Ward menulis di dalam uraiannya (commentary) atas surat Yakobus dalam The New Bible Commentary: Revised, “We must first listen to our Lord and to His servant Paul, and then let His other servant James be a stimulus to hear and obey all that is already given in the Word.” Dengan kata lain, kita harus mendengar dulu ajaran Yesus dan Paulus (yang menyatakan jalan keselamatan), kemudian baru mendengar Yakobus (yang mengajarkan jalan kehidupan sesudah diselamatkan).


Bersambung ke bagian 2